Laptop bukan lagi kebutuhan tersier ataupun sekunder lagi bagi siswa dan mahasiswa, akan tetapi sudah menjadi bagian dari kebutuhan primer. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah sistem pendidikan yang mulai berkembang menuju kearah dan bersasis informasi dan teknologi (IT) atau akrab dikenal dengan dunia perkomputeran. Saya sendiri alhamdulillah, berkesempatan mendapatkan laptop pada tahun 2009 (kelas XI SMA).
Awal mulanya, saya mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan menggunakan komputer pentium. Lama-kelamaan mungkin orang tua saya kasihan dengan anaknya yang setiap malam nangkring depan komputer hingga larut malam. Akhirnya ada sebuah ajang kompetisi yang mengantarkan saya sebagai salah satu peserta dan penerima gelar honorable mention. Puji syukur saya haturkan kepada Allah yang Maha Kuasa atas kesempatan yang telah diberikan, serta doa kedua orang tua, keluarga dan bimbingan dari guru pembimbing (Miss Nila dan Sir D) serta guru-guru yang lain dan doa dari kawan-kawan semuanya.
Sepulangnya saya dari event tersebut, saya mengajukan sebuah permintaan kepada Abah (ayah) untuk dibelikan laptop. Cukup cerdik juga memang, karena saya yakin untuk meminta sesuatu dari Abah harus ada sesuatu yang dapat mendukung permintaan tersebut dan harus dibuktikan manfaatnnya. Alhamdulillah alhasil pada hari sabtu setelah pulang sekolah (sabtu: pulang sekolah pukul 13.30). Saya mendapati tas laptop hitam yang bertuliskan VAOI di kasur di kamar saya. Seketika saya buka dan saya menemukan VAOI VGN-SR35G berwarna pink, laptop tipis (waktu itu) dengan ukuran 13.1 inchi, dan terlihat sangat elegan.
Segera saya menanyakan kepada Mama dan Abah, laptop siapa itu? Dijawab dengan, “pakai saja, jika diperlukan, bukan punya siapa-siapa”. Riang gembira hati ini, mengingat pemakai komputer pentium terbesar adalah saya, dan akan berkemungkinan besar juga pengguna laptop. Hal ini dikarenakan kedua kakak saya, sarang jarang menggunakannya.
Sony VAOI VGN-SR35G, sampai sekarang masih saya gunakan. Laptop ini memiliki spesifikasi intel core 2 processor P8600 (2.4GHz), menggunakan Windows Vista home premium, Hard Disk Drive (HDD) 250GB dan memory 2GB. Jika dibandingan pada tahun 2009, laptop ini termasuk laptop tercanggih yang saya punya. Disaat kebanyakan siswa lainnya menggunakan produk TOSHIBA dengan intel yang sama atau dibawahnya. Saya sudah menggunakan spesifikasi seperti tersebut.
Alhamdulillah, hingga April 2016 laptop ini masih bertahan, tepat 7 tahun dibulan yang sama, laptop ini telah mengantarkan saya ke beberapa tempat di Indonesia, membantu saya menyelesaikan setiap tugas, menuangkan ide, menggagas pikiran, serta hiburan. Kini, laptop ini telah memiliki beberapa perubahan seperti, penampakannya tidak lagi pink melainkan sudah ditempeli screen-guard dengan warna bendera Jerman (hitam-merah dan kuning) yang bergaris horizontal diserta dengan gambar kastil. Selain itu HDD nya sudah di upgrade menjadi 1TB dan memori menjadi 4GB.
Akhir-akhir ini VGN-SR35G sudah menua, performance nya mulai melemah karena semua program saya masukkan ke laptop ini. Mulai dari editor video hingga ArcGIS dan program pemetaan lainnya. Well done, akhirnya saya putuskan untuk mencari teman baru untuk VGN-SR35G. Setelah beberapa kali menelusuri alamat website ini dan itu, promosi ini dan itu, serta review dari beberapa artikel dan youtube. Saya akhirnya menjatuhkan pilihan kepada Lonovo thinkpad X201.
Awal mulanya, saya bersikeras untuk tetap setia kepada Sony, hingga sempat bertanya kepada teman di Jepang apakah masih ada produk SONY Vaoi dipasaran. Namun, apa daya Sony dan VAOI telah pecah kongsi alias bubar. Alhasil, yang paling mendekati kriteria laptop yang saya inginkan ada pada thinkpad x201 dengan spesifikasinya: intel core i7, windows 10, memori 4GB dan SSD 250GB. Cerita selanjutnya akan bersambung dengan edisi thinpad x201 🙂