Tipekal mahasiswa di Belanda

6tag_010716-012203

Akhirnya saya memutuskan dan menerima tawaran hasil keputusan pemilihan mahasiswa-i Indonesia yang akan melanjutkan pendidikan S2 nya seantero Belanda. Beasiswa STUNED (Studi in Nederland) mengumumkan bahwa saya diterima menjadi salah satu awardee pada 13 Mei 2015 dan keputusan terakhir terkait ingin menerima atau tidak pada 20 Mei 2015. Well ya, memang ada penyesalan ketika akhirnya saya menerima beasiswa dari Belanda dan akan bersekolah di Belanda dalam dua tahun ke depan ketika 1 Juni 2015, ada pengumuman bahwa saya juga diterima di Kiel University, Jerman. Namun, sekarang setelah menjalaninya lebih dari satu tahun, saya pelan-pelan mulai menemukan rahasia yang ingin Allah tunjukkan dan berikan melalui studi di Belanda.

Pembahasan kali ini sebenarnya akan banyak kaitannya dengan MAHASISWA yang studi di Belanda, mulai dari orang Indonesia yang studi di Belanda, orang Belanda yang studi di Belanda dan orang yang asalnya bukan dari Belanda dan bukan dari Indonesia yang studi di Belanda.

  1. Orang Indonesia yang studi di Belanda, terbilang memang cukup banyak atau bahkan sangat banyak atau paling banyak se-Eropa. Hubungan Indo-Belanda memang sudah terkenal semenjak berabad-abad silam. Namun, kali ini hubungan itu tidak sebagai jajahan dan terjajah melainkan bilateral antar kedua negara dalam mendukung ilmu pengetahuan dan teknologi. Di Belanda mahasiswa Indonesia bisa tergolong bejibun, bahkan setiap sudut atau pegri ke kota mana saja di Belanda kita bisa menjumpai orang Indonesia, mulai dari bagian paling utara (Groningen) hingga ke paling selatan (Masstricht). Saya tinggal di Wageningen, kota kecil yang berada dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam dari Amsterdam. Di Wageningen ada kampus yang namanya Wageninen University and Research (WUR), nah disanalah banyak sekali mahasiswa Indonesia bersarang. :). Namun, meskipun banyak, mahasiswa Indonesia dikenal sebagai mahasiswa yang rajin, ramai dan pandai bergaul serta kekeluargaannya yang erat. Di apartemen saya saja, Bornsesteeg (memiliki 20 lantai, 3 koridor dan per koridornya 9-12 kamar), penghuni Indonesian nya mencapai seratusan lebih. Banyak toh?? Kebanyakan dari mahasiswa Indonesia di Belanda memiliki pola studi yang bagus loh, most of them independent, yang lainnya lagi tipekal mau belajar dalam artian suka belajar bersama apalagi menjelang study week untuk menyiapkan exam week. 
  2. wp_20160522_10_56_19_raw_liOrang Belanda berkuliah di Belanda, hal ini cukup menarik menurut saya. Tidak seperti kebanyakan Orang Indonesia yang berkuliah di Indonesia yang tak jarang menjadi lebih malas dan menganggap enteng tugas dan memakai jurus PDKT dengan dosen. Di Belanda, mahasiswa Belanda menunjukkan studi dan etos yang maksimal, yang menurut saya patut di tiru. Contohnya, lebih dari 85% mahasiswa Belanda juga melakukan part-time job. Memang aturan part-time job telah dicanangkan oleh pemerintah dan dibatasi jumlah jam kerjanya. Biasanya sore hingga malam hari. Salah seorang teman saya, mulai pagi hingga sore di kampus dan sore hingga pukul 9pm bekerja, tapi semua tugas terselesaikan dengan baik dan nilainya pun bisa maksimal. Nah, yang saya banyak temui di Indonesia adalah ketika mahasiswa bekerja, mereka sering kali menjadikannya alasan untuk tidak mengerjakan tugas-tugas kuliah atau bahkan lebih parahnya memakai jurus PDKT ke dosen untuk menunda pengumpulan tugasnya. Bagi yang merasa ya sorry-sorry aja ya, kasian hidup anda!
  3. Bukan orang Indonesia dan bukan orang Belanda yang kuliah di Belanda, kalau ini berbagai macam tipe nya. Jerman paling terkenal dengan pole kerja dan studi yang lumayan cukup sempurna berorientasi pada proses dengan ekpektasi nilai yang bagus. Kemudian America, kalau dia bagian dari America yang menggunakan bahasa Inggris maka hasilnya adalah anaknya akan sangat supel dan memiliki banyak teman, studi nya pun aktif, biasanya organisasi nya jauh lebih aktif. Cina, kebanyakan dari mereka adalah berkumpul dengan sesamanya, memakai produk yang hampir dipastikan apple untuk alat telekomunikasi atau elektronik lainnya, sebagian cenderung pendiam dan susah di ajak ngobrol karena memang lidah cina nya masih kental, sehingga sulit dimengerti. Namun sebagain juga ada yang super supel dan aktif di organisasi kampus, jangan under estimate orang Cina kalau masalah matematika, mereka hampir semuanya okay. Negara bagian Eropa lainnya, semua kebanyakan aktif namun dengan logat negaranya masing-masing, Italia misalnya, hampir selalu menyisakan “tse” disetiap ujung kata yang di ucapkan, spanyol pun demikian masih kental dengan logatnya, Perancis pun begitu dengan sisa huruf “s” dan logat Perancis yang lembut, Belgia yang hampir sama dengan Belanda, Austria yang hampir sama dengan Jerman, Jerman yang hampir sama dengan Belanda (namun lebih lembut dan “g” yang jelas), Turki yang lembut dan sedikit arab, Yunani yang halus dan kental latinnya dan lain sebagainya.

Leave a Reply