“Kisah” usaha – beasiswa PhD


Pertanyaan tentang rencana PhD sudah beberapa kali ditanyakan oleh dosen pembimbing maupun kawan-kawan saya saat saya mengerjakan tesis. Teringat jelas ketika saya selesai mempresentasikan hasil penelitian dan defense, seorang kawan sekelas menghampiri dan berkata “Agustin, jika saya memiliki uang, saya pasti akan membiayaimu untuk melakukan PhD“. Ah, saya pun tersenyum, mengucapkan terima kasih atas dukungannya dan memeluknya.

Waktu berlalu dengan cepat tanpa disadari, 3 Oktober 2017 saya menjadi wisudawan dan resmi menyelesaikan tantangan dan amanah menjadi alumni Wageningan University and Research (WUR) periode studi 2015-2017. Tanpa disangka-sangka ternyata, dosen pembimbing dan beberapa kawan terdekat saya hadir (bahkan mengantarkan saya ke lokasi wisuda). Mendapatkan buku, hasil gambar, coklat, bunga dan berbagai jenis ucapan lainnya membuat saya cengar-cengir sendiri. Hingga sorenya pun saya diantarkan oleh seorang kawan ke airport, karena pada itu pulalah saya pulang ke tanah air.


Sempat membaca tulisan dari Pak Andi, salah seorang dosen geodesi di UGM, kurang lebih bahwa hubungan yang baik dengan dosen itu adalah bisa dibuktikan setelah kita sudah tidak lama bersekolah di sana atau setelah masa studi. Alhamdulillah, pasca saya kembali ke tanah air, dosen pembimbing saya masih sering bersurel ataupun mengirimkan pesan melalui aplikasi WA. Senang bisa terjalin silaturahmi dengan baik. Tak jarang beliau memberikan informasi dan update mengenai kesempatan beasiswa dan projek lainnya yang dapat saya ikuti. Beliau mendukung, menyarankan dan memberikan berbagai informasi untuk menunjang karir saya.

Memasuki tahun 2018 ketika saya menanyakan dan meminta rekomendasi, beliau menjawab dengan senang hati memberikan rekomendasi. Alhamdulillah, rekomendasi dari beliau salah satunya mengantarkan saya untuk diterima bekerja. Namun, bincang-bincang tentang PhD masih tetap menyala. Pada 2018, saya sempat mencoba apply untuk beasiswa dari Kementerian Keuangan – LPDP. Namun, singkatnya saya tidak berhasil lulus hingga tahap akhir. Pembelajaran yang berharga 🙂

Ingat betul, saat saya menyampaikan kabar bahwa saya tidak lulus dalam mengikuti seleksi beasiswa LPDP kepada dosen pembimbing. Tak lama beliau langsung menelepon dan memberikan semangatnya agar saya legowoh dan mencoba lagi tahun depan dengan persiapan yang lebih matang.


Setelah pengumuman tidak lulus, saya memfokuskan diri secara utuh dalam pekerjaan. Menjalani weekend seperti kebanyakan orang lainnya mungkin, membaca novel, nonton film, atau sekedar berbelanja kebutuhan mingguan semata.


Bersambung…

Leave a Reply