Kamis, 21 Juli 2016.
Bangun pagi dan kami segera berkemas, karena hari ini kami harus check out dari hotel. Menurut saya secara pribadi hotel yang kami tempati sangat cocok untuk travelers, selain biaya yang dikeluarkan cukup bersahabat, hotel ini juga menyediakan sarapan. Sarapan kami berupa sereal, roti dan kelengkapannya, buah (semangka), serta kopi atau teh. Tentunya bagi kami alhamdulillah artinya kami tidak perlu mencari sarapan diluar lagi, karena hari ini kami niatnya untuk mengunjungi Gunung Kahlenberg.
Kahlenberg memiliki ketinggian 484 meters, memiliki sejarah yang kental dengan penyebaran islam di Eropa. Gunung ini menjadi saksi kekalahan pasukan Turki yang di pimpin oleh Kara Mustafa dalam melakukan penyerangan untuk menaklukkan Vienna (lengkapnya bisa dibaca disini). Perjalanan menuju Kahlenberg tidak sebentar, memakan waktu sekitar kurang lebih 2 jam dengan menaiki kereta dan bus hingga ke bukti Kahlenberg. Namun, tidak usah khawatir karena memang perjalanan yang lama terbayarkan dengan indahnya pemandangan perbukitan.
Setelah turun dari kereta api, kami menaiki bus untuk menuju puncak Kahlenberg. Tepat sebelah kanan keluar dari stasiun, kami menemukan doner, kebab, dkk, halal. Akhirnya kami putuskan untuk membeli bekal untuk makan siang di Kahlenberg. Doner box menjadi pilihan saya dan Nidonk, sementara Uwi memilih Falafel.
Ditengah perjalanan di dalam bus, kami duduk di belakang dengan kursi berhadap-hadapan untuk empat orang. Uwi dan Nidonk menghadap ke depan dan saya serta seorang nenek disamping saya menghadap ke Belakang). Kami yang kadang mengobrol, dilirik pelan oleh nenek ini. Namun, lirikan ini bukan merupakan lirikan sinis, melainkan lirikan dengan senyuman dan sepertinya ingin mengobrol. Sampai akhirnya kami memulai perbincangan dengan beliau.
Saya tak ingat pasti bagaimana kami memulai obrolan, yang jelas ujung-ujungnya adalah ketemu dengan perjalanan atau kunjungan ke Indonesia. Anak beliau beberapa tahun yang lalu pernah mengunjungi Indonesia dan beliau menceritakan bahwa anaknya sangat senang di Indonesia, karena bisa makan sayur segar sepuasnya dan dengan harga yang murah. Kami menanyakan apakah beliau sendiri ke Kahlenberg, ternyata tidak, beliau bersama suaminya. Beliau menjelaskan bahwa beliau sudah risih dengan kehidupan kota, karena beliau tinggal tepat di jantung kota Vienna. Hingga disela-sela waktu beliau ingin menikmati ketenangan dan pemandangan dari Kahlenberg.
Selepasnya dari Kahlenberg, kami melanjutkan perjalanan untuk menuju Schönbrunn Palace yang merupakan istana atau kediaman dengan arsitektur, budaya dan monumen sejarah dari kota Austria (lengkapnya bisa dibaca disini). Kami akhirnya mengeliling beberapa bagian dari tempat ini, karena memang tempatnya sangat luas dan rasanya kami tak sanggup lagi untuk berjalan. Bagi kawan-kawan sebaiknya tidak melakukan travelling ke Kahlenberg dan Schönbrunn Palace dalam satu waktu karena akan sangat lelah sekali, banyak berjalannya. Kecuali kalau kawan-kawan memang ingin.
Setelahnya kami tutup dengan makan malam di salah satu restauran fenomenal yang mengajarkan tentang keihklasan, yang mana dengan jargon nya “all you can eat, pay as you wish“, Der Wiener Deewan restaurant. Waktu itu kami dari jalan Landstrasse, dengan menaiki kereta dari U4 Heiligenstadt melewati (Schewedenplatz, Schittenring) dan turun di Roßauer Lände. Setelahnya kawan-kawan bisa berjalan sekitar 13 menit menuju restauran ini dengan jalur (head west: 18m, turn left onto Roßauer Lände go for 211m, turn right slightly and go for 55m, turn right onto Turkenstrasse-go for 159m, take the street on the left, Turkenstrasse-go for 305m, turn right onto Liechtensteinstrasse-go for 22m) dan taraaaa berada di Der Wiener Deewan, tepatnya gunakan google map kawan-kawan.
Alhamdulillah makanan yang ditawarkan semuanya halal dan sangat enak. Kami yang kelaparan makan dengan lahapnya. Tak hanya makanannya yang enak, namun abang pelayan restaurannya juga ramah, beliau menjelaskan bagaimana sistem yang digunakan oleh restauran ini yakni bisa makan dengan sepuasnya dan membayar seikhlasnya. Tepat tahun 2016 ini restauran ini baru berumur 10 tahun. Kami juga menanyakan kepada beliau apakah boleh, bisa dan ada tempat sholat di restauran ini. Beliau mengatakan ada, tapi untuk satu orang (bergantian). Namun, beliau menambahkan bahwa di dekat ada masjid yang biasanya digunakan oleh anak-anak untuk mengaji dan sholat. Alhamdulillah !!!!
Letak masjid nya pun tak jauh dari lokasi Der Wiener Deewan, jika kawan-kawan keluar dari restauran ini, mengarah ke kanan, berjalan kurang lebih 30an meter, akan bertemu perempatan dan lurus saja sekitar 120an meter kawan-kawan akan bertemu dengan tanpa AAI atau IIA (saya lupa) di kanan jalan, tepat sebelumnya, satu gedung, masuk dan di lantai pertama (naik satu lantai dari lantai dasar) kawan-kawan akan menemukan ruangan yang digunakan untuk sholat oleh para muslim dan muslimah.
Selepas sholat kami segera kembali ke hotel untuk mengambil barang titipan kami dan melanjutkan perjalanan selanjutnya yaitu menuju Munich, Germany. Beginilah tampang kami untuk menuju perjalanan berikutnya (tampang senang-senang lelah)