Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh nikmat, keduany baik dari nikmat rohani maupun jasmani. Bagaimana tidak, tubuh kita di detoxifikasi dan rohani kita diberikan relaksasi. Latihan khusus menahan lapar dan haus, serta hawa nafsu dan juga bersabar menjadi menu utama dalam bulan yang penuh berkah. Ramadhan kali ini adalah Ramadhan yang sungguh luar biasa, mengajarkan saya untuk mengerti hakikat lebih jauh dari bulan suci ini.
Ramadhan tahun ini berawal pada tanggal 26 Mei 2017. Tidak ada yang berbeda mungkin bagi kawan-kawan muslim dan muslimah yang tinggal di Indonesia, karena hampir setiap orang menyambut Ramadhan dengan riang gembira tak terkecuali untuk pemeluk agama lainnya. Namun, kali ini bagi saya sedikit berbeda, saya yang dalam posisi melaksanakan fieldwork atau kerja lapang untuk penelitian tesis kedua harus mempersiapkan diri lebih ekstra agar baik fisik dan rohani bisa berjalan seimbang.
Awalnya saya pikir akan sangar berat sekali berpuasa sembari menjalankan ibadah puasa. Teriknya matahari, membawa alat dan bahan penelitian ke lapang, berjalan, mendaki, sedikit memanjat, berenang, sedikit menyelam ringan dalam otak saya akan sangat menguras energi dan kadang ragu apakah saya bisa kuat menjalankan ibadah puasa pula. Hari pertama, setibanya saya di Baseftin saya bertemu dengan asisten manajer Baseftin, Kak Hikmah dan dua intern di Baseftin juga Nadya dan Fachmi yang alhamdulillah mereka semua adalah muslim dan muslimah yang artinya ada teman untuk sahur dan berbuka :).
Ternyata saraf-saraf otak saya hanya mampu mengalkulasikan secara singkat energi atau kalori yang saya perlukan dan yang akan saya habiskan yang berkesimpulan pada tanda tanya apakah saya kuat untuk berpuasa? Ah, ternyata agama menjelaskan hal lainnya dan menjawab pertanyaan saya dengan mesrah. Puasa di hari pertama tanpa kalkulasi kalori yang masuk dan keluar, ternyata saya alhamdulillah bisa menjalankan puasa. Ada yang berbeda pula dengan puasa tahun ini, kawan saya, yang bernotaben belum memiliki agama akhirnya juga memutuskan untuk ikut berpuasa. Dia bertanya dan menjelaskan bahwa ingin juga ikut merasakan apa yang orang-orang yang sedang berpuasa rasakan. Namun, kami juga masih menyiapkan minum dan makan siang untuk kawan saya guna sebagai persiapakan jika dirasa puasanya berat dan ingin dibatalkan. Guess what??? Ternyata kawan saya satu ini super juga, kuat alhamdulillah hingga waktunya berbuka. Kelapa muda dan sirup pandan melepaskan dahaga kami semua dan mulainya perjalanan keunikan puasa saya tahun ini.
Selepas berbuka puasa, kami menunaikan sholat magrib berjamaah. Lalu kemudian juga menyambung dengan sholat isya dan tarawih. Siapa menduga ternyata puasa hari pertama bagi kawan saya tetap menyisakan tanya. Alhasil pertanyaan demi pertanyaan ia lontarkan, pertanyaan demi pertanyaan kenapa berpuasa, hakikatnya berpuasa bagaimana, kenapa ada orang muslim yang tidak berpuasa, dan serentetan pertanyaan lainnya. Kelabakan kadang saya menjawab pertanyaannya, membuat saya sendiri merasa sedih ternyata masih sangat sedikit sekali saya mengenal agama saya sendiri, yang artinya juga sangat sedikit sekali hal yang saya ketahui tentang pribadi saya sendiri.
Tidak bermaksud kontroversi ataupun membahas mengenai isu suku, ras dan agama. Namun, perjalanan Ramadhan kali ini dengan bersamaan jadwal saya kerja lapang/penelitian benar-benar mengajarkan saya banyak hal terutama mengenai kesabaran dan juga mengenai makna iqra’.