“Daun Sop” a.k.a Daun Seledri

Daun sop, gabungan dua kata yang sangat tidak asing bagi saya dan beberapa warga Sekayu mungkin juga di Palembang. Jelasnya, saya mendapatkan kosa kata ini dari mama tercinta karena anak-anaknya suka sop apapun jenisnya. Mulai dari sop ayam, sop daging, ataupun sop telur puyuh. Campuran/isi nya pun sederhana, kentang, wortel, buncis (kadang), dan tak lupa adalah daun sop, yang menambahkan rasa dan bau yang khas.

Sabtu pagi adalah jadwal membeli bahan-bahan untuk keperluan satu minggu ke depannya. Biasa namanya juga mahasiswa dengan waktu yang terbatas, belanja biasanya di rapel seminggu sekali. Kadang juga hanya mampir membeli roti dan selainya dan susu jika tidak ada waktu untuk memasak atau malas (kebanyakan). Pergi ke “Toko Asia” di Ede saya melihat tempe, teringat kalau dirumah makan tempe goreng tepung dengan dicampur daun sop, resep mama.

Alhasil, jadilah tempe masuk ke keranjang belanja dan segera mencari pelengkapnya untuk menjadi tempe goreng yakni daun sop. Karena penjual daun sop disini harus dibeli semua seikatan yang menurut saya pribadi bisa dijadikan mungkin sepuluh kali ntuk pelengkap tempe goreng ataupun sayur sop. Uniknya juga, selain dijual dengan ikatan yang “tak kira-kira”, daun sop di sini juga ada beberapa yang dijual beserta pot dan tanahnya. Tidak percaya? besok saya tunjukkan kalau membeli yang sop dengan pot-pot nya ya 🙂

Karena daun sop saya tidak habis sekali pakai, sebagai solusi kreatif saya masukkan saja ke dalam gelas kaca (akuarium mini mungkin ukuran 15x10cm) ditambah dengan air. Alhasil, sampai sekarang daun sop nya tumbuh dan sudah berumur 30 hari. Bisa juga mungkin jadi pecinta tumbuhan lama-lama alias bertani dengan air “aquaponic”. Senang juga karena nanti kalau mau masak sop tak perlu beli daun sop lagi,,, tinggal petik tanteeee 🙂

WP_20160510_13_36_43_Pro

Leave a Reply