Cerita listrik prabayar


Listrik prabayar sebenarnya sudah diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia sejak tahun 2008. Penggunaan listrik prabayar pertama kali diujicobakan di Kota Bandung terhadap 1000 pelanggan rumah tangga. Hal ini dikarenakan 70% pengguna listrik terbesar di Indonesai ada di Jawa Barat. Kemudian setelah dilakukan uji coba selama tiga bulan serta kajian-kajian. Barulah Perusahaan Listrik Negara (PLN) meresmikan listrik prabayar pada tahun 2010.

Dahulunya listrik dihitung dengan menggunakan sistem paskah bayar, dimana listrik digunakan terlebih dahulu oleh pelanggan baru kemudian bulan berikutnya akan dihitung serta ditagih oleh PLN biaya listrik yang telah dipakai. Sedangkan listrik prabayar, konsumen terlebih dahulu membayar atau membeli energi listrik yang akan digunakan, sama seperti pulsa HP. Anda akan bisa menelepon setelah anda membeli dan memiliki pulsa. Nah sistem ini dinilai dapat memangkas beberapa hal menjadi lebih efektif seperti tenaga kerja yang digunakan untuk menghitung energi listrik tiap rumah tangga kemudian membuat tagihan, mengirimkan tagihan, memberikan surat peringatan (jika belum dibayar) dan sebagainya. Sebaliknya dengan menggunakan sistem listrik prabayar, pelanggan dengan mandiri membeli energi listrik sendiri dan secara otomatis akan diberikan peringatan jika listriknya hendak habis.

Pembelian listrik dapat dilakukan dibeberapa tempat baik itu PLN, ATM, Mobile banking, ebanding atau di tempat jual pulsa. Nah harganyapun beragam mulai dari IDR 20.000 hingga IDR 100.000. Peraturan tentang harga Rp/kWh listrik sudah tertuang dalam peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No 31 Tahun 2014 tentang tarif tenaga listrik yang disediakan oleh PLN.

Penggunaan listrik prabayar mulai terkenal di masyarakat pada tahun 2016. Namun, waktu itu saya sedang tidak berada di Indonesia. Ingat ketika mendengar cerita orang tua saya bahwa sekarang penggunaan listrik sudah seperti penggunaan pulsa handphone. Nah, menariknya pengalaman baru baru saja saya dapatkan terkait listrik prabayar ini. Ketika saya sudah menyelesaikan studi dan kembali ke tanah air, sayapun masih dalam tahap penyesuaian.

Alhamdulillah selama masa penyesuaian tersebut saya mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan saya dimulai dengan masa probasi di Bali yang artinya saya harus mencari kosan sebagai tempat tinggal. Ketika sibuk mencari akomodasi, rata-rata pemiliki kosan menyebutkan bahwa penggunaan listrik adalah dengan menggunakan sistem token. Saya belum mengerti, tapi saya yakin ini akan jadi pelajaran baru nantinya. Tepat pukul 4 pagi saya terbangun (iya sayapun melihat jam di hp), kaget karena bunyi tit tit tit…. seperti suara alarm atau bom yang hendak meledak. Sontak sayapun terperanjak, bangun dan mencari sumber suara. Namun, saya tidak begitu berani untuk membuka pintu kamar, jadilah saya pun mencoba memejamkan mata kembali tidur.

Malam ini lagi saya dikagetkan dengan bunyi yang sama, karena baru pukul 10pm, saya pun akhirnya memutuskan untuk keluar kamar dan mengecek darimana sumber suara tersebut berasal. Taraaa,,, ternyata resonansi nada berasal dari sekotak kabel dengan angka-angka, tit tit tit dan titik merah pun menyala beringingan dengan suara. Ah ternyata ini bebunyian yang membangunkan saya kemarin. Listrik saya mau habis, bingung karena saya belum punya pengalaman sama sekali. Alhasil bertanya kepada teman adalah salah satu solusi cepat, akhirnya saya dibelikan token listrik. Sayapun mengikuti panduan video dan tata cara pengisian ulang pulsa listrik melalui youtube dan google.

Jauh dari rumah, mewajibkan saya tahu hal-hal yang biasanya orang tua lakukan. Seperti mengisi pulsa listrik.

Leave a Reply