Nomaden atau hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Nomaden sudah ada sejak lama, sering disebut dengan bangsa nomaden atau Gipsi (orang Rom). Kebiasaan nomaden terdapat di beberapa wilayah meliputi Arap, Afrika dan Eropa, juga dengan Asia. Tiga jenis kehidupan nomaden yang terkenal yakni sebagai hunter-gatherers, pemburu – peramu, pastoral nomads atau penggembala dan peripatetic nomads atau pengelana. Sama hal nya di Indonesia, suku-suku pedalaman terkenal dengan kehidupan berpindah-pindah atau nomads untuk berladang, beternak, mencari lahan sumber makanan dan sebagainya. Sekarang, saya resmi memberikan label sebagai orang nomaden, karena telah berpindah-pindah beberapa kali.
Pertama kali saya berpindah tempat tinggal dari rumah orang tua saya di Sekayu ke Malang yakni pada 24 Juli 2010. Saya pindah ke Malang untuk melanjutkan studi ke Universitas Brawijaya di Malang. Alhamdulillah nya, saya mendapatkan tempat tinggal yang bersih, aman, dekat dengan kampus dan pengurus kosannya sangat baik. Penghuni kosan lainnya juga sangat membantu membuat betah tinggal ditempat baru. Hingga saya menemukan keluarga beruang :). Uniknya, tempat ini membuat saya sangat betah hingga akhir masa studi tidak pernah pindah kosan. Tidak seperti teman-teman yang lainnya yang setidaknya pindah kosan sekali atau dua.
Kedua kalinya saya berpindah yakni untuk mengikuti paket les IELTS di Pare, Kediri pada 6 Januari 2015. Jauh dari kata nyaman dan proper. Akan tetapi teman-teman satu kosan, membuat saya lupa serta tidak begitu memedulikan tempat tinggal yang hanya saya tinggali untuk tidur. Belajar IELTS dari pukul 6 pagi hingga 9 malam membuat saya lupa akan kosan yang tidak nyaman. Maklum waktu itu saya mengambil paket belajar IELTS sekaligus tempat tinggal, paket hemat. Paket yang saya jalani selama sebulan akhirnya saya gunakan hanya tiga minggu, karena minggu ke empat nya saya sudah nekat langsung mengambil tes IELTS. Ada beberapa teman yang bilang, “wah,,, gak terlalu kecepatan dek ambil tes nya”, “gak sayang uangnya kalau nanti belum berhasil” dan lain sebagainya. Alhamdulillah uji tes pertama dengan harga yang tidak murah bisa mengantarkan saya untuk mendaftar beasiswa dengan skor “cukup”.
Ketiga kalinya saya berpindah yakni ke Bogor, pada 6 Maret 2015. Perpindahan saya kali ini untuk mengikuti salah satu kegiatan pelatihan “Marine Science and Technology Training (MST) yang diadakan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama pelatihan saya banyak bertemu dengan “orang-orang hebat” yang telah menggeluti bidang ilmu perikanan dan kelautan Indonesia. Saya juga bertemu dengan beliau-beliau yang artikel dan buku nya saya baca. Selama tiga bulan proses pelatihan berlangsung, saya mengikutinya dengan seksama dan belajar banyak serta mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Alhamdulillah :). Tempat yang saya tinggali Alhamdulillah bersih, nyaman dan aman serta jauh dari keramaian suara motor dan mobil. Meskipun memang agak berjalan sedikit masuk lorong (yang masih bisa dilewati mobil). Harga yang ditawarkanpun sesuai dengan saku mahasiswa kala itu.
Keempat kalinya saya berpindah yakni ke Wageningen, pada 13 Agustus 2015. Perpindahan saya kali ini untuk melanjutkan studi strata dua. Alhamdulillah, lulusnya saya dengan menggunakan beasiswa STUNED. Memberikan saya kesempatan untuk belajar lagi. Yuhuu, welcome to the Netherlands. Tentu proses untuk mencari tempat tinggal sangatlah jauh berbeda dengan proses mencari tempat tinggal di Indonesia. Saya wajib memiliki tempat tinggal sebelum datang ke Belanda. Prosesnya pun sangat jelas, saya hanya perlu mengakses internet untuk melihat kamar yang sesuai dengan keingininan. Semua lengkap di website mulai dari fasilitas kamar, gedung, lokasi dengan pusat kota, jarak ke kampus dan sebagainya. Hingga proses pemesanan tempat tinggalpun dilakukan secara online dan jarak jauh. Alhamdulillah tempat yang saya dapatkan sesuai, meskipun ada beberapa kawan yang menyarankan untuk pindah ke tempat lain yang harganya lebih terjangkau. Untungnya, waktu itu saya melakukan kalkulasi sesuai dengan income, yang mana jika uang beasiswa masih cukup untuk membayar tempat tinggal dan kebutuhan lainnya, saya tetap akan tinggal ditempat yang sama. Saya tinggal di gedung yang sama, ruang yang sama selama masa studi saya.
To be continued…