Purna Mayor Tesis


Tertanggal 21 Februari 2017 saya sudah menuliskan pesan untuk saya dimasa yang akan datang (disini). Saat itu saya menuliskan dan berpesan terhadap diri sendiri bahwasanya saya akan tersenyum di masa yang akan datang melihat sendiri proses yang telah saya lalui. Hari ini baru bisa kirimkan tulisan balasan terhadap surat yang telah saya tulis. Terima kasih pribadi yang semakin memberikan pembelajaran untuk ke depan.


Tertanggal 18 April 2017 pukul 02.57pm saya sudah bersiap untuk memasuki ruangan ujian tesis. Ruangan sang examiner dan pembimbing yang hanya akan berhadapan dengan saya seorang. Beliau-beliau yang telah terlebih dahulu telah menjadi pembelajar. Tepat pukul 03.00pm saya di panggil oleh examiner, namun bukan untuk masuk ke ruangan sidang. Akan tetapi diminta untuk menunggu sekitar 3 menit karena beliau akan mau berdiskusi singkat kembali dengan pembimbing saya.

Tiga menit kali ini, meskipun sama memang hanya 180 detik tapi rasanya lama sekali. Saya menunggu duduk di sudut koridor di kursi panjang busa yang dibalut dengan plastik kencang dan empuk, meja bundar dan beberapa kursi lainnya disana, tampaknya kosong dan tenang-tenang saja. Di dekatnya menempel dengan tembok di koridor ada rak-rak buku yang berisikan jurnal-jurnal dengan indeks poin yang tinggi seperti Nature hingga buku untuk anak usia dini yang bercerita tentang bebek dan hewan-hewan air nya pun ada. Sembari membawa sebatang pensil, sebatang bolpoin, serta lembaran-lembaran tesis yang saya gabungkan dengan penjepit dan berplastik, saya menghadap rak-rak buku tersebut. Meski tampak tenang, sudut koridor dan kursi-kursi kosong tersebut tak mampu membuat saya merasa tenang juga. Detak jantung saya pun memang terasa lebih cepat, aliran-aliran darah saya memang sepertinya lebih tersirkulasi dengan cepat, jantung saya memompa lebih aktif, oksigen-oksigen pun yang mungkin tersaring melalui paru-paru bersamaan juga mungkin dengan sari-sari makanan memang bersiklus dengan baik, mungkin demikian prosesnya. Saya juga kurang paham sebenarnya.

Tiga menit itupun memang berlalu lama menurut saya, sampai akhirnya, di samping rak buku yang menempel tembok koridor ada sebuah pintu, ruangana mahasiswa PhD, pintu itu pun juga akhirnya terbuka. Aah, bunyi pintu ruangan sidang yang bersebelahan saya kira. Ternyata bukan! Berbadan tinggi, berambut pirang, berhidung mancung, bermata dalam, ah beliau yang membuka pintu adalah pembimbing minor tesis saya. Beliau menanyakan untuk jadwal untuk meeting selanjutnya membicarakan minor tesis saya dan juga metode yang akan digunakan dalam analisis data. Well, kemudian singkat sekitar 15 detik mengobrol dan beliau juga menanyakan, kenapa saya duduk dan menunggu disana? Saya menjawab, saya ada jadwal sidang tesis pukul 03.00pm tetapi saya diminta oleh examiner untuk menunggu dulu sebentar. Tanpa banyak komentar, beliau hanya tersenyum, sembari berkata goodluck! Beliau pun berlalu.

Saya lirik jam tangan analog yang berdiameter 2.3cm, berwarna hitam yang saya pasangkan di tangan kanan. Sudah menunjukkan pukul 03.07 di detik ke 42. Dalam hati saya heran, sudah lebih dari 2 kali tiga menit sesuai yang diminta oleh examiner, nampaknya lumayan alot yang di diskusikan oleh penguji dan pembimbing saya. Tak lama kemudian, perempuan berbaju hitam, mengenakan cardigan hijau cerah namun enak dilihat, berambut yang selalu digulung tipis dan agak pirang. Iya, beliau pembimbing saya, senyum hangat beliau memanggil dan mempersilahkan saya untuk memasuki ruangan.

