Pengalaman menjadi volunteer

img_0834


Sebuah surel masuk melalui kontak mahasiswa saya, berisikan tentang tawaran adakah yang ingin menjadi volunteer dalam kegiatan Saba Bank Symposium, simposium yang dilakukan sebagai hasil kerja 5 tahunan para peneliti-peneliti yang di Saba Bank (informasi lengkapnya bisa di akses disini). Saya yang baru saja 8 hari kembali ke Belanda semenjak tiba tanggal 30 November 2016, merasakan penasaran bagaimana simposium yang dihadiri oleh peneliti-peneliti yang namanya tak jarang saya baca di berbagai artikel. Akhirnya saya mengiyakan untuk menjadi volunteer. Sebagai volunteer memang tugasnya adalah membantu dan menfasilitasi segala kebutuhan peserta dan pemateri sesuai dengan kepentingannya masing-masing.

8 Desember 2016, saya bangun pukul 4.45am, kemudian segera saya mandi, membuat sarapan singkat (susu dan rebus telur+roti) dan segera bersiap-siap. Bus yang akan mengantarkan saya dari Bornsesteeg menuju stasiun Ede-Wageningen adalah pukul 06.17. Suhu diluar waktu itu 1 derajat, hari memang masih gelap (memasuki musim dingin memang sekitar pukul 08-09 baru terang). Saya berjalan menuju halte bus, sepi, tidak ada orang, yang terdengar hanya suara angin-angin saja yang berhembus. Namun, saya yakin saya berangkat dengan niat untuk belajar dan mendapatkan pengalaman, keep going.

Berbekal dengan hasil google dan google maps, akhirnya tibalah saya di lokasi (tepat pukul 09.30am, sesuai dengan waktu saya janjian dengan supervisor saya selaku PJ acara ini). Bertemu dengan beliau, seperti biasa disambut dengan warm hug. Saya dan satu kolega lagi mendengarkan instruksi beliau tentang tugas kami sebagai volunteer. Saya mendapatkan tugas sebagai time keeper dan juga PJ presentasi (menyiapkan PPT para peneliti ketika beliau akan menyampaikan hasil penelitiannya).

img_0835


Alhamdulillah dalam kegiatan ini saya bisa bertemu dengan Paul Hoetjes dari the Dutch Ministry of Economic Affairs, Erik Meesters, Martin de Graaf, Kai Wulf, Kalli de Meyer,, Fleur can Duyl, Bert Hoeksema, Erwin Winter, Dick de Haan, dan Tia Hermans. Beliau adalah peneliti-peneliti yang menyampaikan penelitiannya dalam acara ini. Tidak hanya bertemu, namun sempat bercengkrama dan bertanya-tanya dan ditanya tentang pengalaman dalam penelitian merupakan momen tersendiri bagi saya, selaku mahasiswa yang berminat sebagai peneliti.

img_0812-copy


Alhamdulilah acara berjalan dengan lancar dan ditutup dengan drinks. Dalam kesempatan kali ini saya sempat berkenalan dengan mahasiswa dari Oxford yang mengambil jurusan conservation management yang juga sebagai instruktur selam, mahasiswa lulusan dari Universitas Amsterdam, asli Jepang, lahir di Brazil dan telah tinggal 12 tahun di Amsterdam, juga berkenalan dengan beberapa mahasiwa Wageningen lainnya. Kemudian, ketika borrel berlangsung, saya ijin untuk duduk di salah satu meja, “excuse me, may I have a sit?” dengan senyum hangat beliau menjawab “yes, please“. Kemudian saya memulai percakapan dengan memperkenalkan diri dan bertanya pendapat beliau tentang acara ini. Beliau menjawab dan memperkenalkan diri beliau juga dan mengungkapkan bahwa acaranya bagus dan berterima kasih atas kinerja saya dalam membantu berjalannya acara. Beliau bertanya apakah saya menjadi volunteer dalam kegiatan ini karena akan termasuk nilai salah satu course, dan saya menjawab tidak, saya hanya ingin belajar dan menambah pengalaman. Beliau tersenyum dan kemudian menanyakan background saya mulai dari pendidikan dan apa yang sedang saya kerjakan. Obrolan terus berjalan hingga tidak sadar kami telah mengobrol dalam waktu sekitar 40an menit. Cukup lama menurut saya dengan hitungan orang yang baru kenal dan bertemu. Beliau adalah Meike scheidat, peneliti IMARES dalam bidang cetaceans, berkebangsaan Jerman. Lagi-lagi saya dibuat impress oleh orang Jerman.

Saya juga memiliki kesempatan untuk berbincang dengan salah seorang peneliti senior dari Naturalis, Bert Hoeksema, ternyata beliau adalah salah seorang dosen dari supervisor saya sekarang. Wah dalam hati saya, saya bertemu dengan empuhnya peneliti ini. Hahahaha,,,, 😀
Beliau ternyata bisa berbahasa Indonesia, setelah saya bertanya ternyata beliau telah delapan tahun di Indonesia dan melakukan penelitian di Makassar di Spermonde. Ada hal penting yang menjadi catatan saya pribadi adalah saya ingin belajar dan bisa bahasa Belanda!

Di penghujung acara ada sesi panel dimana semua peneliti, praktisi dan pihak pemerintah duduk di depan untuk berdiskusi mengenai future perspective terhadap lanjutan dari hasil penelitian 5 tahunan ini. Saya belajar bahwasanya, para peneliti di Belanda/Eropa memiliki tendensi yang tinggi untuk menghargai peneliti lain, tidak saling sikut namun saling bahu membahu dalam penelitiannya. Saya ingat betul ketika ada salah satu peneliti yang dengan jujur menyampaikan bahwa beliau tidak memiliki data A dan tidak memiliki kesempatan untuk mengakses data tersebut, di bangku peserta salah seorang peneliti lainnya menyampaikan bahwa beliau punya data tersebut dan dengan senang hati jika bisa membantu.

img_0820

Semoga ke depan di Indonesia, para peneliti, pemerintah, praktisi juga begitu! Aaamiin.

Leave a Reply