…
Berhasil menyelesaikan tesis pertama dengan pengalaman dan pembelajaran yang banyak sekali tidak lantas membuat saya sudah bisa dikatakan lulus. Iya, tidak demikian! Karena sistem pendidikan di WUR mengharuskan bahwa setiap mahasiswa Master degree wajib hukumnya mencukupi 120 kredit (ECTS/SKS) yang separuhnya itu bisa di dapatkan dari tesis dan juga internship atau tesis kedua. Mungkin naif memang, tapi semenjak menginjakkan kaki tertanggal 13 Agustus 2015 saya juga sudah menentukan bahwa saya ingin melakukan penelitian, dua tesis tidak mengambil kesempatan untuk internship.
Paska tesis pertama saya harus mencari cara bagaimana agar bisa melaksanakan tesis kedua. Tentunya hal ini erat kaitannya dengan urusan keuangan alias budget. Iya, penelitian itu tidak murah pastinya! Alhasil setelah berdiskusi dengan dosen pembimbing dan projek yang beliau punya, akhirnya beliau juga menawarkan kembali untuk melakukan tesis bersama beliau. Namun, waktu itu karena lokasi rancangan penelitian saya tidak di Belanda, maka lagi-lagi budget menjadi salah satu tantangannya. Beliau akhirnya menyarankan saya untuk mencoba apply for funding yang mana waktu itu menjadi target adalah funding dari nya Rufford foundation (baca: disini). Beberapa hal akhirnya mengharuskan saya untuk mencoba apply dengan skema atau sumber funding lainnya yakni National Geographic (baca: disini). Sembari proses menyelesaikan tesis pertama, saya juga mencoba belajar menulis dan menyelesaikan proposal untuk di submit ke sumber dana. Mungkin memang sudah ditulis kali ya, alhamdulillah waktu itu saya ingat sekali ketika saya masih menjalankan fieldwork tesis pertama di Demak, 11 November 2016 tepatnya, pagi hari setelah sholat shubuh saya mengecek email saya dan ada tulisan CONGRATULATIONS dari pengirimnya adalah dari National Geographic. Berkali-kali saya baca, takut tidak percaya bahwa email tersebut benar adanya, saya pastikan kata demi kata dan saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan seksama. Ternyata benar, email tersebut benar di tujukan kepada Agustin Capriati – Applicant Young Explorer Grant-Asia. Alhamdulillah!!! Ternyata grant dari National Geographic berhasil saya kantongi. Tesis kedua saya, inshaALLAH akan berjalan lancar, dana sudah ada (dalam hati).
Berjalan lancar proses tersebut, akhirnya saya menandatangani tesis kedua saya akhir bulan Maret (2017), iya memang dalam situasi yang sama waktu itu tesis pertama saya pun belum selesai (karena belum evaluasi). Akhirnya, tesis pertama saya benar-benar tuntas pada 18 April 2017. Seminggu sebelum saya melaksanakan evaluasi tesis pertama, 11 April 2017, alhamdulillah saya bisa melaksanakan seminar proposal tesis kedua saya. Awal April yang berat menurut saya, selain menyiapkan proposal untuk tesis kedua, saya juga harus belajar untuk proses evaluasi.
Lagi-lagi alhamdulillah, saya ditemani dan dikelilingi oleh orang-orang yang super baik, yang mau membantu dalam bentuk apapun, teman mengobrol tesis, tempat bertanya tentang teknik pengambilan data, metode yang baik yang bisa saya gunakan, hingga tempat bercerita dan berbagi pengalaman. Alhasil seminar proposal tesis kedua saya berjalan dengan lancar dan berselang seminggu pun nilai atau hasil evaluasi tesis pertama saya pun keluar. Nilai diluar ekspektasi saya namun juga menjadi angka favorit saya :).
Tesis kedua, tidak berarti lebih mudah dan lebih sederhana. Banyak teman yang bertanya, tapi tesis keduanya lebih mudah kan, lebih sederhana kan? lebih gampang kan? begitulah singkatnya. Namun, bagi saya pribadi, tesis kedua ini bukan masalah lebih gampang atau lebih susah, melainkan merupakan titik mulai baru lagi yang harus saya lakukan dan jalani dengan sebaik mungkin. Kali ini, saya memiliki partner lapang orang londo asli, yang artinya bule dengan background 180 derajat dari saya pribadi. Sempat menjadi kekhawatiran sendiri bagi saya, memikirkan hal ini dan itu, apakah bisa cocok menjadi partner lapang, apakah bisa menjalankan fieldwork dengan orang baru saya kenal, apakah ini dan itu lah,,,, Sebagian fakta mungkin dari kekhawatiran saya benar terjadi, di awal-awal persiapan untuk ke lapang, saya rada merasa kok semua-muanya saya. Nah, disinilah titik tantangan barunya!!! Mengajarkan saya lebih mandiri untuk menyiapkan diri untuk fieldwork dan mengajarkan diri saya lebih preventif terhadap kemungkinan-kemungkinan yang bisa menjadi tantangan baru. Namun, seiring berjalannya waktu, alhamdulillah partner lapang saya mengajarkan saya banyak hal.
to be continued… (disini)