Teringat dengan salah satu kalimat dosen yang berpesan kepada saya “ketika sudah mulai lelah dan bingung, istirahatlah sejenak, bebaskan pikiran untuk memikirkan hal tersebut, berdoa jangan lupa, petunjuk dari ALLAH tak akan kemana”. Ya,,, jika dicermati memang sepertinya semua itu masalah waktu, timing. Jika saya kembali melihat jalan yang sudah saya tempuh, kadang jadi terpikir bahwa saya telah mendapatkan hal yang seharusnya belum saya dapatkan, menyeimbangkan dengan lingkungan yang tidak sama membuat saya terbata-bata dengan penjelasan singkat dengan harapan orang sudah mengerti. Namun, tidak pada faktanya.
Jika dalam grafik pertumbuhan ada masanya kita akan menanjak atau masa pertumbuhan yang paling maksimal, kemudian akan turun seiring berjalan waktu dikarenakan memang “sudah waktunya” (internal dan eksternal). Begitu pula dengan hidup, yang patut kita lakukan adalah menyiapkan diri ketika timing nya datang baik untuk menanjak atau pun menurun.
Guru saya bilang “…terkadang memang susah dek, menyesuaikan dengan semua orang dan deal dengan pendapat dan keinginan orang lain…” Ya, ternyata memang susah,,, ingat ketika saya di Sekolah Dasar (SD). Saya bersekolah di salah satu sekolah swasta yang cukup memegang nama ditempatnya, terkenal dengan siswa-siswi yang selalu memenangkan lomba Gerak Jalan 17 Agustus, sekolah yang hampir selalu mendapatkan predikat yang baik dalam akreditasi, selalu memiliki siswa-siswi yang memiliki suara merdu untuk mengaji dan siswa-siswi yang bisa membaca alqur-an serta menghafalkan arti beserta mengejah huruf-hurufnya. Sekolah Dasar Islamiyah (SDI), ya, sekolah dasar saya dahulu.
Pertama kali memasuki saya berumur 5 tahun (diperbolehkan sekolah mungkin karena ibu saya guru disana, karena biasanya sekolah menerima murid berumur 6 tahun). Terlepas dari itu semua, bisa dikatakan karena saya memang sudah sangat ingin bersekolah, untuk ukuran anak SD waktu itu, saya sudah bisa menuliskan angka, huruf dan mengeja. Hari pertama bersekolah, saya mendapatkan 7 untuk hasil menuliskan abjad “a,b,c…”. Saya membawa buku tulis saya dan menunjukkan hasilnya kepada mama, dan kembali lagi saya belajar menulis-nulis (tidak menuliskan cerita seperti yang saya lakukan sekarang, namun menuliskan abjad yang tak jarang bentuknya aneh, skala anak SD).
Hari kedua, saya mendapatkan pelajaran tulisan sambung (perlu diketahui tulisan sambung adalah salah satu tulisan yang elegan dan kami pelajari di SD). Ada seni ditulisan sambung yang tidak bisa dibuat-buat dan memang memerlukan bakat tertentu untuk mendapatkan tulisan sambung yang indah. Kakak pertama saya adalah salah satu orangnya, menurut saya tulisan sambungnya bagus, dan sangat bagus dalam versi saya, selain tulisan Aba. Pelajaran tulisan sambung saya mendapatkan angka 8 dari guru. Wooo,,, senangnya waktu itu, mendapatkan 8 di hari kedua SD.
Hari ketiga, ternyata hari ketiga adalah hari matematika, latihan mengenal angka dan menghitung satu,dua,tiga… Ternyata, di kelas matematika, saya tidak merasa keberatan, karena saya sudah mengenal angka dan sudah bisa menghitung sampai sepuluh. Buah hasil dari ajaran kedua kakak saya yang jika mereka belajar saya nimbrung untuk diajarkan pula. Matematika, saya mendapatkan 100. Tidak ada kesalahan sedikitpun dalam soal-soal yang saya kerjakan. Well done,,, saya mendapatkan nilai tertinggi waktu itu. Saya anak SD yang berumur 5 tahun waktu itu sangat senang dan berpikir bahwa kelas dan masa studi saya telah selesai, karena saya sudah mendapatkan nilai tertinggi, 100. Apalagi yang mau dicari??? Hahahhaa,,, alhasil hari ke-empat hingga hari kenaikan kelas saya tidak datang lagi ke sekolah.
Baju baru, sepatu baru, tas baru, buku baru dan semua yang serba baru saat itu ternyata harus disimpan kembali di lemari. Untungnya, tahun berikutnya saya mau bersekolah kembali dan saya bersekolah sampai sekarang dan yang akan datang.
Kembali mengingat perkataan guru dan dosen serta grafik pertumbuhan, memang ada saatnya saya harus berhenti sejenak. Melepaskan pikiran dari kata sekolah dan membiarkan kehidupan mengajarkan sekolah. Sekolah untuk menerima, sekolah untuk memberi, sekolah untuk melakukan keduanya.
Salam untuk bersekolah.