Momen Spesial “makan malam gratis”

restaurant.damartini.nl

restaurant.damartini.nl

Saya sempat bertanya dalam status di akun facebook mendapatkan undangan makan malam itu antara deg-deg an dan senang. Pertanyaan tersebut akhirnya dapat terjawab malam ini!

26 November 2015, pukul 19.00 ECT, saya menghadiri undangan makan malam yang di organize oleh direktor dan jajaran komite nya termasuk komite mahasiswa. Selaku komite mahasiswa saya dan kawan yang lainnya sedikit khawatir karena di undang di salah satu restoran yang cukup merobek kantong mahasiswa yang bisa dibuat makan untuk seminggu menjadi satu malam. Salah satu teman saya orang belanda tulen sempat menyatakan statement bahwa apakah kita harus membayar sendiri atau di traktir dan di akhir kalimatnya dia menambahkan pula lebih baik membawa cash, in case harus membayar sendiri. Saya sebenarnya sudah tidak lagi kaget, namun tetap penasaran. Beberapa cerita dari dosen yang pernah berkuliah di Eropa menyatakan selalu bawa uang sendiri jika ada undangan makan malam dan atau kegiatan lainnya kecuali tertulis bahwa makan malam tersebut di traktir dan gratis.

Karena takut kekurangan uang alhasil saya pun bernegosiasi dengan salah satu teman untuk meminjam uang, in case takut kurang. Tapi yang namanya rejeki memang semua bisa menjadi pengecualian. Direktur program mengumumkan bahwa makan malam hari ini kami selaku mahasiswa dan undangan lainnya tidak perlu mengeluarkan uang dan membayar. Hal ini dikarenakan semua sudah termasuk ke dalam rancangan program dan telah di alokasikan dana tersebut untuk makan malam. Sebenarnya makan malam ini ditujukan untuk persiapan kepada salah satu dosen yang akan pensiun dan welcome kepada ketua pimpinan rapat yang baru.

Pada umumnya makan malam maka akan ada hidangan pembukaan, makanan utama dan penutup. Kami makan malam bersama di salah satu Italian Restoran “Da Martini” yang berada di tengah kota Wageningen, centrum semua orang menyebutnya. Saya dan teman saya berangkat pukul 18.42 dari kampus kemudian menuju ke lokasi dan sampai pukul 18.53, maklum saya pengendara sepeda dalam kecepatan yang sama sekali tidak cepat. Sesampainya disana, ternyata belum ada satu para undangan pun hadir, dua menit kemudian dosen yang akan pensiunpun datang dan kami bertegur sapa dan masuk ke dalam restoran. Hal yang sangat jarang mungkin dilakukan di Indonesia sebagai seorang dosen adalah ketika dosen memperlakukan mahasiswa sama seperti temannya sendiri.

Cuaca di belanda memang tidak bersahabat dan suhu diluar ruangan tiga derajat. Sehingga kami mengenakan coat untuk kemana-mana dan begitu memasuki ruangan secara otomatis akan melepaskan coat dan menggantungkannya ke tempat yang telah disediakan. Dosen tersebut menggantungkan coat nya terlebih dahulu dan kemudian beliau mengambilkan hanger untuk coat yang kami kenakan, dengan tersenyum saya berkata “dank u well“.

Tidak berselang lama kami duduk, kemudian undangan lainnya pun datang sehingga. Menu pembuka disambut dengan “roti bakar yang hampir kering” yang kemudian disajikan ala-ala restoran, tertata rapi dan cantik dikhiasi warna warni sayuran dan atau pun tomat-tomat kecil serta satu mangkok irisan tomat. Irisan tomat terseebut dijadikan sebagai selai untuk roti kita. Saya lupa nama menu pembuka kami malam ini, karena dalam bahasa italia dan saya sulit untuk mengingatnya.

Dua puluh menit berselang, kami telah menyelesaikan makanan pembuka. Memang cukup lama, karena sembari makan pun kami mengobrol ria tentang hal yang berkaitan dengan program, pengalaman masing-masing pribadi terkait dengan bidang yang dilakukan dan diminati sampai dengan perbincangan keluarga dan anak para dosen serta tentang cross culture. 

Menu utama yang menjadi pilihan saya adalah hal yang paling aman fish soup, karena tidak usah berhubungan dengan ayam dan daging dan/atau bacon/pork/kawan-kawannya. Ternyata setelah menunggu kurang lebih 10 menit makanan utama kami semua terhidang indah di meja, terlihat semuanya menarik dan lezat. Alhamdulillah makanan yang saya pesan memang memiliki taste yang pas di lidah saya. Kalau boleh saya katakan fish soup (isinya seafood tidak hanya ikan) yang pesan rasanya kurang lebih seperti tom yam sea food yang tersaji real nyata ketika saya menikmatinya di Thailand. Namun, porsi yang disajikan adalah tentunya untuk porsi orang-orang eropa yang pada umumnya menurut saya pribadi termasuk super jumbo. Jangankan dengan porsi orang eropa, porsi orang Indonesia pada umumnya pun saya sering sekali tidak habis. Bukan karena tidak suka, namun karena memang porsi makan saya yang sedikit namun berkelanjutan 🙂

Kesempatan kali ini saya maksimalkan untuk menghabiskan makanan yang telah saya pesan. Rasanya sangat kenyang dan bahagia sekali. Bagaimana tidak, untuk mengonsumsi ikan saya harus rela merogoh kocek lebih melebihi harga daging sekilo untuk harga 200 gram ikan. Well sebagai mahasiswa, pasti sudah dipikirkan bagaimana porsi budget untuk setiap kali mengonsumsi makanan. Makanan saya lengkap dengan cumi, udang, kerang, ikan dan roti setengah kering.

Saya termasuk orang yang beruntung, karena melihat kembali status facebook yang pernah saya update rerata komentar adalah saya harus membayar sendiri untuk undangan makan malam ini. Alhamdulillah kali ini makan malam saya dibayar oleh program studi (special case). Akan tetapi untuk lain waktu perlu di ingat selalu bawa uang cash dan atau atm pribadi jika di undang makan malam dan atau jenis makan apapun kecuali ada tertulis itu di traktir dan/atau sejenisnya.

Menjadi sebagai salah satu Student Committee merupakan sebuah tanggung jawab dan kesempatan belajar lebih daripada teman yang lain. Kesempatan terbuka untuk berdiskusi dan mengutarakan pendapat kepada dosen, mengenal para dosen dan jajaran-jajaran orang penting di jurusan serta membuka peluang informasi satu langkah atau banyak langkah jika tidak tergabung di dalamnya.

Wageningen, 26 November 2015. 11.13pm ECT

Leave a Reply