Resmi menjadi alumni dan graduate student darinya Wageningen University and Research pada 3 Oktober 2017. Pada hari yang sama pula lah, saya kembali ke tanah air. Banyak pernyataan dan pertanyaan, wow buru-buru sekali pulang ke Indonesia. Purna tugas saya disini dan amanah baru siap menunggu, sambil tersenyum santai saya menjawab.
Menuju Schipol Airport diantar oleh kawan saya, akhirnya kami pun sempat menikmati suasana Schipol cukup lama. Ramainya suasana, kesana kemari orang wira-wiri lewat. Suhu yang mulai dingin memang menempatkan semua orang menjadi ingin buru-buru berjalan. Namun, bagi kami yang masih menyisakan banyak waktu untuk menunggu jadwal penerbangan bisa sedikit lebih bersantai. Ditemani dengan secangkir teh panas kami bercerita tentang beberapa planning atau projek yang bisa kami kerjakan ke depannya. Saya ingat waktu itu ibu nya kawan saya bertanya, “bagaimana perasaannya setelah lulus?“. Saya menjawab rasanya nano-nano, karena sudah diberikan gelar lulus, bertambah pula lah tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan baik. Juga rancangan masa depan harus lebih jelas tentunya.
Setelah wisuda, untungnya saya langsung mengikuti salah satu kegiatan (yang meskipun short term activity). Kegiatannya yakni monitoring terumbu karang di area Kepala Burung, Papua. Gabungan dari beberapa NGOs di Indonesia juga dari pihak pemerintah. Beruntung saya bisa bergabung dengan tim ini untuk ikut belajar dan mendapatkan pengalaman tentang bagaimana caranya monitoring kesehatan terumbu karang.
Sesampainya di Jakarta, saya melanjutkan penerbangan berikutnya yakni menuju ke Papua (Sorong). Transit di Makassar pada dini hari, mengingatkan saya pertama kali ke Papua. Akan tetapi bedanya, waktu itu saya bertemu dengan kawan untuk bersama ke Sorong (dari Makassar), sedangkan sekarang saya sendiri (sedih deh…). Sekitar pukul 3 lebih (dini hari), akhirnya panggilan pesawat saya untuk boarding pun terdengar. Bersegera saya berjalan menuju pintu keberangkatan dan melewati garbareta. Kurang lebih 3 jam mengudara akhirnya pesawat yang saya tumpangi landing di Sorong. Tiba di Sorong sekitar pukul 8.45 (WIT), indahnya tanah papua tampak jelas dari pesawat.
Sembari menunggu bagasi saya menyalakan handphone, ternyata beberapa pesan sudah bertengger rapi di layar handphone. Pesan juga datang dari kawan saya yang ternyata juga baru mendarat di Sorong. Ah, memang kalau harus bertemu, ditempat yang tidak kita sangka dan rencanakan bisa bertemu. Saya bertemu dengan “Si manusia langka” yang jam terbangnya sangat tinggi sekarang. Jalan-jalan keliling Indonesia itulah gambaran tugasnya. Tak memiliki waktu yang lama memang, kami bertemu sebentar dan sarapan bersama, setelah itu kami berpisah ke tujuan masing-masing. Saya harus melanjutkan perjalanan saya ke Misool sedangkan “si manusia langka” harus ke Waisai.
Selanjutnya, dengan mengandalkan transportasi lokal “ojek” saya menuju ke pelabuhan untuk berlayar menuju Misool. Sesampainya di pelabuhan memori beberapa bulan yang lalu pun rasanya melayang-layang. Teringat kenangan pertama kali saya ke Misool. Namun, kala itu saya ditemani dengan partner lapang saya dengan juga membawa banyak barang. Keberangkatan menuju Sorong biasanya dijadwalkan pukul 12, namun karena hari ini adalah hari Jumat, keberangkatan di undur setelah sholat jumat. Sekitar pkul 1.30 siang akhirnya kapal cepat kami melaju menuju Sorong. Pelabuhan rakyat Sorong sampai berjumpa. Engkau Indah dengan paduan biru warna langit dan air mu.
Selang beberapa jam kemudian, tibalah kapal kami di salah satu Pulau di Misool, Yellu namanya. Kembali, suasana Yellu banyak mengingatkan memori indah ketika saya penelitian di Misool. Saya di jemput oleh Pak Mato, ranger dari Yayasan Baseftin. Awalnya saya bingung, kenapa saya dijemput oleh Ranger Baseftin bukan nya dari tim monitoring. Tak lama handphone saya berbunyi, ada pesan masuk dari koordinator tim monitoring bahwa sekarang kapal yang mereka tumpangi lagi berlabuh di dekat Pulau Yellit. Pulai dimana basecamp nya Ranger Yayasan Baseftin. Dalam hati saya ah benar-benar memori ini terulang kembali, banyak sekali mengingatkan saya tentang penelitian saya di Misool beberapa bulan yang lalu. Cahaya langit indah menari-nari di langit Misool hari ini. Terbenamnya matahari, semburat warma oranye, kuning dan biru langit tercermin indah di laut Misool.
Tak disangka dan tak menyangka memang akhirnya, pertemuan saya kembali dengan “para penghuni” Pulau Yellit. Alhamdulillah,,,, senang sekali rasanya, begitu bertemu dengan kawan-kawan di Yellit. Senang rasanya,,, senang sekali,,, Ingin kembali kesana lagi, ingin mengulang suasana penelitian lagi, iya lagi,,,. Bertemu dengan Nadya yang sekarang sudah memiliki status yang berbeda membuat saya juga sadar, time goes by and so fast. Juga bertemu dengan Dennis, Bang Dayat dan beberapa interns baru di Yayasan Baseftin. Komentar yang diberikan Nadya pertama bertemu yaitu “kok kurusan Agustin sekarang” dan Bang Dayat pun menimpali “beda e sekarang Agustin“. Waduuuh,,, baik-baiklah, penampilan boleh kurusan atau berbeda, yang jelas saya tetap Agustin saja ya, hehehe. Pelukan dan salam hangat dari mereka membuat saya betah dan ingin berlama-lama tinggal di pulau ini. Pulau Yellit, engkau indah!!!
Akan tetapi, saya harus bergabung dengan tim monitoring dan pergi ke kapal besar yang berlabuh di dekat pulau Yellit. Akhirnya dengan menggunakan speed saya akhirnya harus meninggalkan pulau menuju ke kapal besar, Kurabesi namanya. Sesampainya di kapal, saya disambut oleh Pak Purwanto, selaku koordinator kegiatan ini dan juga beberapa tim monitoring lainnya. Senang bisa bertemu dan berkesempatan berkenalan atau bekerjasama dengan beliau-beliau yang sudah berpengalaman. Semoga nanti bisa bergabung kembali. Aaaamiin