Sejarah Bahasa Indonesia

Selang-seling cerita ketika waktu makan malam bersama dengan warga negara Belanda dan Indonesia kala itu. Percakapan mulai dari sumberdaya alam, musik, hingga sejarahpun bersambung-sambung hingga seperti tak ada habisnya. Kemudian sampainya pada bahasan Bahasa Indonesia, berasal darimana??? Kapan terbentuknya??? Bagaimana muasalnya? Mengingat bahasa ibu di Indonesia berjumlah 748 bahasa, sehingga juga menjadi tanda tanya bagaimana asal Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia.

Dalam percakapan itu, saya sedikit banyak merasa malu, karena pengetahuan atas negara sendiri mulai dari bahasa hingga letak geografis dan kekayaan sumber daya alam dan manusianya sangat minimalis. Untungnya saya masih sedikit ada sisa pelajaran sejarah dari SD-SMP bahwasanya bahasa Indonesia itu terbentuk ketika memasuki abad ke-20, yang pada tahun 1901, Indonesia masih mengadopsi ejaan van ophuijsen.

Kemudian pada tahun 1908 terbentuklah Komisi Bacaan Rakyat (KRB) yang selanjutnya dikenal dengan Balai Poestaka. Pada tahun 1910 KRB menjalankan program untuk membangun perpustakaan kecil di setiap sekolah di Indonesia dengan fasilitas pemerintah, alhasil 700 perpustkaan berhasil dibangun pada tahun 1912 yang selanjutnya menghasilkan buah karya anak bangsa untuk yang memiliki hobi untuk mencari ilmu, awal penuntun dalam Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928) yang salah satu isinya menyatakan bahwa “pemuda dan pemudi Indonesia memutuskan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa”.

Semenjak saat itu, bahasa Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan yakni dengan proses penyempurnaan ejaan dari Ophujsen menjadi Soewandi. Sekarang seingat saya dari obrolan dengan kawan yang mengambil pendidikan bahasa Indonesia, bahwasanya bahasa Indonesia juga masih mengalami perubahan, bukan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) lagi namun …. (saya lupa).

Well, terlepas dari sejarah Bahasa Indonesia, yang jelas saya sangat menyadari bahwasanya generasi yang dikenal dengan generasi milenia, kebanyakan buta dengan sejarah dan malah atau bahkan tidak tahu siapa-siapa sejarawan dan pahlawan negeri ini. Sekarang yang sangat saya risaukan dan khawatirkan dengan sangat adalah, kita lupa dan kita lalai karena terlalu mengagungkan yang namanya teknologi namun terlena akan sejarah dan sisi positif teknologi, yang ada adalah setiap detik bahkan rela untuk melaporkan secara live kejadian hariannya, namun mungkin tidak tahu siapa yang menciptakannya atau pernah terlintas tujuan dari dibuatnya teknologi tersebut.

Saya rasa saya mulai ngalur ngidul melakukan tulisan ini, tidak ada alur yang jelas dan jalan cerita yang enak untuk dibaca. Namun, dari pemikiran-pemikiran yang serba loncat meloncat inilah yang bisa membuat saya bisa selalu menanyakan hal a,b,c yang tak jarang dan bahkan sering membuat orang menilai saya “lebay” atau jika saya mulai berbincang mengenai “ide”, “protes” kenapa tidak semestinya, banyak yang menilai, “biasa saja, kenapa gak santai saja, atau selow saja” itulah anggapannya!

Menggantung, tergayut awan putih di langit malam ini

Wageningen, 26 January 2017, 7.51pm. ditemani lagu Banda Neira, berjalan lebih jauh!!!

Leave a Reply