Tertulis jelas di bucket lists yang pertama di tahun 2018 yakni mengunjungi minimal 3 provinsi baru di Indonesia. Here I am, berkesempatan untuk menjalani masa probasi di salah satu lembaga swadaya masyarakat yang berkantor di Bali. Masa probasi dimulai pada awal februari yang lalu. Alhamdulillah meskipun dalam masa probasi, saya diberikan kesempatan untuk belajar dan langsung terjun untuk mengikuti kegiatan pelatihan yang diadakan di Ambon.
Ambon, Maluku-provinsi pertama yang menjadi checklist saya diantara ketiga provinsi lainnya yang akan saya kunjungi pada tahun 2018. Ambon merupakan kota terbesar di Pulau Maluku yang terletak di pusat Maluku Archipelago. Terkenal dengan “the city of music”, kota yang melahirkan banyak musisi-musisi handal. Sebut saja Glenn Fredly, Harvey Malaiholo, Utha Likumahua, Bram Aceh dan George de Fretes dan lain sebagainya. Masyarakat Ambon tidak bisa terpisahkan dengan musik, lagu-lagu daerah mereka pun terkenal hingga ke penjuru negeri seperti Manise Manise.
Pesawat yang saya tumpangi mendarat mulus di landas pacu Pattimura Airport. Setelah pesawat berhenti dan mengambil posisinya, saya dan penumpang lainnya pun mulai beringsuk melepaskan sabuk pengaman. Berdiri pelan dan perlahan bagasi kabin terbuka satu persatu. Sayapun mengambil tas ransel di kabin. Merangsek berjalan menuju pintu depan dan turunlah dari pesawat tanpa menggunakan jasa garbareta.
Semburat cahaya kuning kemuning dengan kelembaban yang pas terasa hangat namun tidak terlalu menyengat di kulit. Langit pagi dan matahari dari langit Ambon menyambut saya dengan senyuman. Penumpang pesawat lainnyapun bersegera menuju ke pintu kedatangan. Sempat mengabadikan matahari terbit pertama di Ambon membuat mood saya sangat terasa sangat baik pagi ini, walaupun perjalanan memang agak sedikit melelahkan.
Penerbangan ke Ambon (jika anda dari daerah Jawa-Bali dan sekitarnya), memakan waktu yang cukup lama. Misalnya penerbangan dari Denpasar ke Ambon, akan melewati perjalanan ke Makassar terlebih dahulu (sekitar satu setengah jam). Selanjutnya menuju ke Ambon dari Makassar memakan waktu dua jam kurang sepuluh menit. Nah jika di total perjalanan hampir 4 jam, yang jika saya bandingan perjalanan Denpasar Ambon hampir sama ketika saya melakukan perjalanan Jakarta-Hanoi (Vietnam). Betapa besarnya Indonesia 🙂
Sesampainya di pintu kedatangan Bandara Pattimura, berjejeran penumpang sudah menunggu bagasi. Asyiknya, sembari menunggu, saya merasa terhibur dengan sambutan live music oleh musisi-musisi lokal Ambon. Usut punya usut musisi tersebut ternyata disiapkan untuk menyambut kedatangan para pasukan pemadam kebakaran yang berkebetulan memiliki kegiatan juga di Ambon.
Bewarna hitam bercorak oranye tas saya perlahan mendekati saya yang menunggu di ujung pemutar tempat pengambilan barang bagasi. Berjalan pelan sembari tersenyum saya sempatkan merekam musisi lokal Ambon dalam memainkan musik, iyap, predikat kota musik saya akui memang di Ambon. Lalu, saya ditelpon oleh salah seorang kolega di Ambon. Beliau menyebutkan bahwa beliau mengenakan baju merah. Santai menuju pintu keluar saya tidak langsung clingak-clinguk mencari orang yang memakai baju merah. Meskipun ini adalah kali pertama saya ke Ambon, tak ingin saya di anggap sebagai warga asing. Ketenangan pun mengantarkan saya bertemu dengan kolega dengan smooth dan berkenalannya kami.
Welcome to Ambon, selamat menambah keluarga baru disalah satu penjuru negeri :D.
Ambon, 25 Februari 2018