Dear kawan-kawan semuanya, menuntut ilmu dan mencari tahu adalah kewajiban bagi setiap manusia yang masih bernafas, masih membutuhkan oksigen dan masih mengeluarkan kotoran-kotorannya. Bagi yang sering beranggapan atau merasa sudah cukup, sesungguhnya segala sesuatu yang kita ketahui itu bak setetes air di lautan. Jadi secara logika, secerdas apapun seorang manusia maka tidak akan ada batas habisnya untuk mencari tahu dan menuntut ilmu!
Well, kali ini saya mungkin bisa sedikit bercerita mengenai pengalam atau hal-hal yang HANYA didapatkan kawan-kawan jika bersekolah di luar negeri. Tulisan ini semata ditujukan sebagai pandangan yang bersifat (semoga) membangun dan memberikan semangat kepada kawan-kawan semuanya. Tentunya, bukan berarti sekolah di dalam negeri tidak bagus melainkan hanyalah ada beberapa pengalaman yang mungkin bisa berbeda. Belajar itu bisa dimana saja, secara hakikatnya belajar dan menuntut ilmu adalah bergantung dari insan itu sendiri.
Berikut saya tuliskan sepuluh hal yang menurut saya HANYA di dapatkan jika bersekolah di luar negeri.
- Berinteraksi langsung dengan mahasiswa dari kebangsaan yang beranekara rupa. Saya tekankan disini adalah BERINTERAKSI LANGSUNG yang artinya secara langsung bisa bertukar pikiran, berdiskusi, mendengarkan, melihat dan mengamati pola-pola atau karakter mahasiswa dari negara yang bersangkutan. Tentunya bagi kawan-kawan yang bersekolah di dalam negeri, khususnya di Indonesia, hal ini tidak asing bagi kawan-kawan. Karena, misal jika kawan-kawan bersekolah di Malang contohnya, kawan-kawan juga memiliki teman-teman tidak hanya dari Malang bukan, namun bisa dari Jakarta, Bali, Bandung, Bogor, Palembang, Medan, Kupang, Makassar dan lain sebagainya. Bagiamana rasanya? tentunya akan ada pengalaman tersendiri bukan? jika dibandingkan dengan mahasiswa dari Malang saja? Terlebih penting menurut saya, dalam hal ini adalah tergantung juga dengan tipe individu nya masing-masing, ada juga yang JIKA orangnya malas bergabung dengan mahasiswa dari negara yang berbeda, tentunya tidak akan mendapatkan sensasi tersebut.
- Akses INTERNET super CEPAT dan akses ARTIKEL-ARTIKEL dalam jurnal-jurnal terkenal seperti menjentikkan jari. Sebagai contoh, banyak universitas-universitas di dalam negeri yang jika untuk akses artikel di jurnal internasional harus berbayar karena kampus nya tidak berlangganan. Ini sebenarnya sangat miris, karena dari artikel-artikel tersebut kita bisa tahu bagaimana atau sejauh mana perkembangan dunia penelitian, sejauh mana kampus A mengeskplor topik B, dan sebagainya. Kampus-kampus di LUAR NEGERI khususnya di Eropa, Belanda – Wageningen University and Research, menyediakan akses ini! Akses yang tak ternilai harganya (karena jika satu artikel harus berbayar 7-15 euro, sehingga jika ingin menulis setidaknya membutuhkan 30an artikel, ya dikalikan saja jumlah yang harus dibayar, belum lagi jika artikel tersebut di bandrol dengan harga yang mahal). Nah, bagi mahasiswa pemegang kartu mahasiswa WUR contohnya, dengan mudah bisa mengunjungi halaman perpustakaan kampus dan mencari artikel tersebut kemudian download, atau bisa juga secara langsung download jika koneksi internet dari kampus.
- DOSEN seperti KAWAN BELAJAR, tentunya hal ini tidak bisa saya generalisasikan dengan dosen-dosen di dalam negeri. BANYAK juga dosen yang seperti KAWAN BELAJAR bahkan SEPERTI KELUARGA. Saya juga menemukan banyak yang demikian di bangku perkuliahan S1. Namun yang ingin saya tekankan disini adalah, sikap seorang mahasiswa kebanyakan (yang di dalam negeri) masih takut-takut untuk bertanya , karena beranggapan takut salah (pertanyaannya) atau lain sebagainya. Sehingga suasana DOSEN seperti KAWAN BELAJAR kadang kurang tercipta. Kebanyakan mahasiswa disini rajin bertanya (mulai pertanyaan A hingga Z) dan dosen dengan senang hati menjawabnya. Well ya, intinya, bukan mengenai dosennya melainkan mahasiswanya sendiri namun, dosen dapat membantu mahasiswa agar merasa nyaman untuk bertanya.
