Tes kesehatan, narkoba dan TBC di Ambon


Tulisan ini saya buat sebagai pengingat atau informasi bagi yang mungkin berdomisili atau bertempat tinggal sementara dan kebetulan membutuhkan surat keterangan sehat, bebas narkoba dan negatif TBC.

Saya  pindah ke Ambon pada 23 Mei 2018 yang lalu, sudah empat bulan di Ambon. Waktu empat bulan mungkin bagi beberapa orang adalah waktu yang cukup singkat dan sebagian lainnya mungkin mengutarakan bahwa waktu yang sudah cukup lama. Walaupun baru empat bulan di Ambon, saya sudah mengalami berbagai macam kejadian yang menurut saya lumayan cukup signifikan jika dibandingkan selama 5 tahun di Malang, 2 tahun di Belanda, lebih dari 3 bulan di Bogor, serta 17 tahun di Sekayu. Banyak hal yang saya temui, lakukan dan terjadi pertama kali ketika saya berada di Ambon. Seperti handphone saya hilang, terindikasi bronkitis, pindah kosan lebih dari 3x dalam waktu kurang dari 2 bulan. Well ya, hal-hal yang tidak begitu menyenangkan. Disisi lain, banyak juga hal yang menyenangkan, seperti saya berinteraksi dengan orang-orang yang peduli, bapak kosan yang menanyakan pergi kemana dan kenapa lama tidak dikosan, dan saudara-saudara baru yang memberikan support.

Okay, back to the topic, adalah mengenai tes kesehatan, narkoba dan TBC. Pertama kali saya melakukan pengecekan kesehatan yakni pada awal bulan Juni. Hal ini dikarenakan surat bukti kesehatan dijadikan sebagai salah satu prasyarat untuk mengikuti kompetisi tulis. Saya melakukan tes kesehatan di RS. Alfatah (lokasi disini). Jika Anda ingin melakukan tes kesehatan disini, caranya cukup mudah. Begitu sampai dilokasi, Anda bisa langsung menuju loket pendaftaran. Petugas akan meminta kartu tanda pengenal Anda, dalam hal ini adalah KTP dan mencatat data diri Anda, beliau juga kemudian memberikan kartu tanda periksa dan Anda diminta membayar 25 ribu (kalau saya tidak salah). Setelah mendapatkan kartu tersebut, Anda dapat menuju ke ruang pemeriksaan. Di depan ruang pemeriksaan ada satu petugas atau perawat yang akan mencatat kembali data diri Anda dan melakukan penimbangan berat badan, tensi darah dan juga melihat kondisi mata Anda. Setelah diperiksa tensi darah, petugas memberikan komentar sedikit, waktu itu saya ingat beliau mengatakan “sering begadang ya Ca, tensi nya 100/80″. Sembari nyengir saya mengiyakan hasil pemeriksaan beliau. Tidak hanya itu, kemudian saya disuruh masuk ke ruangan dan di dalam sudah ada Dokter yang menunggu. Beliau meminta saya berbaring dan beliau melakukan pengecekan. Tak lama kemudian, saya ditanyakan dalam rangka apa membutuhkan surat kesehatan. Setelah saya menjawab, beliaupun menangangguk dan mengucapkan semoga berhasil. Alhamdulillah prosesnya cukup cepat, tidak lebih dari 40 menit dari awal saya melakukan pendaftaran hingga saya mendapatkan surat keterangan kesehatan. Hari itu, saya sangat senang dan bahagia, mengalami praktik kesehatan yang nyaman dan cepat plus petugasnya melakukan tugasnya dengan benar.

Hal ini berbeda ketika pada bulan September, saya kembali ingin melakukan tes kesehatan sekaligus tes bebas narkoba dan TBC di rumah sakit Valentine (lokasi disini). Pagi itu, saya berangkat kurang dari pukul 8 pagi dari kosan dan tiba dilokasi sekitar jam 8.15. Wow, ternyata sudah banyak juga masyarakat yang telah mengantri dan mengambil nomor urut untuk diperiksa. Sayapun segera mengambil nomor antrian, nomor 46 yang saya dapat. Wufttt,,, setelah menunggu lebih dari dua jam, nomor urut 46 pun dipanggil. Segera saya menyampaikan keinginan saya untuk tes kesehatan, narkoba dan juga TBC. Setibanya di loket, petugas nya hanya menyampaikan, ruangan untuk tes kesehatan disebelah, untuk narkoba disana dan TBC disana (sembari menunjukkan lokasi).

Agak kaget ternyata, ketika saya datang ke ruangan tes kesehatan, saya minta untuk mengisi formulir biodata dan tak lama berselang saya langsung mendapatkan surat keterangan sehat. Betul, tanpa melewati tes yang sebenarnya, tidak pun dicek berat badan apalagi tensi darah. Sayapun agak bingung dan bertanya, “saya tidak dicek terlebih dahulu?” petugasnya menjawab “tidak usah, ini suratnya”, dan membayar 15ribu, sembari menyodorkan surat tersebut. Saya lihat, nama saya sudah tertulis disecarik kertas keterangan sehat. Wow… okay,,,

Kemudian saya pergi keruangan untuk tes deteksi narkoba. Diruangan ini cukup sepi, hanya ada satu petugas administrasi dan dua orang teknisi yang nampaknya sedang melakukan tes/uji urin. Saya diminta untuk mengisi formulir dan membayar 150ribu. Tak lama petugas admin menyerahkan botol kecil untuk diisi urin. Beliau menjelaskan, urin yang diperlukan hanya 1/4 dari botolnya. Segera saya mengambil botol tersebut dan ke toilet. Tak lama, sayapun menyerahkan botolnya ke petugas. Nampaknya teknisi nya langsung melakukan uji. Saya diminta untuk melakukan tes TBC terlebih dahulu sementara menunggu hasil tes nya.

Bersambung…

Leave a Reply