Berawal dari obrolan dan pesan-pesan singkat yang terus kami kirim dan saling tukarkan kabar melalui teknologi aplikasi whatsapp yang mampu memberikan ruang dan celah bagi kami untuk tetap saling bercengkrama walau terpisah jarak lebih dari sepuluh ribu kilo meter.
Singkat cerita akhirnya alhamdulillah Uwi a.k.a. Ani Maria dan Nidonk a.k.a Anita Puspita Sari akan mengunjungi saya tertanggal dari 13 Juli 2016 hingga 27 Juli 2016. Senangnya, karena bertemu dan bercengkrama lagi dengan dua dari anggota 5ekawan lainnya. Keberangkatan mereka dari Indonesia tanggal 13 Juli 2016, tepat seminggu setelah lebaran idul fitri dan akan sampai di Belanda pukul 1pm (14 Juli 2016).
14 Juli 2016,
Pagi itu saya bangun dengan pagi, segera sholat dan langsung mandi. Tidak seperti kebanyakan hari lainnya yang biasanya digunakan untuk tidur-tiduran lagi. Enam hari sebelumnya atau tepatnya setelah hari raya idul fitri, 6 Juli 2016, saya mulai nervous entah kenapa,,, perut saya tak jarang mulas tiba-tiba dan nafsu makan kadang berkurang, tidur juga kadang bangun dan susah tidur lagi. Artinya, saya sangat semangat sekali untuk bertemu dengan Uwi dan Nidonk.
Pagi itu, pukul 8am pagi, saya sudah siap, padahal bus dan kereta untuk menuju Schipol dengan perkiraan waktu yang pas berangkat pukul 11.13am. Sempat bingun bagaimana ekspresi kami yang sudah setahun tak pernah berjumpa kembali bertemu untuk jalan-jalan dan menghabiskan waktu bersama selama empat belas hari ke depannya.
Well, akhirnya pukul 12.30an saya sudah sampai di Schipol dan langsung menuju ke pintu kedatangan 3 (tentunya tahu setelah mengecek dari applikasi Schipol Airport). Saya lihat di jadwal bahwa mereka landing lebih awal sekitar 20an menit daripada jam yang telah ditentukan. Akan tetapi, bukan berarti kami akan bertemu lebih cepat ternyata, loading luggage dan antrian di imigrasi juga cukup memakan waktu. Waktu itu, saya menunggu dan tiga orang yang sudah silih berganti mengobrol dengan saya sembari menunggu, Mba-mba asal California yang sedang menunggu bapaknya juga dan beliau kerja di Leiden sudah kurang lebih 4 tahun, akan tetapi beliau sudah bisa berbahasa Belanda dengan lancara (saya malu :(. ). Kemudian saya mengobrol lagi dengan Orang Turki yang berkebetulan tinggal di Belanda dan menjemput saudara perempuannya dari Turki untuk berlibur di Belanda. Akhirnya mereka juga bertemu lebih dahulu dari saya. Sampai akhirnya ada mba-mba yang mukanya Indonesia sekali akan tetapi membawa seorang bayi perempuan berwajah campuran Indo-Belanda, dan dengan berani saya menyapa, menanyakan apakah beliau orang Indonesia? dan akhirnya beliau menjawab iya. Alhasil sekitar 30an menit kami mengobrol. Beliau adalah pramugari maskapai Qatar Airways yang kerjaannya bolak-balik Indonesia-Jeddah. Walaupun demikian, beliau menjelaskan bahwa agama beliau Kristen, karena saya mengucapkan, wah beruntung mba bisa kesana. 🙂
Namun, di Indonesia agama bukanlah pembatas tali silaturahmi, toh setiap makhluk yang ada di muka bumi ini juga sama, ciptaan Allah SWT. Beliau menikah dengan orang Belanda beberapa tahun yang lalu dan sekarang menetap di Rotterdam, beliau menunggu ibu beliau yang akan berlibur di Belanda dan akan sama-sama pulang ke Indonesia. Beliau asli Jakarta Utara, daerah Tanjung Priok katanya.
Setelah mba-mba tersebut, akhirnya muncullah dua wajah yang sudah sangat familiar yang telah saya kenal selama 7 tahun terakhir :). Taraaaa…. Uwi dan Nidonk, alhamdulillah akhirnya kami bisa bertemu dan senyum kami pun berpadu menjadi satu.
Ps: untuk Harry dan Sule ditunggu untuk reunian Eropa selanjutnya ya:) di 2020. INSHAALLAH, kun fayakun!!!