Selasa, 19 Juli 2016.
Hari ini kami bangun kesiangan, sepertinya kami kecapean sehingga menjadi malas-malasan untuk bangun pagi. Tepat pukul 08.40am kami check-out dari hostel, karena kami tidak bisa menitipkan barang-barang kami hingga malam harinya. Kemudian pukul 08.57am kami menuju Berlin HBF stasiun untuk menitipkan barang di loker yang ada di stasiun. Sesampainya di Berlin HBF kami mencari loker atau tempat untuk menitipkan barang.
Setiap loker memiliki harga yang berbeda-beda tergantung dengan ruang yang diberikan, ada yang harga nya 4,6, hingga 12 euro. Kami memilih loker seharga 6 euro, karena loker tersebut memang pas untuk barang bawaan kami yang tidak begitu banyak namun juga tidak sedikit, sedang-sedang saja. Namun, karena untuk mengunci loker memerlukan akses untuk memasukkan koin sesuai harganya dan kami tidak mempunyai uang koin. Akhirnya segera kami menukarkan uang, sebenarnya ada mesin penukaran uang kertas menjadi uang koin. Namun entah kenapa, mesinnya tidak bekerja ketika kami dan pelanggan lainnya ingin menggunakannya. Kemudian kami memutuskan untuk membeli makanan ringan untuk mendapatkan koin, yang juga harus bolak balik untuk mencukup koin 6 euro.
Kami tidak mengikuti itinerary sepenuhnya karena memang perjalanan kami ini bersifat flexible. Hari ini kami memutuskan untuk kembali ke Alexanderplatz, karena katanya daerah disana banyak menawarkan oleh-oleh yang murah meriah. Namun ternyata barang-barang yang ditawarkan tidak begitu sesuai dan memuaskan seperti yang dibayangkan. Cukup lama waktu kami habiskan untuk berkeliling kemudian kami mampir ke toko I love (dengan logo hati) Berlin. Namun hal ini tidak rekomendasi karena harga yang ditawarkan jauh lebih mahal dibandingkan tempat lainnya e.g. di dekat stasiun.
Selepasnya kami mencari kebutuhan untuk oleh-oleh yang belum juga terpenuhi, akhirnya kami menyantap makan siang tepat disamping KFC, ada restauran yang memiliki label halalnya. Bisa ditebak mungkin untuk kawan-kawan bahwa tak lain dan tak bukan yang kami makan adalah kebab, doner, dan sejenisnya :). Alhamdulillah yang jelas bisa memakan makanan halal.
Tak lama setelah kami makan siang, kami janjian bertemu dengan Kak Reza (alumni unsoed, IPB dan akan menempuh PhD beliau di ICBM, tempat yang menjadi list pertama kampus yang saya incar untuk S2, namun belum kesampaian). Setelah bertemu dengan Kak Reza kami kemudian melanjutkan perjalanan untuk menuju East Side Gallery. East side gallery, melambangkan dari kebebesan secara internasional yang memiliki panjang sekitar 1.3km dari Berlin Wall yang terletak di jantung kota Berlin di Mühlenstraße di Friedrichshain-Kreuzberg. Perjalanan untuk menemui lokasi ini tidak begitu mudah, saya sampai lupa bagaimana caranya, yang jelas alhamdulillah kami bisa sampai disini.
Disini ada salah satu lukisan dari foto yang sangat terkenal, “the kiss” atau “the kiss of death” antara pemimpin Soviet, Leonid Brezhnev dan Presiden Jerman Timur, Erich Honecker dari foto pada tahun 1979. Foto ciuman kedua pemimpin ini tersebar ke seluruh dunia hingga pada tahun 1989, artis dari Soviet Dmitri Vrubel menjadikannya sebagai gambar ikonik dari east side of the Berlin wall, sebenarnya foto ini diniatkan sebagai aksi protes atas adanya konflik di Jerman pada tahun itu (selengkapnya bisa dibaca disini
Selepas dari berjalan-jalan sepanjang east side gallery kami memutuskan untuk pergi ke German Museum Technology yang terletak di Berlin (Deutsches Technikmuseum Berlin). Terletak di Trebbiner Str. 9, 10963 Berlin, Germany. Museum ini menyajikan aneka perkembangan teknologi mulai dari transportasi hingga fotografi. Kereta api, pesawat terbang, bahan-bahan kimia, roll film dan lain sebagainya. Untuk masuk ke museum ini, dikenakan biaya sebesar 8 euro per orangnya. Namun jika mempunya kartu tanda mahasiswa bisa membayar separuh harga.
Ada juga beberapa koper-koper lama yang seperti di film-film eropa jaman dahulu, yang cukup unik dan masih bertahan hingga sekarang.
Karena terbatasnya waktu, kami kemudian memutuskan untuk menyudahi perjalanan ini dan kembali ke stasiun Berlin HBF untuk meneruskan perjalanan kami ke Vienna. Sesampainya di Berlin HBF kami juga menyucapkan salam untuk Kak Reza di tutup dengan sesi foto-foto.Terima kasih kak sudah bersedia menemani kami di Berlin.
Sebelum kereta kami berangkat, kami mencoba mencari curry wurst alias sosis Jerman yang sangat terkenal sebagai khas nya makanan Jerman. Namun, karena kebanyakan wurst nya dari BAB I, II, III, maka kami harus berhati-hati sekali dalam membeli. Untungnya sebelum kak Reza pamitan pulang, beliau sempat bercerita tentang toko halal (orang Turki yang jual) curry wurst di dekat stasiun Berlin HBF. Kami yang penasaran akhirnya memutuskan untuk mencari dan membeli. Waktu itu, Nidonk bertugas menjaga tas kami di platform tempat kereta kami akan datang, Uwi dan saya mencoba mencari dan membeli curry wurst halal. Alhamdulillah setelah mengelilingi hampir semua sisi stasiun, kami menemukan tempat yang dimaksud. Alhamdulillah 🙂
Tak lama setelah kami membeli dan menyantap curry wurst halal akhirnya kereta kami sampai juga, berangkat sekitar pukul 06.14pm dan diperkirakan sampai pukul 07am. Kami akhirnya mengakhiri hari dengan tidur di kereta malam Berlin-Vienna. Kami baru bertiga menempati gerbong kereta ini, tiga orang lainnya akan datang ketika kami stop di Praha atau Prague, tepat pukul 11.40pm tiga orang lainnya, yakni keluarga bapak, ibu dan anak perempuannya membangunkan kami. Mereka adalah orang Australia yang sedang summer holiday di Eropa, perjalanan beliau telah melalui Praha dan dilanjutkan ke Vienna. Sang Bapak memiliki tato yang saya ingat di kaki kanan beliau tato tersebut berupa tulisan yakni nama anaknya, Alice. Logat beliau awalnya tak bisa saya tebak, saya kira beliau adalah British namun ternyata Orang Australia. Beliau menceritakan betapa bagus nya Praha dan menyesal bahwa kami melewatkannya. InshaAllah dilain kesempatan kami akan kesana juga Pak.
Aaamiin Ya Rabbal Alamiin