Refleksi Tahun Kedua PhD

Di Sabtu pagi yang cukup berawan dan rasa-rasanya seperti film horor karena kabut menutupi pandangan dan angin berhembus cukup kencang. Suhu diluar ruangan sekitar 1 derajat celcius, padahal ini sudah bulan April (yang seharusnya suhu normal sudah di atas 10an derajat celcius), menambah mood untuk tetap berselimut dengan kehangatan optimal. Sudah dua bulan lewat dari waktu seharusnya, untuk menuliskan refleksi tahun kedua PhD.

Tak terasa waktu memang berjalan begitu cepat, dua tahun perjalanan PhD sudah dilalui. Rasa-rasanya baru dua-tiga bulan kemarin daftar PhD. Memang demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian dan sayapun merasakan demikian. Banyak ups dan downs nya, penuh lika-liku dan ternyata memang tidak semulus yang saya bayangkan. Namun, alhamdulillahnya semuanya ada hikmah dan titik terangnya. Okay, seperti judul yang sudah saya tulis yakni tentang Refleksi tahun kedua PhD atau pembelajaran yang saya petik dari kejadian di tahun kedua dalam menjalani pendidikan S3 nya yaitu:

  1. Fieldwork
  2. Perizinan/izin penelitian atau research permit
  3. Kehilangan dua supervisor dari Indonesia

Okay, saya ceritakan terkait fiedlwork dulu ya. Penelitian saya mengambil tema tentang kawasan konservasi dan bagaimana pengaruh kegiatan dari darat khusunya yang berpotensi dapat menurunkan kualitas air seperti limbah dari rumah tangga (nutrien) masuk ke dalam perairan dan bagaimana peranan kawasan konservasi. Fieldwork saya berlokasi di Lease, Maluku dan juga di Misool, Papua Barat.

Fieldwork di Lease dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2022. Seperti yang saya duga sebelumnya, fieldwork memang membutuhkan extra care, persiapan yang matang dengan segala macam kemungkinan memang harus diperhitungkan. Misalnya, jika hanya membutuhkan dua baterai, maka sebaiknya membawa 3-4 baterai untuk cadangan, karena gak ada yang tahu kondisi di lapang dan in case dilapang kondisinya jauh atau cukup remote. Alhamdulillah diskusi intens dengan pembimbing di sini, hingga hari per hari rencana fieldwork yang ditanyakan sangat membantu dalam persiapan keberangkatan.

Well, saya harus mempersiapkan diri dengan semaksimal mungkin karena ini levelnya strata tiga yang tujuannya adalah untuk dilatih menjadi peneliti mandiri. Namanya juga mandiri, artinya segala proses kita harus siapkan sendiri (boleh dibantuin orang lain tentunya, tapi untuk dapat bantuan tetep cari sendiri kan :)). Proses pertama, rencana penelitian. Mulai dari penentuan titik sampling, berapa banyak samples yang akan diambil, samples jenis apa yang akan diambil dan jika alat dan bahan yang tidak ada atau tidak bisa dibawa, maka jika harus meminjam, surat menyuratnya pun harus diurus sendiri, jika menyewa, ya budgeting untuk sewa nya juga harus dipikirkan dengan seksama. Alhamdulillah, suami saya yang baru dua bulanan di Wageningen dengan berbaik hati sekali mau membantu untuk menemani fieldwork. Alhamdulillah, satu tenaga tambahan di lapang. Kemudian, lokasi penelitian di pulau Lease yang berlokasi di provinsi Maluku, kurang lebih 1.5 jam ke kota Ambon. Universitas setempat yang terdekat dengan Lease adalah Universitas Pattimura. Setelah bertemu secara online dan berdiskusi dengan dosen dari Universitas Pattimura, Alhamdulillah ada dua mahasiswa yang juga bergabung,. Kemudian izin kepada pemerintah setempat juga dilakukan serta berkoordinasi dengan lembaga penelitian di Indonesia (LIPI – Laut Dalam) (sekarang BRIN) akhirnya, dua orang peneliti di Ambon turut serta. Total jumlah pasukan saya ada lima orang untuk bersama-sama membantu dan melakukan risetnya.

Hari pertama dan kedua, masing-masing masih jaga image, namun perlahan suasana semakin cair. Makan tiga kali sehari yang hampir selalu bersama dan juga dengan berbagi keletihan dilapangan membuat kami cepat akrab. Semuanya saling membantu dan senang karena tidak ada tembok status antara kami. Rutinitas fieldwork secara umum yakni, bangun jam 5 kurang untuk sholat shubuh, kemudian mengecek alat dan bahan yang akan digunakan, menyiapkan segala macam jenis label, GPS, dan memastikan semuanya ready to use. Kemudian jam 6.30 sarapan di restoran di tempat penginapan, ngobrol sebentar, dan kemudian 7.15 berangkat menuju boat dengan membawa barang perlengkapan. Perjalanan dengan boat ke lokasi sampling cukup bervariasi, ada yang cuma 30 menit, ada yang bahkan memakan waktu 1 jam lebih. Kadang obrolan kami berlanjut saat di kapal, kadang masing-masing anggota sibuk sendiri-sendiri atau bahkan tidur lagi (kan lumayan 1 jam :)). Biasanya kami pulang lagi ke penginapan sekitar pukul empat atau lima sore. Langsung beberes dengan cepat, kemudian balik ke restoran lagi untuk snacking time ditemani dengan teh atau kopi hangat. Berlangsung hingga dinner time (maghrib sholat dulu lalu balik restoran lagi). Setelah dinner, kamipun balik lagi untuk beresin sampel yang sudah diambil. Memasukkan data dan memastikan semuanya bersih serta alat-alat masih okay. Selesai biasanya hingga pukul 9 atau 10 malam. Kemudian kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat. Rutinitas seperti itu berlangsung 3-4 hari berturut-turut, kemudian di hari kelima, biasanya kami ambil full-day off. Di mana setiap individu dapat menghabiskam waktunya sesuai dengan keinginannya masing-masing. Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar hingga fieldwork selesai.

Bersambung ….

Leave a Reply