Di dalam ruangan, begitu masuk saya menyapa dan segera bersalaman dengan penguji. Beliau lalu mempersilahkan saya duduk. Seperti posisi untuk wawancara kerja, saya sejajar dengan pembimbing saya duduk di bangku dengan alas bewarna merah marun dan empuk. Berhadapan langsung dengan penguji tesis saya. Mengenakan kacamata, berambut pendek mungkin seperti potongan dora, namun dengan garis muka dan tatapan mata yang sangat tegas. Mengenakan baju merah menyala beliau semakin menambahkan kesan bahwasanya ujian ini bukan main-main. Saya sudah  bersiap-siap dengan segala macam prediksi pertanyaan yang akan mungkin ditanyakan.

Penguji tesis saya kemudian membuka dengan ucapan, selamat! Selamat sudah menjalani proses hingga ke tahap ini, tahap terakhir dalam proses pengerjaan tesis. Beliau bercerita beberapa hal pengalaman beliau dari beberapa mahasiswa yang sudah beliau uji. Sampai akhirnya pernyataan demi pernyataan tersebut menuju ke pertanyaan. Pertanyaan beliau pertama mengenai bagaimana perasaan saya selama proses tesis, lalu beliau juga menanyatakan bahwa beliau menyukai laporan tesis yang saya kerjakan, terutama dari info-grafik yang saya tampilkan dalam laporan dan juga analisis-analisis yang telah saya lakukan. Beliau kemudian memberikan saran kepada saya jika menulis approximately xx% maka sebutkan saja xx%, yang saya lakukan adalah approximately xx.xx%, yang menurut beliau itu bukan lagi approximately namun itu angka yang sudah detail. Ah, iya benar kata beliau, approximately tidak seharusnya bergandeng dengan angka detail :D. Agustin!

Lalu, beliau menanyakan kepada saya bagaimana proses selama tesis kemarin, kesulitan-kesulitan seperti apa yang saya hadapi dan tanggapan saya bagaimana. Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut saya seperti bercerita, karena saya hanya menceritakan kembali terhadap proses yang sudah saya jalani. Kemudian pembimbing saya juga ikut menambahkan beberapa poin, karena beliau juga ikut hadir dan meninjau saya dalam melakukan fieldwork tiga bulan silam. Lalu ada pertanyaan yang menurut saya cukup mengejutkan, apakah saya menyesal melakukan penelitian ini? (karena dari beberapa kesulitan yang saya utarakan mostly karena janji para aparat yang tidak ditepati kepada saya selama proses penelitian berlangsung). Lalu saya katakan, TIDAK! saya tidak menyesal, karena dari proses tersebutlah saya jadi belajar lebih banyak tentang bagaimana caranya menghadapi orang-orang, belajar bagaimana deal dengan keadaan yang tidak selalu sesuai dengan keinginan kita dan kadang sangat berbanding terbalik dengan apa yang pernah kita bayangkan. Pembimbing saya kemudian menyatakan bahwa beliau legah mendengarkan ucapan saya tersebut, karena beliau khawatir bahwa saya menyesal dalam menjalankan tesis ini.

