Refleksi setahun menjadi “pekerja”

Ada beberapa hal yang menurut saya penting untuk dijadikan refleksi terkait dengan pengalaman saya setahun belakangan tentang pekerjaan atau dunia kerja. Sebelumnya saya sempat mengunggah tentang pekerjaan (disini), dalam tulisan ini ada sepuluh (10) poin yang ingin saya uraikan sebagai refleksi setahun menjadi “pekerja”:

1.Penyesuaian. Seminggu pertama bekerja, mungkin akan ada beberapa hal yang perlu di adjust atau disesuaikan. Hal pertama yang saya ingat adalah Anda akan memiliki banyak waktu luang, yang mana dari pihak perusahaan atau kantor Anda memberikan keleluasan pada Anda untuk eksplor dan belajar tentang kewajiban-kewajiban atau kebiasaan-kebiasaan warga kantor. Take your time and use it wisely!

2. Waktu. Hal yang paling membuat saya khawatir adalah tentang korupsi. Tidak, jangan berpikiran tentang korupsi seperti layaknya yang diberikan di televisi yakni tentang uang, projek tidak jelas, dan sebagainya. Korupsi yang paling saya khawatirkan adalah korupsi waktu. Hal kecil yang sebenarnya mungkin berdampak sedikit namun sebagai akumulasinya adalah kebiasaan seumur hidup. Jarang sekali ada karyawan yang datang tepat waktu. Lucunya, disaat jam pulang juga jarang sekali ada yang langsung pulang, melainkan stay longer at the office. Nah secara pribadi hal ini mengandung makna positif dan negatif. Positifnya, berarti pegawai tersebut mungkin ingin memenuhi kewajibannya untuk bekerja misalkan delapan jam perhari (bagus :)). Negatifnya, jika Anda melihat dan menemukan karyawan yang tepat waktu dan sangat kritis akan hal tersebut, peer kerjanya mungkin akan menjadi keki dan sentimen dengan orang yang tepat waktu. Ini terjadi kawan!

3. Mengobrol. Siap-siap setelah Anda memasuki dunia pekerjaan tahapan selanjutnya adalah melatihan kemampuan (skills) Anda untuk mendengar dan merespon dengan baik. Walaupun jika pada kenyataannya, Anda tidak ingin mendengar dan tidak ingin menanggapi obrolan yang sedang berlangsung. Saya sudah melakukan dua percobaan. Hasilnya yaitu: 1) saya mendengarkan dan merespon dengan baik (walaupun banyak hal yang tidak ingin saya dengar dan saya respon) hasilnya adalah orang tersebut akan memberikan respon yang positif dan selalu ingin mengajak Anda mengobrol, 2) saya tidak mendengarkan dan merespon dengan singkat saja, kebanyakan waktu saya mencoba mulai bersikap tidak ambil pusing dan menikmati waktu sendiri misalnya dengan menggunakan headset. Tebak apa yang terjadi? Sentimen negatif datang cepat sekali! Ada juga yang bahkan mengumpat dan menjelekkan “dibelakang” Anda! Welkom kepada dunia pekerjaan, please dont bother dengan hal yang demikian. Sudah biasa terjadi, “katanya” didunia pekerjaan.

4. Keberanian dan keterbukaan. Disaat Anda sedang menempuh pendidikan baik tingkat strata satu ataupun strata dua, ataupun dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, guru menyukai (maha) siswa yang berani dan terbuka. Namun tidak semuanya loh, kadang keberanian dan keterbukaan yang berkaitan erat dengan kejujuran lagi-lagi mendapatkan timbal balik yang tidak sesuai, terlebih jika Anda berani berpikir out of the box dan terbuka akan hal-hal yang kurang baik misalnya dengan cara memaparkan secara langsung kepada yang bersangkutan dan mencoba untuk menawarkan solusinya. Alias tidak berbicara dan membicarakan tentang kejelekan seseorang dibelakangnya, dimana Anda berani dan terbuka untuk mengajak obrol hal tersebut. Ingat yang orang yang Anda ajak obrol belum tentu open minded dan berlapang dada menerima masukan/feedback yang Anda berikan, sehingga tetap WASPADA!

