3 Juni 2016, hari ketiga dimana saya melaksanakan tugas sebagai mahasiswa yang menjalankan projek dari NGOs yang bernama Fish4Tomorrow (F4T). Sebenarnya lebih tepat mungkin kerja kami sebagai mahasiswa adalah pengisiasi sekaligus pelaksana. Hal ini dikarenakan mulai dari perumusan masalah, penentuan goal, metodologi yang akan digunakan, pengumpulan data, analisis hingga presentasi dan laporan akhir kami para mahasiswa yang mengerjakan dengan bimbingan dari dosen dan TOR dari F4T.
Hari ini saya berangkat sekitar pukul sembilan pagi dari hostel menuju fish shops karena kami akan melakukan interview kepada pemilik dan pembeli dari toko tersebut. Hasilnya, saya berjalan kurang lebih 27 menit menuju fish shops dan mulai melakukan pendekatan dengan pemiliki toko mulai dari bertanya beberapa jenis ikan ini dan itu. Kemudian salah seorang teman saya menanyakan apakah boleh meminta waktu untuk melakukan interview terkait dengan beberapa pertanyaan yang telah kami formulasikan sedemikian rupa sehingga mampu untuk menjawab pertanyaan kami.
Namun sayangnya, pemiliki toko tidak mengijinkan kami untuk melakukan interview pada waktu itu juga. Masuk akal memang, karena toko lagi ramai dengan pembeli dan kemudian kami di minta kembali sekitar pukul 2pm dengan kemungkinan beliau sepi pengunjung. Selanjutnya kami menunggu sekitar kurang lebih 40an menit di depan toko tersebut dan meminta waktu kepada para consumer alias pembeli ikan dengan bertanya terkait ikan apa yang dibeli, kenapa dan apakah mereka tau asal ikan tersebut dari mana. Menariknya, beberapa consumer menyatakan bahwa membeli ikan hanya berdasarkan pada kebiasaan ikan yang telah dimakan.
Kami kemudian mengeksekusi kegiatan lainnya yaitu eksperimen kepada beberapa restauran yang menjual seafood sebagai menu utama mereka dengan menanyakan beberapa hal terkait dengan projek. Kemudian kami mencoba melakukan interview juga kepada pemilik restauran. Restauran pertama yakni Surfside, beruntungnya kami langsung bertemu dengan Pak Manager yang memperbolehkan interview. Kemudian restauran kedua yaitu Fortizza, sayang manager restauran ini sepertinya sangat sibuk hingga permintaan 15 menit kami untuk melakukan interview tak berbuah hasil. Hingga mencoba membuat appointment namun tak disetujui juga. Restauran ketiga yakni, Japanese restaurant yang berlokasi tak jauh dari Fortizza (seberang jalan). Akhirnya saya berhasil melakukan wawancara dengan beliau dan ternyata restauran ini memiliki sistem manajemen yang baik, karena beberapa pertanyaan yang saya ajukan tak dapat dijawab oleh manager pemasaran karena bukan bidangnya. Namun beliau menyatakan bahwa ada manager lainnya. Akhirnya saya tutup hari ini sampai sore dengan menikmati sejenak pemandangan pinggir pantai Sliema.