Kamis-Jumat-Sabtu, 28-29-30 Juli 2016 tiga hari berturut-turut jelas terasa ketika bangun tidur yang terdengar adalah hanya suara kulkas dan suara televisi. Iya, saya memang suka menyalakan televisi ketika saya mau tidur, seperti kebanyakan orang lainnya, alasannya agar tidak terlalu terasa sepi ada sedikit suara dan tidak begitu sepi.
Empat belas hari belakangan, setiap bangun saya melihat dua orang anggota 5ekawan lainnya. Kadang saya bangun duluan, kadang juga saya yang dibangunkan. Maklum, agenda kami padat :). Rabu, 27 Juli 2016 terpaksa harus kami akhiri liburan kami kali ini. Selepas mengantarkan Uwi dan Nidonk ke Schipol saya langsung kembali ke desa tercinta, Wageningen. Sepi rasanya, dalam dua minggu terakhir selalu ada saja yang mengajak mengobrol ataupun untuk memulai obrolan. Kemudian kembali dengan kamar dengan benda-benda yang tak bisa bicara.
Tanggal 28 Juli 2016, supervisor saya pagi-pagi mengirimkan email bahwa apakah bisa hari ini untuk bertemu dengan satu mata kuliah yang saya ambil dengan beliau dan juga rencana tesis yang akan saya lakukan. Tepat pukul 14.27 saya lewat ke depan ruangan beliau dan ternyata beliau sigap dan langsung say Hi, padahal maksud saya baru mau ngecek karena memang janjian pukul 14.30. Ya memang, mungkin bagi kawan-kawan waktu tiga menit tidak seberapa pengaruh. akan tetapi semenjak disini, beberapa detik pun menjadi begitu berharga. Beberapa detikpun bisa ketinggalan bus, kereta, tram, dosen telah memulai kelas dan lain sebagainya. Beberapa detikpun menjadi tolak ukur kinerja atau performa seseorang.
Ternyata ooo ternyata, beliau meminta saya untuk mengisi formulir kontrak tesis yang akan saya lakukan dalam enam bulan ke depan. Tertuliskan kontrak saya secara resmi memulai tesis 28 Juli 2016, dan beliau langsung meminta untuk seminar proposal pada 16 Agustus 2016, yang artinya kurang dari sebulan saya harus menulis proposal, menyiapkan PPT, ide dan merancang bagaimana tesis saya akan saya jalankan. Well done, GOOD LUCK!!!
Kemudian, dua orang Malaysia yang sempat bertemu kami di Berlin dan di Munich mengabarkan bahwa mereka tidak jadi menginap disini. Taraaa…. saya yang sudah berpikir akan ada teman kembali dalam beberapa hari ke depan terpaksa pupus harapannya. Bingung apa yang mau dituliskan lagi, sepertinya belum ada cerita lagi. Ucapan terima kasih kepada Uwi dan Nidonk yang sudah mau kesini, membuat saya bertemu dengan orang-orang baru yang luar biasa, mulai dari orang-orang yang satu ruangan tidur di kereta hingga kakek-nenek yang sedang menikmati Kahlenberg.