Tulisan ini sebenarnya ingin saya posting pada tanggal 1 Februari 2022, tepat setahun saya menjalani kehidupan sebagai mahasiswa PhD. Namun, tidak saya posting, dikarenakan oleh beberapa hal. Pertama, saya belum mendapatkan surat keputusan Go-No Go (proses yang harus dilalui oleh setiap mahasiswa PhD di Wageningen University), sejenis uji kelayakan untuk dapat melanjutkan PhD nya atau tidak. Jika keputusannya Go, selamat fase pertama sudah terlewati. Jika No Go, mohon maaf Anda harus tereliminasi dan pulang karena dianggap tidak layak untuk melanjutkan program PhD nya. Memang terkesan serem dan sepertinya kok gitu-gitu amat sih. Well, jangan tanyakan saya, itulah sistem yang ada di sini dan sudah dianut atau implementasikan sejak lama.
Alhamdulillah setelah 1 tahun, 20 hari, saya menjumpai email masuk dari Graduate School (yang melakukan asesmen dan mengeluarkan surat proposal riset kita diterima atau tidak). Email tersebut berisikan:
Dear Agustin,
I am pleased to inform you that WIMEK has decided to approve of your PhD research proposal…
The PhD proposal has been evaluated very positively by two independent external reviewers. Please find enclosed our letter of approval and both review reports…
We wish you success with the continuation of your PhD research !
Saat membuka email tersebut, saya rada-rada gak percaya karena emailnya berisikan keputusan bahwa proposal saya diterima dan langsung disetujui oleh pihak Graduate School. Tak lama, ada email dari supervisor(s) dan promotor(s) juga, berisikan ucapan selamat. Alhamdulillah.
Fyuuuh,,, legah sekali rasanya, karena hampir berputus asa, setelah 3 bulan saya submit proposal risetnya, tidak ada kabar berita sama sekali. Sempet mikir apakah proposal yang saya tulis tidak layak atau gimana gtu ya.
Hm,,, hal ini juga sempat membuat saya sedikit resah sebulanan belakang, karena pada saat yang bersamaan, saya tahu teman-teman yang memulai PhD dalam periode yang sama sudah mendapatkan jawaban dan komen dari reviewer, serta sedang menyiapkan balasan atas komentar dari reviewer nya. Artinya mereka sudah 2 atau beberapa langkah di depan saya. Maaf bukan bermaksud untuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain, tapi kadang minder dan jadinya kurang percaya diri. Untungnya, tak jarang saya diingatkan oleh suami, bahwa sudah ada waktunya masing-masing dan percaya kalau tulisan yang saya buat/kumpulkan bagus. Namun, tetap, kadang rasa insecure datang. Terkait kata “insecure“, saya menerima pesan dari pembimbing, beliau bilang jika saya merasa insecure, ingat dengan hal ini (proposal diterima in one go), this is an unique achievement, beliau menambahkan. Alhamdulillah memiliki supporting system yang sungguh menyenangkan.
Okay, seperti judul yang sudah saya tulis. Refleksi tahun pertama PhD atau pembelajaran yang saya petik dari kejadian setahun menjalani pendidikan S3 nya yaitu:
- Tahu apa yang Anda mau. PhD adalah perjalanan yang cukup panjang (4 tahun, Aamiin), maka dari awal teman-teman harus tahu apa yang teman-teman mau, kalau tidak? selamat,,, teman-teman mungkin akan bingung jalan mana yang akan diambil, dan setiap jalan memiliki simpangan-simpangan yang tentunya selalu ada pro-kontranya. Tapi, alangkah lebih baik jika teman-teman sudah tahu jalan dan simpangan mana yang akan diambil demi sampai ke tujuan dengan selamat dan sesuai dengan rencana teman-teman.
- “Siapkan setengah gelas kosong dan setengah gelas terisi”, teman-teman yang ingin menjalani S3 harus menyadari bahwa teman-teman mengikuti S3 bukan karena sudah ahli dibidangnya dan bukan pula orang yang tidak tahu apa-apa. Hal ini patut diresapi dengan seksama, mengingat erat kaitannya dengan preserverance teman-teman nantinya. Ingat, PhD adalah perjalanan yang cukup panjang… stay hungry stay foolish. Ojok sotoy.. hehe
- Good plan vs flexible plan. Teman-teman tentu sudah menyadari bahwa perencanaan yang baik dapat menurunkan risiko mendapatkan hal buruk yang tidak kita inginkan. Tentu, yang namanya perencanaan gak semua sesuai dengan yang kita targetkan bukan, nah di sini pentingnya flexible plan, harus sedikit lebih lentur atau dinamis. Kalo enggak nanti bisa-bisa stress sendiri.
- Ambil/penuhi jumlah SKS ditahun pertama. Kuliah S3 di WUR disyaratkan untuk ambil mata kuliah, jumlahnya 30 SKS. SKS ini dapat dicapai dengan mengikuti kuliah, membimbing anak S2, ikut konferensi, ataupun publikasi ilmiah. Nah semuanya memiliki jumlah SKS yang berbeda-beda. Syarat untuk lulus ya harus cukup SKS nya. Saya berstrategi dengan ambil banyak kuliah di tahun pertama, mengingat kemungkinan di tahun kedua, ketiga, apalagi ke-empat akan disibukkan dengan risetnya baik dari fieldwork, labwork, analisis, nulis, konferensi, menulis dan sebagainya. Jadi untuk meringankan beban sebaiknya diambil di awal-awal masa kuliah (ini menurut saya loh ya).
- Berproses dengan diri sendiri dan nikmatilah. Seperti di awal tulisan ini, saya sempat merasa insecure dan kurang percaya diri karena teman-teman sudah 2-3 atau beberapa banyak langkah di depan saya. Tapi sekali lagi, PhD itu tentang perjalanan diri teman-teman sendiri, bukan orang lain, prosesnya akan berbeda-beda, nikmati saja (ini sebagai pengingat untuk diri saya sendiri).
- Perbaiki hubungan dengan Sang Pencipta dan keluarga. Tentu sebagai umat muslim, saya meyakini bahwa kekuatan terbesar datang dari Sang Pecipta, Allah Subhanallahu wa ta’ala. Keluarga dan teman-teman yang baik serta lingkungan yang mendukung adalah salah satu rejeki dari-Nya dalam bentuk yang kadang jarang/tidak kita sadari. Selalu bersyukur 🙂 Alhamdulillah.
Sekian refleksi saya selama menjalani satu tahun PhD ini, banyak pembelajaran lain tentunya.
Wageningen, 2 Maret 2022
11.06pm ditemani dengan segelas teh panas dan lagunya Tanah Air ku Indonesia/Rayuan Pulau Kelapa