- MANDIRI dan MEMILIKI DAYA JUANG yang TINGGI. Mengapa saya katakan demikian? Hal sederhana saja sebagai contohnya, di Indonesia. kawan-kawan tidak perlu khawatir kelaparan atau mau makan apa, dengan uang sepuluh ribu rupiah pun dari siang hingga malam, 24 jam jika kawan-kawan lapar atau merasa membutuhkan makanan bisa dengan mudah menemukan makanan. Abang-abang nasi goreng, lalapan, somay, dan segala macam rupa lainnya banyak dtemukan dan banyak yang buka 24 jam. Mahasiswa Indonesia yang sekolah di luar pastinya merasakan bahwa mereka HARUS menyiapkan makanannya sendiri (terlepas dari kasus halal-tidak makanan tersebut). Bukan berarti tidak ada yang jual makanan, namun harga yang dijual sekali makan bisa untuk dua sampai tiga kali makan jika menyiapkan sendiri. Sehingga, mahasiswa yang bersekolah di luar negeri menurut saya cukup mandiri dan memiliki daya juang. Bukan hanya dari segi makanan, dari segi waktu pun demikian.
- Memiliki EMAIL kampus mengangkat KEPERCAYAAN SESEORANG. Well, ini mungkin menurut saya merupakan efek tidak langsung. Namun, hal ini merupakan hal yang banyak tidak disadari oleh seorang mahasiswa. Memiliki email dengan ujungnya ada nama atau kode kampus dan negaranya merupakan previlege tersendiri. Hal ini berdasarkan pengalaman secara pribadi, menggunakan email kampus mengirimkan pertanyaan-pertanyaan kepada peneliti-peneliti yang namanya terpampang sebagai author dalam artikel ternama dan dibalas dengan cepat (mungkin dikarenakan dengan email kampus), bisa dijadikan sebagai salah satu contohnya.
- Berjejaring secara INTERNASIONAL. Hal ini memang terkesan “biasa” karena banyak yang berpikir bahwa jika kita sekolah diluar negeri ya tentu relasinya akan banyak berkenalan dengan mereka yang sama sekolahnya di luar negeri. Bukan berarti yang di dalam negeri tidak bisa bernetworking di dunia internasional. Namun, sekolah di luar negeri telah memberikan satu tiket khusus dimana kita akan lebih terbiasa berinteraski dengan mereka-mereka yang berbeda kebangsaan. Tentunya hal ini kembali lagi bagaimana cara seorang dalam berinterasi dan bertingkah laku ataupun bagaimana menjalin komunikasi.
- BUDAYA POSITIF (budaya selalu positif) yang secara tidak sadar TERBENTUK. Tidak usah dibilang lagi, jika yang namanya JAM KARET sudah sangat familiar, apalagi di kalangan mahasiswa. Janjian jam 3 datang jam 4, atau malah datang jam 5. Hal ini kadang membuat saya selalu garuk-garuk kepala dan dengan gampangnya rada naik darah. Bukan karena saya sudah bersekolah disini dan merasa demikian, semenjak SMA pun saya terbiasa jika janjian tepat waktu, namun jika saya datang tepat waktu dan HANYA saya menjadi satu satunya orang yang datang duluan. Lama-kelamaan kan akan malas juga. Nah inilah yang namanya BUDAYA yang bisa membentuk seseorang. Bersekolah diluar meskipun banyak dari kawan-kawan yang suka terlambat. Namun dengan lingkungan di orang-orang yang SELALU datang TEPAT WAKTU tentunya nanti kawan-kawan dengan sendirinya akan merasa malu dan lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan untuk tepat waktu. Intiinya disini adalah berada di lingkungan yang baik akan membuat kita menjadi lebih baik (selain preferensi pribadi masing-masing untuk menjadi tidak).
