Efek kupu-kupu


Empat bulan belakangan ini mungkin adalah bulan-bulan yang penuh dengan challenges. Banyak sekali hal-hal yang harus saya rampungkan sesuai dengan tenggat waktu dan optimal.

Pertama, proses untuk mendaftar beasiswa dari kementerian keuangan Indonesia untuk program luar negeri memerlukan perhatian dan kekhusyukan tingkat tinggi. Bagaimana tidak, untuk mendaftar untuk jenjang Doktoral, para pendaftar wajib memiliki Letter of acceptance (LOA) atau surat tanda diterima di kampus tujuan. Mulai berkomunikasi dengan calon supervisor hingga mendapatkan LOA merupakan salah satu proses yang cukup menantang. Alhamdulillah karena saya mendaftar di sekolah yang sama saat saya menjalani master, proses mendapatkan LOA tergolong mulus. Namun, ada beberapa persyaratan lainnya yang tidak mudah yakni mendapatkan surat keterangan bebas narkoba, surat sehat dan surat bebas TB. Jika Anda sedang berada di Ambon dan akan melakukan tes tersebut, Anda bisa datang ke rumah sakit Valentine (saran saya datanglah atau berangkatlah dari rumah tidak lebih dari pukul 7.30, karena efeknya Anda harus menunggu berjam-jam). Untuk mendapatkan surat keterangan sehat dan bebas narkoba tergolong mudah, karena tes nya cepat (kurang dari 1 jam). Tapi tidak dengan tes bebas TB karena di RS Valentine mereka tidak bisa melakukannya karena alat dan/atau bahan yang tidak tersedia. Alhasil saya mendapatkan rekomendasi untuk datang ke dokter A. Begitu sampai ke dokter A antriannya bak gerbong kereta api di pasar senen. Panjang mbak e… 😀 Namun begitu sampai di Dokter A dan mendapatkan panggilan, beliau bilang “maaf kami tidak menyediakan tes tersebut di sini”. Super menunggu berjam-jam hanya mendapatkan satu kalimat yang disampaikan hanya dalam beberapa detik. Well, untungnya saat saya bertanya di mana tempat yang bisa saya datangi untuk melakukan test TB, beliau merekomendasikan Dokter B. Alhamdulillah setelah saya mengambil beberapa jam kantor, sayapun menyelesaikan urusan dengan Dokter B. Karena saya bekerja dengan salah satu yayasan dan sedang cukup intense berkegiatan, makanya proses pendaftaran ini menjadi sangat menantang. Tak jarang weekend saya habiskan dengan membaca artikel dan setelah pulang kerja saya tuangkan kadang satu dua kalimat atau bahkan paragraf kalau ide lagi mayan banyak. Tentunya proposal penelitian saya jauh dari sempurna. Namun, dengan waktu yang saya punya dan kegiatan yang saya jalani, bahagia terasa saat setidaknya proposal tersebut saya kirimkan kepada supervisor saya untuk kemudian proses bimbingan. Yap, semua terjadi di akhir April hingga akhir Mei.

Kedua, bulan Juni Alhamdulillah saya mendapatkan izin dan bisa ikut serta memeriahkan dan menjadi bagian dari yang namanya orang “mudik”. Perayaan Idukfitri tahun ini terjadi pada 6 Juni 2019, pulang ke rumah dan berkumpul bersama dengan keluarga adalah salah satu nikmat yang terindah (yang mungkin hanya dirasakan bagi sebagian besar orang yang merantau saja). Karena setiap detik atau waktu yang dihabiskan di rumah rasanya menjadi sangat berharga. Entah mengapa tahun ini, saya merasakan perayaan hari raya yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tapi tak lama setelah liburan hari raya, sayapun harus kembali menjalankan tugas kembali. Seminggu berselang, saya mengikuti meeting di Bogor, dan kegiatan pelatihan dan uji kompetensi sebagai asesor untuk bidang konservasi sumber daya perairan di Jakarta. Nampaknya memang agak wara-wiri meski hanya berpindah dari Bogor dan Jakarta. Akhir Junipun saya terbang ke Bali dan menghadiri (atau meramaikan) acara untuk strategic planning tempat saya bekerja. Disambung dengan tiga hari meeting untuk persiapan modul yang dari dua pelatihan digabungkan menjadi satu. Hingga singkat cerita sayapun kembali lagi ke Ambon pada 5 Juli 2019. Berselang semingguan lebih dilanjutkan dengan kegiatan penilaian kawasan konservasi di Maluku dan Maluku Utara. Menarik 🙂

Ketiga, untuk kali pertama setelah saya menyelesaikan studi, saya mengikuti kembali sesuatu yang berbau “ilmiah” dan “nerd” mungkin bisa dibilang. Mengikuti konferensi yang Alhamdulillah atas kebaikan kantor diperbolehkan dan ditanggung segala biayanya (terima kasih atasan 😀 ). Namun, uniknya ini adalah pengalaman saya yang pertama kali juga H-7 jadwal presentasi dan belum menyiapkan power point sama sekali. Tidak bahkan untuk cover. Well, saya sendiripun mulai menjadi gelisah karena satu tab atau spasi saja, kedetailan itu terlihat di mata saya ketika melihat sebuah PPT. Entah huruf dan bahkan font yang berbeda (walaupun cuma 1pt) bisa membuat saya menghabiskan waktu yang tiada terkira. Sehari berselang (selesainya pelatihan), tiket pesawat membawa saya terbang ke Jakarta menginap semalam di airport Jakarta besoknya terbang ke Malaysia. Selamat datang di Malaysia. Alhamdulillahnya, atas bantuan mentor dan tim saya bisa menyelesaikan PPT dan sempat latihan untuk presentasi beberapa kali. Lama tidak ngomong dengan menggunakan bahasa Inggris, rasanya lidah saya agak kagok juga untuk ngomong, jangan tanya mengenai grammar ingat arti kata dan mampu membuat kalimat saja saya sudah bersyukur. Seminggu di Malaysia mengikuti konferensi dan mendengarkan berbagai macam jenis informasi, penelitian terbaru rasanya sangat menyenangkan. Menjadi segar kembali, bak bunga yang baru disiram, rasanya sejuk dan menyegarkan. Yap, you know what? setelah mengikuti konferensi di Malaysia sayapun mengambil jatah cuti untuk menunaikan nazar saya untuk merayakan umur ke 27 di Belanda. Berangkatlah saya ke Belanda pada tanggal 29 Juli 2019. Yuhuu… roller coaster rasanya, begitu cepat waktu berlalu dan berbagai kejadian telah saya lewati.


Ingatlah bahwasanya apa yang terjadi, jangan tanyakan “why me?” karena jawabannya adalah karena Anda mampu menjalaninya. Meskipun tampaknya memang kadang memberikan efek kupu-kupu, setiap kejadian adalah tantangan baru dan tantangan baru kadang cepat berlalu. Seperti empat bulan yang saya lalui, rasanya baru seminggu yang lalu. Tetap positif untuk maju!

Leave a Reply