Delapan hari memang tidak akan pernah terbuang percuma :).

Tertanggal 28 Juli 2016 saya resmi menyetujui kontrak penelitian tesis saya yang akan dimulai sejak hari ini hingga enam bulan ke depan. Waktu tersebut kemudian terbagi menjadi satu bulan persiapan proposal, tiga bulan di lapang, satu bulan analisis dan satu bulan menulis serta sidang. Akan tetapi dikarenakan saya sudah dibelikan tiket dengan tertanggal 20 Agustus 2016 sehingga saya harus sidang proposal terlebih dahulu sebelum pulang ke Indonesia.

Menyediakan waktu lebih dari hanya delapan jam perhari untuk mencoba membaca, mencerna dan mengekstrak segala informasi untuk kemudian diracik menjadi ramuan dalam sebuah proposal tesis saya. Alhamdulillah proposal tesis pertama saya sudah jadi dan tebak saja coretan merah kembali banyak (bolpoin nya biru). Teringat ketika SMA saat saya menyerahkan proposal karya tulis pertama saya, banyak juga coretannya. Akan tetapi setelah menerima banyak masukan dari supervisor yang kece alhamdulillah ketika berdiskusi kembali sebelum presentasi beliau senang dan menyatakan bahwa senang melihat apa yang saya lakukan sesuai dari telah meng-incorporate saran dari beliau dan dikembangkan.

Well, singkat saja saya ke Semarang, tanggal 31 Agustus 2016. Jadwalnya saya tiba di Bandara Ahmad Yani pada 14.40 namun telat jadinya sampai 14.57. Kemudian saya mengantri untuk mengambil bagasi saya. Alhamdulillah tak lama kemudian, bagasi saya berhasil saya letakkan di trolley untuk kemudian saya menungu jemputan dari salah seorang mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) yang akan menjadi salah satu partner lapang saya. Keesokkan harinya saya dijadwalkan untuk ke Demak, dan langsung tinggal disana, selama beberapa hari sesuai jadwal setidaknya agar saya bisa berbaur dengan masyarakat setempat dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Akan tetapi, semua memang seringkali berjalan dengan tidak mulus dan tidak sesuai rencana. Pasti memang akan ada tantangan baru dan memang menguras tenaga, waktu, pikiran dan juga uang tentunya. Well done, hari ini tertanggal 7 September 2016 tepat delapan hari saya di Semarang yang seharusnya sudah di Demak sejak seminggu yang lalu. Akan tetapi karena beberapa alat belum lengkap dan penginapan yang tidak dibatalkan oleh bapaknya dikarenakan suatu hal sehingga harus mencari tempat yang baru dan saya juga harus merepotkan orang lain lagi (tempat saya menginap alias nebeng). Namun selalu ada hikmahnya dibalik segala suatu hal.

Saya mendapatkan kawan-kawan baru. Selain partner lapang saya, kawan pertama ketika saya sampai ke Semarang adalah Aini, ia adalah alumni dari Ilmu Kelautan UNDIP angkatan 2010 yang menyambut saya dengan senyuman ketika saya membawa barang-barang untuk nebeng yang rencana nya hanya semalam menjadi delapan hari. Kemudian saya juga mendapatkan kawan baru yaitu Cici, teman sekamar Aini yang artinya kami tidur bertiga. Mengenal mereka berdua membuat saya terheran-heran mengingat keahlian yang mereka miliki patut diacungi jempol dan keterlibatannya pun dalam organisasi IKAMAT membuat saya kagum akan kredibilitas dan kualitas kerjanya,

Tak hanya Aini dan Cici saya juga mendapatkan kawan baru lagi yaitu Mas Lukman, salah seorang teman dari partner lapang saya yang telah bersedia meminjamkan saya helm selama lima hari secara berturut-turut. Selain itu saya juga menjadi kenal anggota IKAMAT lainnya dari Cici dan Aini yakni Wellan, Arif, dan Adit. Saya juga mengenal Daniel dan Sita, mahasisa Kelautan yang akan melakukan skripsi tentang sedimen dan mangrove yang bersedia membantu dalam kegiatan penelitian lapang kami sekaligus mengerjakan skripsinya.

Memiliki identitas sebagai wakil dari mahasiswa Wageningen University and Research (WUR) yang bekerja sama dengan UNDIP saya memiliki kesempatan khusus untuk bercengkrama dengan para pejabat di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNDIP, berkesempatan bersapa dengan Pak Dekan, Wakil Dekan III (Pak Irwani), bertemu dengan Bu Retno (seorang dosen UNDIP ahli benthos), Mba Dewi (laboran laboratorium biologi laut), Pak Budi dan Pak Kas (untuk meminjam alat, perijinan peminjaman lab di FPIK), Mas Hanung (alumni UNDIP) menekuni bidang molekuler dan akan ke Jepang tahun ini untuk studi S2 dan S3 dalam 5 tahun ke depan. Selanjutnya saya juga mendapatkan kawan dari kosan Cici dan Aini yaitu Elie, serta teman lapang Aini yakni Susi, temannya Cici yakni Cantika.

Ditambah lagi saya bertemu dengan Pak Eko (selaku koordinasi dari Wetland Indonesia  yang bertugas dan bertanggung jawab progress dalam regional Demak yang meliputi beberapa desa termasuk Timbulsloko tempat saya akan melakukan penelitian tesis. Saya juga sempat bertemu dan berdiskusi sedikit dengan Mas (Pak) Apri selaku koordinator Wetland Indonesia di level nasional yang basecamp nya di Bogor. Namun alhamdulillah ketika beliau ke Demak saya bisa bertemu dengan beliau. Saya juga bertemu dengan Pak Kus dan Pak Didi selaku penanggung jawab di Desa Timbulsloko yang nantinya dalam praktik lapang juga saya akan banyak berkoordinasi dengan beliau.

Setelah melakukan kunjungan kali kedua ke Timbulsloko saya juga mengenai Pak Kepala Desa Timbulsloko dan Bu Hariati (ibu yang punya rumah yang rumahnya kami sewa sebagai basecamp kami), saya juga mengenal Mas Adit, Istri serta anaknya (warga Desa Surodadi, desa yang berdekatan dengan Desa Timbulsloko) dimana rumah mas Adit menjadi rumah sementara tempat kami menitipkan barang karena tempat penginapan yang sebelumnya tidak jadi. Mas Adit (nelayan setempat) telah kenal sebelumnya oleh Mas Tyo (partner lapang saya), sehingga kami percaya dan diperbolehkan beliau untuk menitip barang-barang kebutuhan lapang kami.

Walaupun seminggu saya lewati untuk menyiapkan alat, perijinan, penginapan dan kebutuhan koordinasi lainnya. Alhamdulillah semua tergantikan dengan diisinya oleh orang-orang baru yang hampir setiap hari saya temui. Saya disuruh memang untuk lebih mengenal lingkungan dan tidak terpatok pada rancangan-rancangan rencana lapang yang sudah saya desain sedemikian rupa yang harusnya memang lebih dinamis. Namun tidak berarti juga melenceng dengan tujuan. Saya baru menyadari bahwa delapan hari yang saya habiskan ternyata tidak pernah sia-sia walaupun meleset dari jadwal yang saya tuliskan :).

Leave a Reply