- MENJADI lebih memahami GEOGRAFI dan SEJARAH. Saya ingat betul ketika pelajaran geografi dan sejarah di kelas dua SMA (karena saya di jurusan IPA sehingga mata pelajaran ini hanya satu semester di ajarkan). Banyak dari kawan-kawan yang mungkin merasa bosan dan mengantuk. Nah, kawan-kawan akan merasakan manfaatnya belajar geografi dan sejarah terlebih lagi jika bersekolah di luar negeri. Sebagai contoh di EROPA, mungkin bagi kawan-kawan yang belum pernah ke EROPA tidak tahu Zeeland itu letaknya dimana, atau Munchen itu bagian mananya Jerman, atau bahkan tidak tahu kalau ada nama kota Wageningen. Well, intinya dengan bersekolah diluar kita akan menjadi lebih peka dengan mata pelajaran geografi tidak hanya dari peta, namun juga musim dan letak geografis negara atau tempat tersebut juga sejarahnya. Karena, sudah rahasia umum bahwa mahasiswa Indonesia khususnya di Eropa akan dengan gesit menjadwalkan liburan atau Eurotrip nya, sehingga pengetahuan mengenai peta dan letak-leak serta sejarah suatu tempat akan bertambah. Hal ini juga memungkinkan dilakukan oleh mahasiswa yang berkuliah di Indonesia dengan membaca atau menonton video-video tertentu. namun pengalaman secara pribadi tidak akan pernah menipu kawan, ada memori dan rasa yang sulit terhapus.
- MEMILIKI impian yang akan lebih TINGGI. Mungkin saya salah, namun bolehlah saya berpendapat bahwasanya orang-orang yang bersekolah di luar negeri memang memiliki MIMPI yang tergolong tinggi. Mereka rela meningggalkan kampung halamannya, meninggalkan keluarganya, makanan yang super enak, serta musim yang bersahabat dan suara ADZAN sebagai pengingat sholat 5 waktu tak pernah berhenti terdengar. Mereka yang memiliki tekat untuk bersekolah di luar negeri menurut saya adalah mereka yang menerapkan dan menjalankan amanah untuk berhijrah. Mereka yang tidak diam di suatu tempat, mereka yang belajar hal-hal baru setiap harinya dan mereka yang dengan pola serta sudut pandang yang berbeda. Contoh kecilnya begini, jika kawan-kawan berada dalam kelas IPA tentunya kawan-kawan akan memiliki pandangan lain dengan dunia IPS (dunia yang bukan bidang kita). Sehingga dalam melihat suatu kasus akan melihat dari sudut pandang global karena tidak berada dalam sistemnya, gajah di pelupuk mata tidak keliahatan bukan? Nah intinya begitulah.
- MEMILIKI tingkat ADAPTASI yang CENDERUNG TINGGI. Hal ini menurut saya sangat-sangat penting untuk saya tuliskan. Contoh kecilnya, di negara yang memiliki empat musim, tentunya kehidupan sangat dinamis, kenapa demikian? karena bisa jadi bulan ini durasi mataharinya bersinar dan terang lebih dari 15 jam, bulan-bulan lainnya mungkin kurang dari delapan jam. Jam 3 sore terang dan beberapa menit kemudian bisa jadi hujan dan mendung, begitulah singkatnya. Sehingga mereka yang pernah merasakannya akan lebih cepat beradaptasi dengan kedinamisan cuaca dan waktu tersebut. Kadang saya merasa sedikit bingung ketika menjelaskan dengan kawan-kawan atau keluarga dirumah, di saat musim dingin perbedaaan waktu dengan Indonesia menjadi 6 jam. Namun, memasuki spring perbedaan waktu menjadi 5 jam, juga begitupun dengan matahari tenggalam dan waktunya sholat. Sehingga orang-orang yang belum pernah merasakannya agak sedikit bingung dengan pola-pola tersebut. Well ya, beruntungnya di Indonesia adalah setiap hari kita memililiki intensitas terang dan gelap yang sama, memiliki waktu sholat yang juga hampir sama (kalaupun berbeda tidak akan pernah lebih dari 30 menit per tempatnya masing-masing). Terlebih lagi, di bulan puasa ramadhan, tingkat adaptasi seorang mahasiwa Indonesia yang bersekolah di luar negeri menurut saya sangat teruji coba.
Sekian 10 hal yang bisa saya rangkumkan dalam tulisan singkat ini. Semoga ada hal-hal unik lainnya yang bisa saya tuliskan dan berbagi untuk kawan-kawan semuanya. PERLU DICATAT hal-hal yang saya kemukakakn tentunya tidak bermaksud untuk melebihkan mahasiswa yang bersekolah diluar dan membanding-bandingkannya. Namun, sebagai pelajaran semata bagi kawan-kawan yang sedang menempuh pendidikan.Satu hal penting yang ingin saya sampaikan yakni MAHASISWA INDONESIA dimanapun berada memiliki kesempatan yang sama hanya jalan dan kemauannya saja yang berbeda.
Salam, Wageningen, 16 April 2017, 2:11pm.