“Kisah” usaha – beasiswa PhD #2

Walaupun tidak lulus untuk mengikuti seleksi beasiswa LPDP untuk ke tahap akhir, dosen pembimbing saya tetap aktif menanyakan tentang rencana untuk apply kembali beasiswa LPDPnya, baik melalui email hingga melalui pesan pribadi lewat Whatsapp. Beliau sepertinya paham betul, mungkin akan ada efek sampingnya bagi saya seperti takut mencoba untuk mengikuti seleksi di tahun berikutnya. Tapi tidak, sebenarnya saya sudah terbiasa gagal walaupun kadang ada beberapa kegagalan yang membuat saya rada-rada ciut sendiri. Dalam hal ini, ketakutan yang menghantui saya adalah takut membuat kecewa dosen pembimbing yang sudah memberikan kontribusi besar baik dari waktu, tenaga dan pikirannya. Akan tetapi, harus juga belajar bahwa kita tidak bisa membuat “semua” orang bahagia.

Singkat cerita, pada awal tahun 2019 saya pun kembali mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi beasiswa LPDP. Semua persyaratan satu persatu saya tulis dan tempel di meja belajar. Setiap hari jika ada progres, saya ticked sehingga secara psikologis dapat memberikan semangat untuk memenuhi persyaratan lainnya. Saya mengikuti seleksi beasiswa dengan jalur regular untuk pendidikan doktoral. Karena melalui beasiswa regular, jurusan atau bidang ilmu yang dapat dituju sifatnya terbatas. Waktu itu, peraturan atau panduan dari LPDP hanya membuka dua jurusan dengan jalur regular untuk Universitas Wageningen yaitu Jurusan Kehutanan atau Forestry dan Jurusan Ilmu Lingkungan atau Environmental Science. Kedua jurusan tersebut adalah jurusan terbaik di dunia yang disandang oleh Wageningen. Menduduki peringkat pertama di bidang Forestry dan peringkat ke tujuh dunia dalam bidang Environmental Science.

Dengan jurusan yang terbatas dan top ten dunia tentunya persyaratan juga menjadi cukup menantang. Untungnya, karena saya alumni atau menamatkan master di WUR, salah satu persyaratan penyetaraan bidang dan bahasa bisa lulus dengan transkrip atau ijazah saja. Juga beruntung waktu itu, untuk kali pertamanya untuk program S3 Jalur Regular yang lulus seleksi administrasi langsung mendapatkan bypass untuk mengikuti seleksi wawancara tanpa melewati satu tes lagi yaitu TPA atau wawasan kebangsaan.

Alhamdulillah proses seleksi administrasi berhasil dan lulus. Senangnya bukan kepalang walaupun baru tahap awal. Setidaknya ditahapan ini adalah harapan untuk dapat mengikuti proses selanjutnya. Begitu saya kabarkan kepada dosen pembimbing bahwa lulus tahapan administrasi, beliaupun mengucapkan selamat dan menawarkan waktunya kepada saya jika ingin berkonsultasi lebih lanjut terkait dengan proposal penelitian ataupun proses wawancara. Alhasil karena sudah sangat ingin bersekolah dan sudah kangen Belanda, tabungan yang sedikit demi sedikit saya kumpulkan, rela saya belikan tiket untuk ke Belanda. Akhir Juli 2019, sebagai bagian dari hadiah ulang tahun di awal Agustus 2019, sayapun berangkat ke Belanda. Sendiri… mengunjungi kampus dan juga sempat bertemu dengan dosen pembimbing.

Bertemu dengan beliau dan diundang untuk makan siang bersama dan juga sharing tentang tips/tricks nya wawancara. Jadwal wawancara, juga sepertinya sudah diatur oleh Allah. Sehari sepulang dari Belanda, sayapun mendapatkan giliran wawancara LPDP di Makassar. Well, dengan yang rada-rada masih jetlag sayapun menyiapkan diri sebaik mungkin. Untungnya, semua berkas-berkas yang saya perlukan sebagai amunisi wawancara sudah saya siapkan ketika di Belanda. Yuhuuu… 13 Agustus 2019, wawancara LPDP berlangsung, bukan hanya menghadapi satu kali jadwal wawancara, melainkan dua kali atau dua sesi.

Sesi pertama yaitu tentang pertanyaan akademik, meliputi tentang proposal penelitian dan segala jenis pertanyaan akademik lainnya. Mengapa kampus tersebut, kenapa jurusan tersebut, sumbangsi untuk indonesia, hingga ditanyakan karya-karya yang pernah dibuat atau penelitian yang pernah dilakukan. Alhamdulillah proses berjalan dengan lancar, walau sebelum wawancara mata rasanya udah 10-15 watt, alias mengantuk berat. Sementara menunggu untuk panggilan wawancara sesi kedua, agak kaget karena nama saya kembali dipanggil panitia untuk masuk lagi ke ruang wawancara sesi pertama. Sudah deg-degan, kenapa atau ada hal apa yang membuat saya dipanggil kembali. Ternyata salah seorang juri (waktu itu jurinya ada empat) penasaran terkait paper yang saya tulis, karena papernya belum terpublikasi namun sudah diterima (artinya hanya menunggu waktu untuk tersedia online). Beliau sepertinya tidak yakin dan menanyakan kepada saya, apakah ada file atau bukti bahwa akan dipublikasikan. Karena saya tidak menyiapkan (diluar dari persiapan yang saya lakukan), sayapun menanyakan kepada beliau bahwa buktinya ada di email dan jika diperbolehkan untuk memperlihatkan dengan menggunakan handphone akan saya tunjukan bukti tersebut. Beliau memperbolehkan dan segera sayapun menuju ke aplikasi email dan menunjukkan buktinya. Setelah melihat email tersebut beliaupun tersenyum dan berkata, terima kasih dan semoga lancar di sesi wawancara yang kedua ya.

Mungkin berselang 10an menit, sayapun mendapatkan panggilan untuk mengikuti sesi kedua wawancaranya. Well, di sesi kedua saya dihadapkan oleh seorang juri. Dipersilahkan duduk dan beliaupun memulai pertanyaan demi pertanyaan. Pertama beliau menanyakan tentang data personal, background pendidikan, dan seperti CV biasa. Kemudian ditanyakanlah pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya pengetahuan umum. Waktu itu saya ditanyakan terkait dengan konflik keagamaan, kemudian mengenai budi utomo, juga mengenai pancasila, undang-undang, dan seberapa paham saya dengan negara Belanda. Alhamdulillah proses wawancara kedua berjalan dengan lancar, berterima kasih juga kepada teman-teman sesama peserta wawancara yang sempat ngobrol dan diskusi semalam sebelumnya untuk saling membantu.

Setelah proses wawancara sesi kedua, badan saya rasanya capek sekali. Alhasil saat teman-teman ingin mengajak jalan-jalan atau keliling kota Makassar, saya memutuskan untuk kembali ke hotel dan tidur. Malamnya, ada teman dateng dan membawakan berbagai jenis makanan oleh-oleh khas Makassar, sempat dinner bareng susi di salah satu mall di Makassar dan bercengkrama menikmati malam dan berbagi cerita tentang kehidupan.

Berlanjut…

Leave a Reply