Berbicara tentang pendidikan tentulah banyak pro dan kontra mengenai metode ini dan itu. Berkali-kali yang namanya “kurikulum” telah berubah di Indonesia. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan saya adalah: apakah ada sistem evaluasi “kurikulum” mana yang paling efektif dan efisien bagi dari segi pelajar ataupun pengajar. Hal yang aneh di negeri ku adalah tingkat kesuksesan studi kebanyakan dilihat dari hasil akhir yaitu nilai di rapor, nilai ujian nasional yang sarat akan kontroversi dan atau nilai IPK. Saya tidak tahu banyak tentang dunia kependidikan dan isu yang berkembang di dalamnya. Akan tetapi berdasarkan pengalaman yang saya enyam di bangku pendidikan, saya akan menuliskannya berdasarkan prospektif saya pribadi.
Sistem pendidikan master degree atau Strata-2 di Wageningen. Sistem pendidikan yang sedikit bisa saya ceritakan. Pertama, mahasiswa terkait mendaftarkan diri untuk course yang akan diikuti sekitar satu bulan sebelum menjalani course sesuai dengan mata kuliah wajib dan pilihannya. Kemudian sistem yang diterapkan yaitu sistem blok, yang mana setiap hari kita akan menemui mata kuliah yang sama sampai akhir periode. Jika dalam periode panjang (1, 2 dan 5) maka akan ada pilihan mata kuliah pagi dan sore, jika dalam periode pendek (3 dan 4) mata kuliah yang akan ditempuh adalah sepanjang hari (pagi-sore).
Jangan khawatir, jika mendengar kata sepanjang hari atau pun pagi hingga sore. Saya bisa memastikan bahwa yang ada dalam pikiran kebanyakan orang adalah capai. Akan tetapi sistem belajar disini menurut saya sangatlah efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan beberapa faktor. Pertama, mata kuliah pagi (8.30-10.15 atau 10.30-12.15) dan sore (13.30-17.15) di atur sedemikian rupa yang mana setiap kurang lebih satu jam mata pelajaran atau dosen berbicara di depan adalah coffee break, yang dapat digunakan oleh mahasiswa untuk meminum kopi, sekedar berbincang, ke toilet ataupun cek HP (manusia Indonesia kebanyakan). Hal ini dinilai sangat efektif karena berdasarkan penelitian pun tingkat konsentrasi manusia yang paling optimal adalah tidak lebih dari 45 menit. Kedua, dosen tidak pernah terganggu dan bahkan senang jika ditengah presentasi beliau ada mahasiswa yang tiba-tiba mengangkat tangan dan mengela jika tidak mengerti. Ketiga, antara dosen dan mahasiswa tidak seperti menteri dan anak buah (istilah catur) yang menteri bisa berjalan kemana-mana dengan langkah yang hampir tidak terbatas. Namun anak catur hanya bisa berpindah selangkah demi selangkah. Akan tetapi, disini sistem nya adalah semua bisa menjadi menteri, dengan komando yang sama yaitu untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Keempat, di kelas kebanyakan ada dua pintu (depan dan belakang) yang mana jika kelas sudah mulai dan ada (jarang) mahasiswa yang terlambat, mahasiswa tersebut bisa masuk dari belakang.
Kelima, sistem belajar disini ada kuliah di kelas, tutorial dan praktikum (lab dan/atau lapang) yang mana untuk praktikum dan tutorial mengharuskan mahasiswa untuk hadir. Hal ini dinilai dangat efektif karena ilmu yang didapat di kelas dapat diterapkan secara langsung secara praktikal dan disimulasikan dengan tutorial. Perlu di catat adalah ketika jam tutorial dimulai mahasiswa secara independen melakukan sesuai dengan instruksi yang ada di lembar kerja tutorial. Kemudian jika tidak ada yang dimengerti baru bisa mengangkat tangan dan bertanya. Diakhir pertemuan biasanya dosen menyisakan waktu untuk melakukan penjelasan terhadap tutorial yang telah dilaksanakan dan konfirmasi terhadap jawaban atau langkah-langkah yang telah dilakukan selama tutorial berlangsung.
Keenam, group work, sepanjang saya menjalani periode 1,2 dan 3, saya yang namanya group work adalah hal yang tidak pernah absen untuk dilakukan. Hal ini dinilai efektif karena mempermudah dosen untuk menilai pekerjaan mahasiswa (jika jumlah mahasiswanya dalam jumlah yang besar), memudahkan mahasiswa untuk kenal dan menjalin relasi dengan mahasiswa lainnya, melatih kemampuan mahasiswa untuk bekerja dalam kelompok, menyampaikan pendapatnya dan berdebat serta tidak kalah pentingnya adalah melatih kemampuan mahasiswa untuk presentasi dan diskusi.
Ketujuh, nilai tidak mudah didapatkan. Hal ini memang klise namun begitu lah adanya. Jika hasil exam menunjukkan angka 2 maka yang akan keluar di IP adalah angka 2. Jangan pernah berharap untuk adanya upah tulis ataupun generalisasi nilai (nilai yang ditambah) dan sebaliknya jika nilai anda 10 bersiaplah tersenyum lebar karena nilai itupun yang akan keluar di hasil IP anda.
Kedelapan, evaluasi terhadap mata kuliah yang telah di ambil biasanya ditanyakan kepada mahasiswa melalui email dan diisi secara online. Jika kita tidak senang dengan sistem pembelajaran, cara dosen, metode dan/atau apapun yang menyangkut mata kuliah tersebut sebaiknya dituliskan. Hal ini dikarenakan bahwa hasil evaluasi tersebut tidak hanya menjadi bukti bahwa telah dilakukan evaluasi namun benar adanya dibahas dimeja bundar di komite kemahasiswa yang tentunya melibatkan mahasiswa pula.
Kesembilan, weekend dan liburan adalah hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Hal yang saya kagumi adalah mahasiswa disini (Dutch student khususnya) tidak mau bertoleransi dengan kata weekend untuk mengerjakan tugas. Weekend bagi mereka kebanyakan adalah waktunya liburan dan berkumpul bersama keluarga.
Kesepuluh, “kuliahlah disini dan alami sendiri“.
Sekian celoteh saya malam ini :).
Wageningen, 5 Januari 2016, 10.33pm