Akan saya ceritakan versi canggih menurut kamus besar Agustin Capriati, bocah pencari ilmu yang tumbuh dan berkembang di Kota “Langit”, Kota Sekayu yang sering disingkat SKY=langit. Kota yang sebenarnya tidak begitu sesuai dinamakan kota. Tapi ingat “kota” versi siapa dulu??? 🙂
Sekayu, terletak di kota Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Bagi sebagian orang memang nama tersebut tidak begitu familiar, jelas memang. Banyak juga warga Sumatera Selatan yang tinggal di Kota Provinsi, Palembang menganggap nya sebagai desa kecil dan mungkin rada terbelakang informasi nya. Namun, semua informasi tersebut tidak berlaku di dalam kamus saya. Semenjak memasuki masa untuk menjalani Sekolah Menengah Atas (SMA). Alhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk mencicipi sekolah yang berlabel unggulan. Rentetan seleksi masuk pun tidak singkat dengan tameng tuition fee yang gratis dan fasilitas yang lengkap sekolah ini menjadi lirikan bagi beberapa siswa-siswi yang akan melanjutkan studi tingkat SMA. Tidak sedikit juga mereka yang berasal dari Palembang, Banyuasin, Sungai Lilin, dan kabupaten lainnya terut serta mendaftarkan diri di sekolah ini bahkan warga Jakarta dan Jawa pun ada.
Sekolah itu dikenal dengan SMA NEGERI 2 SEKAYU. Sekolah yang sebenarnya bukan menjadi tujuan saya untuk melanjutkan pendidikan tingkat SMA. Pada tahun 2007 saya ingin memilih SMA NEGERI 1, Hal ini dikarenakan alasan yang tidak begitu logika, saya tertarik dengan tim basket SMA NEGERI 1 yang hampir selalu juara dalam setiap event basketball yang ada. Namun, alhamdulillah berkat dorongan guru dan teman-teman saya di daftarkan ke SMA NEGERI 2. Setelah mengikuti beberapa tes akhirnya saya dinyatakan lolos sebagai salah satu peserta didik tahun ajaran 2007 di SMAN 2. Saya ingat betul waktu itu saya di rangking 89 dari 120 peserta. Bisa dibilang bontot sekali,,, kursi belakang. Well done, tidak masalah yang terpenting waktu itu saya lolos.
Di Semester kedua saya mulai resah merengek untuk pindah ke SMA 1 karena memang saya merasakan kekurangan waktu untuk bermain terutama untuk latihan basket. Namun, mama dan keluarga memberikan pencerahan sampai akhirnya saya bisa menjadi alumni di almamater tercinta SMA NEGERI 2. Memang sekolahh yang dibuka mulai pukul 06.30 WIB pagi dan pulang pukul 16.20 WIB pada tahun 2007-2010 memberikan saya banyak pengalaman dan pelajaran hidup, terutama dengan sistem belajar dan pengajar yang super outstanding. Harus saya akui memang demikian.
sedikit potret ketika selesai apel pagi, kadang masih ada kelas yang kumpul di lapangan sekedar untuk diskusi singkat mengenai kerja kelompok atau tugas antar kelas yang akhirnya akan di lombakan.
Selain itu, kami tidak lagi memandang si A dari mana si B darimana,,, semua menjadi sama. Kami mempunyai satu warna, menjadi satu almamater, SMA 2.
Setelah melewati masa Ujian Nasional dan Perpisahan pada 30 April 2010. Kami para alumni mulai berpencar, mulai mencari arah dan tujuan masing-masing. Banyak yang telah mendapatkan universitas impian nya bahkan sebelum selesai Ujian Nasional. Namun tidak pada saya, saya waktu itu memang harus berusahan lebih. UGM yang menjadi tameng dalam otak saya sebagai tempat untuk melanjutkan perguruan tinggi tingkat strata 1 ternyata belum berjodoh.
Alhasilnya saya dijodohkan untuk bersekolah di Universitas Brawijaya (UB) yang berlokasi di Malang. Ada juga beberapa mahasiswa yang kadang merasa asing, dimana itu UB atau bahkan apa itu UB. Wowww,,, surprised me.
Well, this is Brawijaya University looks like.
Dikampus UB inilah saya juga menemukan keluarga-keluarga baru. Walaupun dengan latar belakang yang berbeda, asal daerah yang berbeda. Namun alhamdulillah saya di kosan mendapatkan keluarga, di fakultas juga mendapatkan keluarga, di organisasi kampus pun demikian. Puji syukur hanya kepada ALLAH Sang Designer yang Maha Canggih yang telah memberikan desain hidup saya yang indah.
Tak masuk UGM pun akhirnya tak jadi masalah. Apapun kampus nya, semua tetap sama, mereka akan bekerja melakukan yang terbaik untuk nama Indonesia, Pendidikan Indonesia, mencerdaskan anak bangsa.
Terkait dengan judul yang saya berikan “Karena Indonesia-ku begitu canggih”, harus saya akui memang. Di negara mana yang bisa ditemukan dengan daratan yang berbeda, terdiri 17.508 pulau yang dipisahkan oleh air namun tetap satu nama nya Indonesia. Sabang sampai Marauke, jika anda berjalan kemana pun pasti akan anda temukan hal-hal yang menarik terutama terkait bahasa, makanan tradisional, rumah tradisional hingga adat budaya yang berbeda-beda.
Indonesia-ku memang begitu canggih, ditengah pelik dan hiruk pikuknya dunia per-politik-an dalam negeri. Masyarakat desa sebagian besar yang masih memiliki penghasilan dari menanam padi kadang masih anteng saja. Bagaimana tidak, jika mereka tidak punya garam, cabai, ataupun bumbu dapur lainnya tinggal buka jendela dapur dan memanggil tetangga sebelah untuk meminta dan dengan senang hati tetangga nya pun akan memberikannya.
Maaf belum bisa saya tuliskan lebih lengkap lagi, karena otak saya sudah mengeluarkan banyak kalimat-kalimat namun tangan ini ak sanggup mengejarnya hingga bingung bagian mana yang harus saya tuliskan.
*ditulis di tengah keadaan sakit.
Wageningen, 25 September 2015, 07.09pm.