Banyak dari masyarakat awam tidak begitu familiar dengan istilah benthos. Saat saya pulang ataupun saat sedang melakukan penelitian strata dua mengenai benthic macroinvertebrate atau makrozoobenthos, banyak sekali yang bertanya apa itu??? hampir mungkin 85% orang yang saya temui tidak kenal dengan istilah ini. Hal ini tentunya membuat saya berpikir bahwasanya dalam melakukan hal apapun, tidak semua orang kenal dan tahu dengan bidang yang kita kerjakan. Secara singkat saya akan menjelaskan mengenai apa itu makrozoobenthos, apa saja jenisnya, bagaimana habitatnya dan kenapa makrozoobenthos itu penting.
Makrozoobenthos terbentuk dari tiga suku kata yang tergabung dalam satu kata, yakni: 1. Makro, 2. Zoo dan 3. Benthos. Makro jika di artikan secara harfiah yaitu sesuatu yang memiliki ukuran makro (besar), dalam hal ini dispesifikasikan material yang tertahan pada ukuran saringan dengan diameter 0.5mm – 1 mm. Zoo berasal dari bahasa Yunani (kalau saya tidak saya ingat) yang diartikan sebagai hewan, sehingga ada istilah zoologi yang memiliki arti ilmu yang mempelajari tingkah laku, struktur, fisiologi, klasifikasi dan distribusi dari hewan. Terakhir adalah benthos yang memiliki arti hewan atau tumbuhan yang hidupnya di dasar perairan (di atas dan di dalam, epifauna dan infauna). Sehingga makrozoobenthos memiliki arti keseluruhan sebagai hewan yang hidup di dasar perairan yang memiliki ukuran lebih dari 0.5mm.
Well ya, sekarang mungkin jauh lebih menarik jika kita sudah tahu definisi dari makrozoobenthos. Kemudian, marilah kita berlanjut mengenal lebih dekat dengan makrozoobenthos. Saya sangat yakin 100% kita semua tahu yang namanya udang, kepiting, dan rajungan. Biasa dihidangkan sebagai menu seafood yang tergolong mewah. Hampir semua orang juga menyukainya, kecuali bagi mereka yang memiliki alergi seafood, vegan atau vegetarian. Nah, jika kita mengenal udang, kepiting dan rajungan berarti secara tidak langsung kita juga sudah berkenalan dengan makrozoobenthos. Udang, kepiting dan rajungan ke dalam group crustacea yang juga tergolong ke dalam salah satu kelas makrozoobenthos. Tercatat bahwa udang (jenis tiger prawn) dan kepiting menyumbangkan profit atau keuntungan secara ekonomi/finansial sebesar US$4milyar/tahun (Ellison, 2008). Tentu jumlah yang cukup besar bukan??
Jenis-jenis macrozoobenthos itu berbagai macam, mulai dari kelas gastropoda, crustacea, polichaeta, oligochaeta, bivalvia, holothuria dan sebagainya. Kelas yang paling sering bersinggungan dengan kehidupan kita sehari-hari atau menjadi konsumsi publik secara umumnya yakni kelas crustacea (udang, kepiting dan rajungan) dan bivalvia (kerang-kerangan). Namun, patut dipahami juga bahwasanya kelar seperti oligochaeta dan polichaeta memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya hanya dari segi ekonomi. Kelas ini membantu dalam proses pemecahan komponen-komponen dalam subsrat atau sedimen (istilahnya “tanah” untuk masyarakat awam, namun subsrat atau sedimen disini bisa berupa, lumpur, tanah liat dan pasir) yang berperan dalam fungsi ekologis nya dalam suatu ekosistem. Kelas ini juga dapat digunakan sebagai biological indicator atau indikator biologis tentang kondisi suatu lingkungan, misalkan kondisinya baik, tercemar, dan sebagainya. Indikasi ini dapat di klasifikan pula dalam beberapa tipe habitat.
Makrozoobenthos pada umumnya memiliki habitat yang beragam, mulai dari air tawar hingga air asin. Mulai dari suhu yang rendah hingga suhu yang relatif tinggi, begitu pula dengan salinitas atau kadar keasinan dari air. Perlu saya tekankan bahwa makrozoobenthos itu penting secara ekonomi dan juga ekologi. Secara ekonomi sudah jelas bahwa beberapa kelasnya sangat sering kita konsumsi dan menyumbangkan nilai US$4 milyar per tahun. Sedangkan secara ekologis tentunya secara sederhana bisa dikatakan sebagai penyeimbang ekosistem.
jika ada pertanyaan mengenai fungsi secara ekologinya, akan saya posting dalam tulisan lanjutan.