Lama layar ini saya tatap, tetap putih. Berkedip-kedip tanda kursor untuk meminta dituliskan sesuatu. Namun idepun belum muncul untuk ditulis, saya tinggal mandi dan membuat kopi pun masih saja belum menemukan imajinasi pembukaan kata yang bagus. Sempat juga saya interupsi tulisan ini dengen merebus jagung. Sudahlah, mungkin memang harus saya tuliskan cerita nya dari memulai huruf pertama yang saya ketik.
Jika saya memandang ke depan jelas terlihat guratan langit oleh sibuknya maskapai yang lewat. Ya memang begitulah, sibuknya memang negera ini. Negara dimana tempat saya akan memberikan dedikasi untuk meraih gelar master degree. Aamiin. Belanda dengan Schipol International Airport merupakan salah satu bandara dengan rate kesibukan tertinggi. Konon ada yang memberikan julukan “the busiest airport in Europe“. Saya tidak tahu kebenarannya karena saya memang belum pernah mendatangi bandara lain di Eropa ini. Namun, setidaknya beberapa artikel mengatakan demikian. Ditambah jika ketikan di google beberapa artikel mengatakan Belanda dengan Schipol International Airport nya menduduki urutan 5 besar yang memiliki tingkat kesibukan tertinggi.
Empat hari sebelum menjelang Hari Kemerdakaan Indonesia, kami malah menginjakkan kaki ke negara yang dulunya pernah berperang. Tapi sudahlah itu merupakan bagian dari sejarah yang harus kita ambil pelajarannya. Sekarang saat 17 Agustus datang untuk mendatangan KBRI memerlukan waktu yang tidak cukup lama namun juga tidak sebentar. Akhirnya setelah memberikan kuisioner kepada beberapa kawan-kawan, belum ada yang mau memberikan jawaban untuk berangkat ke KBRI yang letaknya di DenHaag. Ada juga salah satu komentar untuk memeringati 17 Agustus-an kita tidak harus datang ek KBRI dengan melakukan dan memberikan kualitas terbaik dari kita juga merupakan salah satu bagian dari kemerdekaan.
Kemudian Perhimpunan Pelajar Indonesia Wageningen yang sering disingkat menjadi PPIW atau PPI-Wageningen memiliki agenda tersendiri terkait dengan Hari Kemerdekaan Indonesia. Agenda tersebut akan dilaksanakan pada Sabtu, 22 Agustus 2015. Selain untuk memeringati Hari Kemerdekaan agenda tersebut saya yakini untuk memperkuat tali silahturahmi mahasiswa-mahasiswi Indonesia yang dalam menempuh pendidikan di Wageningen baik mahasiswa-mahasiswi Intake September 2015 ataupun sebelumnya.
Tidak hanya itu seperti peringatan Hari Kemerdekaan yang biasa dilakukan di Indonesia. Disini kami juga ikut memeriahkannya dengan beberapa permainan khas Indonesia seperti lomba makan kerupuk, meniup balon, dan loncat karet. Indah memang kami bisa bercengkrama dengan warga Indonesia yang kalaupun kami di Indonesia kami belum tentu saling mengenal dan belum tentu bisa saling bersapa. Jarak lebih dari 11.000 km ini ternyata bisa menyatukan kami, membuat kami menambah saudara-saudara baru, memperlebar pintu rejeki dan memperbanyak amal-amal.
Peringatan Hari Kemerdekaan tak lengkap rasanya jika tidak ditutup dengan hidangan makanan ala Indonesia. Gado-gado, siang itu menjadi pengobat cita rasa Indonesia. Saos kacang yang khas tetapi kurang pedas tidak jadi masalah bagi saya sebagai penikmat cabe. Ah, terima kasih kakak-kakak PPI yang telah menyelenggarakan acara Peringatan Hari Kemerdekaan. Tak lupa sebelum makan siang kami mahasiswa Intake September 2015 diminta untuk menuliskan keinginan ataupun harapan terhadap Indonesia ke depannya. Walaupun terkesan naif ataupun malah careless saya menuliskan
Terkesan kurang memang kepedulian saya akan Indonesia, saya tidak menuliskan semoga Indonesia Anti Korupsi, Semoga Pemerintahan Menjadi Pemerintahan yang Jujur, Semoga A, B, C yang bukan berarti jika ada yang menuliskan kalimat tersebut tidak benar. Hal tersebut justru adalah hal-hal yang sangat istimewa yang dituliskan. Namun, saya belum merasa pantas untuk menuliskannya, yang saya ingin lakukan adalah memulai dan menuntaskan amanah yang diberikan kepada saya. Amanah tersebut sudah cukup untuk membuat jantung saya memompakan darahnya keseluruh tubuh untuk beraktiftas. Aktifitas untuk mewujudkan apa yang telah di amanahkan.
Keesokan harinya, Minggu, 23 Agustus 2015 kami mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke perhelatan acara untuk peringatan 700th anniversary of Amsterdam sejak tahun 1975. Acara ini rutin dilakukan setiap 5 tahun sekali. Beruntung lah kami berada di tahun dirayakannya Sail Amsterdam serta memiliki waktu yang pas pula untuk turut hadir serta meramaikan acara. Pada tahun 2005 Sail Amsterdam di adakan pada tanggal 17-22 Agustus. Akan tetapi pada 2010 dan 2015 diadakan pada 19-23 Agustus. Berbagai kapal dari berbagai negara mengadukan kecanggihan dan keelokkan masing-masing perancang kapalnya. Awak-awak besar dan layar mengembang dengan jejeran-jejeran indah memberikan kekaguman tersendiri.
Saya teringat lagu kalau “nenek moyang ku seorang pelaut”, lagu yang kerap dinyanyikan waktu saya kecil dulu. Namun saya meragukan jika anak kecil sekarang hafal atau bahkan tahu lagu tersebut. Saya sudahi ceritanya sampai disini dulu ya,.. (bersambung soon..)
Berikut saya berikan sedikit cuplikan tentang kegiatan Peringatan Hari Kemerdekaan dan Sail Amsterdam.