Senin, 6 Juni 2016.
Hari pertama memasuki bulan yang penuh rahmat dan nikmat, bulan suci ramadhan. Alhamdulillah diberikanan kesempatan untuk bertemu kembali dengan yang namanya Ramadhan walaupun saya belum bisa memulai puasa. Hari ini juga adalah hari pertama kerja kembali setelah berlibur minggu pekan. Kelompok saya memutuskan untuk melakukan survey dan beberapa percobaan serta observasi kepada restauran yang ada di sekitaran Sliema dan St. Julians. Kali ini saya berganti partner yang awalnya dengan Raoul untuk melakukan interview dan survey, kemudian dilanjutkan dengan Yui untuk interview dan experiment, hari berikutnya dengan Yui dan Kidd, sampailah hari ini dengan Lies (mahasiswa yang akan melakukan tesis nya di Indonesia, Kalimantan)
Hari ini ketika saya sarapan, banyak teman-teman yang bertanya “kenapa saya sarapan?, apa boleh makan jam segitu?” Sedikit bingung saya rasanya untuk menjelaskan khususnya jika yang bertanya adalah teman laki-laki. Sulit untuk dijelaskan, kepada warga Indonesia mungkin sudah lumrah dan tahu jika perempuan tidak puasa. Akan tetapi, disini dengan teman-teman yang baru mengetahui dan bahkan baru mendengar tentang puasa dan bagaimana mungkin bisa bertahan tidak makan dan tidak minum dari pagi hari (dawn) atau dini hari hingga pukul 8.19pm (Malta) dan 10an pm (Ede-Wageningen, Belanda). Bagi mereka memang hal yang demikian terdengar seperti hal yang sangat aneh dan bahkan banyak yang heran apakah bisa dijalankan?
Puasa tidak menghalangi kami para muslim dan muslimah yang sedang menjalankannya dalam mengurangi kegiatan dan produktifitas dalam bekerja, belajar dan apapun itu bentuknya. Puasa merupakan diet sehat dengan refleksi diri untuk menjernihkan dalam pemikiran, membersihkan tubuh (untuk kesehatan) serta bentuk refleksi kehidupan sosial.
Spesialnya Ramadhan kali ini, Ramadhan pertama yang saya jalankan di Eropa dengan rentan waktu yang cukup lama. Alhamdulillah, ternyata memang Ramadhan membawa berkah, kelompok European Workshop Malta dari fun team mengisiatif untuk melakukan makan malam bersama dengan judul “dalam rangka menyambut ramadha”. Kemudian setiap geo-group membuat atau menyediakan menu apa saja yang akan disajikan untuk makan malam bersama alias berbuka puasa. Tak hanya itu, restauran hostel yang biasa dipakai sebagai tempat sarapan pun disulap menjadi restauran yang elegan dengan lilin-lilin serta tatanan seperangan piring yang terhidang di meja.
Cukup membuat saya kagum, akan kepedulian mereka dengan Ramadhan dan dilakukan dengan tindakan berupa perwujudan makan malam bersama. Tak hanya itu, lecturers juga ikut bersumbangsi dalam menyediakan makanan penutup berupa buah dan yoghurt. Terima kasih semuanya para dosen dan kawan-kawan.