Secuil kisah pembuka tentang Papua


Berada di bagian timur Indonesia, Papua memang menawarkan keunikan sendiri dibandingkan dengan wilayah bagian lainnya dari Indonesia. Kitorang Papua atau singkatan kita orang Papua memang menjadi lekat membekas dalam ingatan saya. Perjalanan dan cerita yang panjang akhirny bisa mengantarkan saya ke Papua. Berawal dari keinginan untuk mengunjungi Papua hingga salah satu caranya adalah melalui penelitian tesis saya. Siapa sangka saya bisa melakukan dua hal sekaligus, semakin benar istilah sambil menyelam minum air.

Tertanggal 1 Mei 2017 saya mendapatkan kesempatan untuk menyapa Papua, duduk di dalam pesawat ternama milik Indonesia saya memesan untuk bisa duduk di dekat jendela, agar saya dapati kesempatan take off melihat ramainya ibukota dan landing dengan indahnya pulau-pulau di Papua. Tertera tiket boarding pass Jakarta-Sorong yang kemudian dengan tiket transit di Makassar. Percaya atau tidak perjalanan Jakarta-Sorong hampir sama dengan perjalanan Jakarta-Hanoi (waktu tempuhnya). Tepat pukul 06.25 pagi saya mendarat di bandara Domine Eduard Osok.

Cerahnya matahari membuat suasana memang menjadi hangat namun, teriknya matahari yang menyinari di langit Papua kadang membuat kepala saya sedikit pusing akibat banyaknya cahaya yang diterima oleh retina dan lensa mata saya tak mampu menyerap seluruhnya serta memantulkan cahaya tersebut kembali. Tak jarang juga kadang penglihatan saya hanya hitam dan putih. Suhu udara berkisar 31 derajat ketika itu, kalau pun  hujan serendah-rendahnya suhu hanya mampu mencapai titik 27 derajat. Menyipitkan mata saya dan minum berbotol-botol air mineral cukup ampuh menjadi obat tingkat suhu yang alhamdulillah mampu menyuburkan tanaman dan bumi Papua.

Sekian cerita singkatnya (bersambung)…

Leave a Reply