
Ada banyak hal menarik ketika berbagai artikel muncul yang menyatakan bahwa jumlah spesies yang go extinct alias mendekati kepunahan semakin meningkat, terjadi secara masif. Hal ini dikarenakan oleh berbagai hal mulai dari penggunaan atau pembukaan lahan, pola pemanfaatan yang bersifat merusak hingga perubahan iklim atau lingkungan yang ekstrem. Sebaliknya, banyak juga berita dan informasi tentang ditemukannya beberapa spesies baru, baik itu berupa sub-spesies ataupun lainnya. Temuan ini pun kebanyakan dilakukan di tempat-tempat yang belum tereksplor.
Ketika saya membaca salah satu artikel yang berjudul “From five billion to zero : the passenger pigeon – and other beautiful animals driven to extinction (baca lengkap disini) yang menyatakan bahwa sepuluh spesies yang terancam punah keberadaannya. Muncul sebuah pertanyaan tentang bagaimana cara kita mengetahui dan melakukan kalkulasi bahwa flora dan fauna tersebut mendekati kepunahan atau terancam kondisi kelestariannya.
Pada tahun 1964, International Union for Conservation of Nature dibentuk dan sekarang telah berevolusi menjadi sumber informasi yang paling komprehensif di dunia mengenai status konservasi global hewan dan tumbuhan yang terancam punah statusnya (baca lebih lanjut disini). Penilaian tersebut ditentukan berdasarkan hasil kuantitafif batas ambang dari ukuran, tren dan juga struktur populasi serta distribusi atau persebarannya dari suatu spesies.
Berikut saya berikan tautan artikel yang menarik terkait pengaplikasian habitat dan densitas suatu populasi untuk melakukan penilaiaun Red List berdasarkan IUCN. Penilaian tersebut meliputi perubahan tutupan lahan, spesifik habitat, kelimpahan populasi, dan jarak persebaran untuk mengidentifikasi parameter kunci dan memprediksi Red List IUCN untuk spesies.
Baca lebih lanjut disini dan disini