2 tesis di WUR dalam 1 tahun, kenapa tidak??? #4

Jadwal penerbangan yang berbeda untuk terbang ke Indonesia, membuat saya dan partner lapang saya (sohib sekarang 😀) harus mengatur waktu yang sama untuk bisa tiba di lokasi fieldwork bersamaan. Fieldwork tesis kedua saya yakni berada di Indonesia bagian Timur, di Papua, tepatnya di Raja Ampat, Misool. Akhirnya, kami bertemu di Makassar, pada tanggal 2 Mei 2017 sekitar pukul 2.30an pagi,,, iya karena penerbangan kami selanjutnya dari Makassar ke Sorong adalah pukul 3an pagi. Entah kenapa jadwal penerbangannya dini hari begini,,, hahaha

Singkatnya, kami akhirnya barulah mulai mengobrol sesungguhnya diluar jadwal meeting selama di kampus. Sesampainya di Sorong, kami menginap di hotel Je Meridien, iya hotelnya mungkin hanya berjarak 200an meter dari Bandara Sorong (Dominik). Namun, karena saya membawa cukup banyak barang, perkakas untuk fieldwork akhirnya kami putuskan untuk memesan taksi saja, walaupun hanya 200an meter. Sesampainya di hotel saya segera melakukan check-in dan kami segera menuju kamar. Tiba di ruangan, kami langsung merebahkan diri masing-masing karena perjalanan yang lumayan menguras energi.

Ternyata kami berdua tertidur dan baru terbangun sekitar 2an jam kemudian, sama-sama lapar ternyata. Akhirnya kami memutuskan untuk membeli makan, mengisi energi. Keluar dari penginapan kami berjalan kaki ke arah timur hotel Je Meridien dan berjalan terus hingga akhirnya menemukan rumah makan padang. Saya memesan ikan waktu itu dan partner saya (sohib sekarang) ternyata hanya memesan sayur mayur. Waktu itu saya tidak cepat tanggap bahwasanya ternyata dia adalah seoarang vegan. Setelah makan siang, kami lalu mulai mencari beberapa alat yang harus kami lengkapi untuk dibawa ke lokasi fieldwork seperti pipa PVC, plate dan lain sebagainya.

Lusa paginya, kami berdua terbang ke Manokwari menghadiri meeting dengan beberapa perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan Perikanan dan juga beberapa NGO serta dosen-dosen dari Universitas Papua. Sehari berselang, kami belajar bersama tentang bagaimana cara memonitoring “objek penelitian” kami dan juga cara menganalisis datanya. Sehari selanjutnya, kami kembali terbang ke Sorong dan selanjutnya barulah kami berangkat ke Misool.

Secuil kisah pembuka tentang Papua bisa dibaca disini

Perjalanan pulang hingga ke Papua bisa dibaca disini

Secerca catatan ramadhan (ketika di Papua) bisa dibaca disini

Lokasi pertama kami tinggal di Homestay Lonyalu dengan biaya penginapan IDR500,000/malam, kami tinggal disini dari tanggal 10 Mei hingga 25 Mei 2017, kemudian pindah ke lokasi berikutnya yakni tinggal di yayasan Baseftin atau Misool Foundation (disini). Tinggal di Baseftin hingga pertengahan Juni. Alhasil, seiring berjalannya waktu, saya dan partner lapang saya menjadi lebih akrab dan lebih banyak mengobrol mulai dari hal yang seharusnya memang kami obrolkan, yakni tentang fieldwork hingga hal-hal random lainnya. Ah, benar adanya fieldwork membuat seseorang bisa menjadi lebih akrab dan lebih tidak akrab dengan orang lainnya.

Alhamdulillah saya sekarang menjadi bersahabat baik (sohib nih ye..) dengan partner lapang saya. Sohib saya ini ternyata menganggap saya setengah Indonesia dan setengah Eropa! Katanya, saya sangat perhitungan dengan waktu terutama dalam kadar waktu untuk orang Indonesia, juga detail. Ah, kadang jadi terbang mendengar statement demikian yang dinyatakan oleh bukan orang Indonesia. Singkatnya, kami menghabiskan waktu di lapang dengan enjoy dan sangat menikmati setiap momennya, mulai dari fieldwork, resting day, fun day, diving day, rainy day, badai day, hahahaa….

to be continued… (disini)

Leave a Reply