Pertanyaan demi pertanyaan sudah berlalu dan akhirnya beliau menanyakan rencana saya ke depan bagaimana? Saya menyampaikan dengan yakin bahwa saya ingin kembali ke Indonesia terlebih dahulu mungkin untuk mencari pengalaman kerja dan mencari skills dalam waktu mungkin enam hingga 12 bulan sembari mencari peluang untuk melanjutkan PhD. Kemudian beliau menawarkan agar saya bisa menjadi mahasiswa PhD di chair group beliau. Beliau juga menyebutkan beberapa kemungkinan beasiswa, pembimbing saya kemudian menimpali bahwa kami sudah sempat membicarakan terkait hal tersebut, termasuk peluang untuk mendaftar beasiswa LPDP. Lalu, penguji saya menanyakan, deadline beasiswa LPDP luar negeri kapan, pembimbing saya kemudian menjawab pertengahan Juli sembari memastikan kepada saya untuk menyatakan bahwa informasi benar. Saya menjawab, iya sekitar mid Juli sepertinya. Namun, saya tidak begitu yakin, karena memang saya tidak update mengenai informasi ini. Lalu kami berbicara mengenai persyaratan untuk mendapatkan beasiswa LPDP dan saya bilang salah satunya harus sudah lulus dan memiliki ijazah S2 jika untuk melanjutkan S3 (obrolan pun berlanjut).

Waktu ternyata berlalu cepat, saya lirik jam tangan saya ternyata sudah menunjukkan pukul 4.17pm. Tibalah saat dimana pembimbing saya kemudian menyampaikan refleksi untuk saya selama menjalani tesis. Maaf pernyataan dari beliau tidak bisa saya tuliskan (saya mungkin terlalu egois, saya hanya ingin menyimpan pesan-pesan dan refleksi beliau  untuk saya sendiri) yang jelas yang bisa saya tuliskan adalah “I am happy to having in as my student and to see you grow and develop”. Mungkin itu sudah bisa menjadi representatif, tentunya dengan catatan-catatan yang harus bisa saya perbaiki ke depannya.

Tibalah saatnya dimana pembimbing saya harus memberikan penjelasan-penjelasan dan penilaian selama proses tesis yang saya jalani. Ada empat poin utama yang dinilai dalam tesis saya yakni kompetensi penelitian (40%), laporan penelitian (45%), kolokium/presentasi (10%) dan tanya jawab (5%). Mulailah saya deg-deg an kembali setelah mengobrol santai dengan penguji dan pembimbing saya. Poin pertama yang pembimbing saya berikan yakni nilai yang tidak pernah beliau berikan sebelumnya dan tak banyak yang mendapatkannya, kata beliau. Sub-poin dari point pertama yaitu komitmen dan ketekunan, beliau memberikan angka sempurna :D, angka tertinggi dalam sistem pendidikan di WUR dan akumulasi nilainya pun menjadi angka yang paling saya sukai. Poin selanjutnya pun juga kurang lebih demikian dalam poin presentasi beliau kemudian sempat melihat saya sebentar dan berkata “you put high standard for other student Agustin! I remember your video and it was really nice, everybody is happy and you know all of them give more than nine on your presentation!. Ah, saya tersenyum malu, alhamdulillah pembelajaran demi pembelajaran semenjak SMA, kuliah dan masa-masa menanti beasiswa mengajarkan saya tentang presentasi, mulai dari teknik power point, suara, hingga media.

Sampai pada akhirnya rata-rata nilai yang saya peroleh adalah PEMBELAJARAN, PENGORBANAN, KEIKHLASAN, KETEKUNAN, KEYAKINAN dan TUJUAN UNTUK MEMBERIKAN YANG TERBAIK!

That’s it!! THAT’S ALL THE POINT OF MY THESIS.

Tesis, terima kasih! Akhirnya saya purna tugas atas amanah dan bercengkarama dengan mu kali dalam laporan ini. Namun, kita akan tetap bersahabat ke depan bukan?

Wageningen, 19 April 2017. 9.27pm

Sidenote:

Saya mendapatkan email dari salah satu mahasiswa PhD (DM) yang isinya: “congratulations Agustin, I am an awe”. Kemudian, saya juga dikirimkan foto saya oleh pembimbing saya dan beliau “please celebrate today, you really are the best student that I ever seen” ditambahkan dengan emot senyum dan topi ulang tahun. Keesokan harinya ketika saya meeting, pembimbing tesis kedua sayapun bilang ke teman saya yang tidak datang “oo you did not see Agustin’s presentation yesterday, ooo you should have come”.

 

Leave a Reply