5. “Berbohong”. Hal ini sangat sensitif memang, namun yang saya perhatikan dan pelajari yakni banyaknya kata-kata manis dan laporan yang selalu bernuansa positif. Sedangkan tantangan atau hal-hal yang tidak sesuai tidak secara eksplisit dijelaskan juga. Mempertimbangkan melihat sesuatu harus dari dua sisi, jadi kadang saya bingung bagaimana menempatkan diri disaat saya menyaksikan hal yang sedemikian terjadi. Akibatnya, kebanyakan saya memutuskan untuk diam (belakangan ini) dan terkadang frontal jika tidak bisa didiamkan lagi, membuat banyak orang tidak menyukai Anda.

6. Kontrol diri. Ada berbagai macam hal yang tidak sesuai memang dalam kehidupan dunia pekerjaan. Tidak hanya didunia pekerjaan sebenarnya, dalam kehidupan sehari-haripun juga demikian. Beruntungnya, jika Anda bekerja tentunya Anda memiliki tim dan ada beberapa dari tim Anda tentunya yang berbaik hati mengingat dalam hal self-control, misalnya jika Anda panik dalam sebuah event yang sedang berlangsung. Keberadaan tim Anda tentunya sangat membantu.

7. Sadar akan jumlah pendapatan dan pengeluaran. Hal ini menarik bagi saya secara pribadi, karena selama 24 tahun (sebelum saya bekerja), saya selalu mempunyai uang dari baik melalui support orang tua ataupun support pemberi beasiswa studi strata dua. Ketika Anda bekerja, maka Anda akan menghitung pengeluaran yang akan Anda habiskan, karena tentunya Anda tidak mau kan meminta kepada orang tua jika terjadi kekurangan atau defisit. Istilahnya itu “once you carry your own water, you will learn the value of every drop” (ini saya kasih quote dari thinking art facebook).

8. Belajar mandiri dan dalam waktu singkat. Hal ini sangatlah positif dan membantu Anda banyak dalam menjalani kehidupan, karena memang dalam dunia pekerjaan tidak jarang akan ada pekerjaan diluar dari keahlian atau bidang yang Anda kuasai. Namun, mau tidak mau Anda harus paham dengan hal tersebut. Maka dalam waktu singkat dan mempertaruhkan nama organisasi atau institusi jika Anda berperan sebagai representasi, Anda bisa belajar dalam waktu kilat. Ini layaknya rumus ketika kepepet, otak Anda bekerja lebih keras, mungkin banyak adrenalin yang digunakan kali ya.

9. Gelar pendidikan. Memiliki gelar pendidikan yang memadai dan mungkin tergolong lebih dibandingan kebanyakan yang lainnya dapat membuat Anda seakan menjadi alien. Aliasa makhluk asing diantara segerombolan makhluk-makhluk lainnya. Tak jarang Anda dianggap sebagai orang yang serba bisa dan serba tahu dengan segala hal. Padahal, Anda juga adalah manusia biasa. Saya yakin gelar pendidikan bukan merupakan segalanya melainkan sebagai penunjang dan hanya mumpuni dalam bidang tertentu saja. Parahnya lagi, jika ANDA MELAKUKAN KESALAHAN atau HAL-HAL YANG TIDAK MENYENANGKAN BAGI MEREKA, maka gelar pendidikan Anda akan dibawa-bawa. Saya contohkan, ada yang asal ceplos (mungkin) mengatakan sekolah tinggi kok etika nya juga tidak ikut sekolah. Lucunya, etika yang dimaksud disini ditentukan berdasarkan penilaian personel semata. Hati-hati dengan gelar pendidikan mu kawan!

10. Kewaspadaan. Mungkin dalam pengalaman saya secara pribadi selama bersekolah, yang namanya waspada adalah tindakan atau langkah preventif agar eksperimen atau penelitian Anda bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan Anda. Tak ubahnya dalam dunia pekerjaan, kewaspadaan pun demikian. Tapi objeknya saya yang diganti, bukan percobaan atau penelitian melainkan respon dan tanggapakan yang Anda berikan kepada rekan kerja, PATUT diwaspadai. Ada salah seorang rekan kerja saya mengingatkatkan jangan terlalu percaya. Awalnya saya agak bingung konteks jangan terlalu percaya itu bagaimana, lambat-laun sayapun menjadi paham :).

Sepuluh hal tersebutlah yang menjadi refleksi saya dalam dunia pekerjaan guna untuk mengantisipasi kehidupan di dunia pekerjaan lainnya.

PS. Jika Anda membaca teks ini dan mendapatkan kesan negatif, percayalah yang saya tulis hanya bersifat dan pendapat pribadi agar dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ke depannya, langkah pencegahan.

Leave a Reply