Ini adalah kali pertama saya memberikan postingan terkait dengan ikan, walaupun saya menamatkan jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan. Namun, maaf memang terkait dengan perikanan, kelautan, jenis-jenis ikan dan sebagainya belum pernah saya posting.
Ikan berdasarkan pengertian undang-undang nya adalah segala sesuatu hewan yang sebagian atau seluruh hidupnya di air. Jika kita melihat dalam artian yang diberikan undang-undang, maka sangatlah luas artinya ikan. Capung, kodok, buaya bisa juga dikatakan ikan. Namun, untuk skala yang lebih khusus ikan dikatakan adalah hewan yang hidup di air, mempunya sisik, dan bernafas dengan insang. Sekarang sudah bisa jelas bukan, kalau capung dan kodok ataupun buaya bukan merupakan ikan.
Mengingat bahasan kali ini adalah tentang ikan air tawar. Saya akan mencoba menuangkan tulisan berdasarkan jenis-jenis ikan air tawar yang pernah saya konsumsi di waktu kecil, namun semakin jarang keberadaannya sekarang.
- Ikan Gabus (nama ilmiah: Channa striata) atau ikan ruan (Sekayu), ikan aruan (Kalimantan) dikenal dengan istilah “snakehead murrel”, karena memang ikan ini bentuk kepala nya cenderung seperti bentuk kepala ular. Ikan ini sangat enak dan cocok untuk dijadikan sebagai bahan dasar untuk membuat pempek. Ya, saya ingat ketika anang (kakek) yang suka memancing membawa pulang ikan dan ine (nenek) akan menjadikan sebagai bahan untuk membuat pempek entah itu pempek kapal selam, kerupuk, telor dan jenis-jenis pempek lainnya. Bisa juga dijadikan sebagai model, tekwan, kelempang, kemplang, etc (makanan khas palembang). Ikan gabus hidup di air tawar, cenderung dan menyenangi rawa-rawa. Ikan ini banyak ditemukan di bagian Asia Tenggara, Nepal, Pakistan, Indonesia, Malaysia.
- Ikan Tembakang (nama ilmiah: Helostoma temminckii) atau Ikan Tebakang (Sekayu), dikenal dengan nama “kissing gouramy” karena memang ikan ini memiliki bentuk mulut yang menyerupui bentuk kissing. Ikan ini banyak ditemukan di perairan tawar di Indonesia dan Thailand. Namun, saya akui keberadaan ikan ini mungkin tergolong terancam, karena sekarang sudah sangat susah dan jarang menemukan ikan ini dipasaran bahkan hasil pancingan. Hal ini mungkin dikarenakan memang rendahnya tingkat kajian ilmiah terkait ikan ini. Sehingga keberadaan, stok atau dinamika populasinya tidak banyak di publikasikan. Salah satu kajian yang pernah saya baca terkait ikan ini oleh Peneliti Indonesia berjudul: “Kajian biologi ikan tembakang (Helostomo temminckii) di Rawa Bawang Juyeuw, Kabupaten Tulang Bawang Barat” oleh Tarigan, J.T.H. et al. 2015.
- Ikan lais (nama ilmiah: Cryptopterus Palembangensis) atau dikenal juga dengan ikan lais kaca. Diklasifikan oleh Bleeker pada tahun 1852, ikan ini tersebar di Palembang, Sumatera. Ikan ini berdasarkan data yang ada di fishbase statusnya terancam. Namun, kajian tentang ikan ini sangatlah terbatas, sehingga status tersebut belum bisa diabsahkan. Jika melihat faktanya bisa memang dikatakan demikian, karena sekarang saya juga sangat jarang menemukan ikan ini dijual dipasaran. Mama biasanya memasak ikan ini dengan variasi di goreng, gulai pindang (term: Palembang) dan gulai jeruk (term: Sumatera).
- Ikan sepat siam (nama ilmiah: Trichopodus pectoralis), atau dikenal juga dengan nama “Snakeskin gouram
i”.
Ikan ini tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa di Indonesia dan juga di Thailand. Pada dasarnya kata
siam berasal dari bahasa Thailand. Ikan ini dikenal dengan ikan herbivore lumut serta rumput-rumput merupakan ransum utama bagi ikan sepat siam.
Ikan-ikan tersebut diatas adalah ikan yang sering sekali saya jumpai ketika kecil hingga sekolah menengah atas. Namun, seiring berjalannya waktu ikan ini pun kian jarang ditemui. Sayang sekali, ikan air tawar ini peminat dan penelitian atau pengajiannya sangatlah terbatas.