5ekawan minus 2 #Eurotrip #harikesembilan

Sabtu, 23 Juli 2014.

Alhamdulillah setelah kejadian teror yang mengerikan semalam di Munich HBF kami hari ini bisa bangun lagi dan melihat matahari pagi bersinar, sejuknya udara yang sebetulnya dingin menyapa. Mas Azis menanyakan kepada kami mau sarapan apa, akhirnya beliau membelikan kami roti, ada yang khas Jerman a.k.a. Pretzel yang memiliki rasa sedikit asin, ada juga Apfelstrudel, serta roti dengan taburan tipis kacang almon. Rasanya sangat enak, ditemani dengan segelas susu putih kami sarapan sembari bercerita mengenai asal kami darimana dan kami siapa, tamu yang tak diundang,,, hahahaha. Maaf teah merepotkan Mas Azis.

Untungnya karena ini weekend alias hari sabtu, mas Azis mau menemani kami jalan-jalan keliling Munich. Tujuan pertama kami adalah Munich Olympiaturm atau The Olympic Tower yang terletak di Olympiapark, Georg-Brauchle-Ring, 80992 München, Germany. Tiket masuknya 7 euro dan sudah bisa menikmati seluruh kota Munich dari ketinggian, kita juga bisa melihat pemandangan megahnya stasion Allianz Arena, pabrik BMW luasnya taman.

temp1

BMW – Munich (Dokumentasi pribadi, copyright: Agustin Capriati)

temp

One of the most expensive BMW product (Dokumentasi pribadi, copyright: Agustin Capriati)

 

 

 

 

 

 

 

 

Olympiaturm dibangun pada tahun 1968 yang kemudian secara bertahap pengembangannya hingga megahnya seperti sekarang. Elevator untuk menuju ke atas Olympic Tower memiliki kecepatan 22km/jam, yang menurut saya sudah sangat cepat mengingat perjalanannya adalah secara vertikal.

DCIM100MEDIA

Sebaiknya bagi yang ingin berkunjung kesini membawa kacamata hitam, karena silau bro 🙂 (Dokumentasi pribadi, copyright: Anita Puspita Sari)

Setelahnya kami duduk-duduk ditaman dan menikmati Olimpic Park ini, indah sejuk, megah dan tenang. Tak banyak gambar yang bisa kami abadikan, well ya karena kamera DSLR Nidonk dan Uwi pun dititipkan di locker di Munich HBF. Selanjutnya kami mengunjungi Odeonplatz dan Marieplatz, kemegahan gedung-gedung Jerman memang sangat memukau, saya tak bisa banyak berkomentar. Walaupun memang keliatannya banyak yang hampir mirip-mirip (karena saya tidak begitu jela membedakan) yang penting setiap di Jerman, melihat gedung-gedungnya saya tetap senang.

DCIM100MEDIA

Salah satu gedung di Marienplatz (Dokumentasi pribadi, copyright: Anita Puspita Sari)

temp3

Salah satu tanda dinding yang menceritakan Munich dahulunya (Dokumentasi pribadi, copyright: Agustin Capriati)

Di centrum, ketika kami sedang berkeliling-keliling yang ditemani oleh tour guide dadakan kami, Mas Azis. Kami melihat ada sekelompok orang yang sedang melakukan demo anti-islam. Ketika kami stop dan mencoba membaca apa yang tertulis di salah satu banner pendemo, ada salah seorang bapak-bapak berkata kepada kami keep going, it’s a bad thing! Ya, secara otomatis dengan dikatakan demikian kami semakin penasaran. Kemudian tak lama setelah itu adzan berkumandang!!!!

Alhamdulillah!!! Kami mendengarkan adzan yang sangat merdu berkumandang ditengah-tengah dan keramaian kota Munich. Merinding saya mendengarkannya dan sempat saya abadikan dengan video kamera, kami di ingatkan untuk sholat,,, karena memang waktu itu sudah memasuki waktu untuk sholat duhur. Hal ini sebenarnya dilakukan untuk aksi protes jika ada banyak muslim maka yang akan terdengar adalah suara Adzan dalam 5 kali sehari yang akan mengganggu pendengaran mereka. Kemudian ada seorang bapak yang tiba-tiba dengan nada seperti marah-marah (berhubung saya tidak mengerti bahasa Jerman) protes terhadap apa yang pendemo lakukan. Kata Mas Azis bapak tersebut marah karena beliau tidak mau di Jerman ada aksi protes yang sifatnya rasis. Teringat dari kata Kak Reza juga ketika kami di Berlin, bahwa jika ada kejadian (pertengkaran) atau rusuh. Maka pertanyaan yang ditanyakan oleh polisi adalah “siapa dari kalian yang mengatakan hal-hal rasis atau bersifat menghina”. Salut!!! ternyata ada aturan dan penerapan yang demikian di Jerman. Kami juga sempat mampir disalah satu masjid di Munich dekat stasiun HBF, tempatnya memang sulit untuk ditemukan bagi yang tidak tahu betul daerah tersebut. Untungnya kami pergi bersama mas Azis, akhirnya kami bisa sholat disana 🙂

temp2

Masjid di Munich (Dokumentasi pribadi, copyright: Agustin Capriati)

Kemudian kami berpamitan menuju stasiun HBF untuk mengambil barang ke locker dan berpamitan dengan mas Azis. Sebelum kembali ke Belanda, kami memutuskan untuk makan malam dengan menu kentang goreng, cumi goreng dan ikan goreng. Meskipun kami tidak tahu minyak yang digunakan untuk menggoreng itu hasil campuran minyak-minyak apalah. Bismillah!!! Kembali ke Belanda!!!

Leave a Reply