Sampai jumpa Bali


Teringat memori empat tahun yang lalu, dikala pertanyaan dilontarkan oleh seoarang kawan, jika dapat memilih kota untuk ditinggali, kota manakah yang akan dipilih? Waktu itu ada beberapa kota yang saya sebutkan mulai dari Malang, Yogyakarta, Bandung, dan Bali. Alhamdulillahnya sayapun diberikan kesempatan untuk tinggal di Bali. Tepat tanggal 5 Februari 2018 yang lalu, kali pertama saya pindah ke Bali untuk menjalani masa probation.


Mendapatkan kesempatan tinggal di Bali tepat 3 bulan 17 hari, sayapun bersyukur. Banyak pelajaran yang saya dapatkan, banyak cerita yang tidak bisa semuanya saya ceritakan, yang terpenting adalah memperpanjang tali silahturahmi dan memperluas ukhuah islamiah. Bulan pertama di Bali sepertinya saya rangkum dengan jelas catatan-catatan sekilas tentang hal apa saja yang saya temui (walaupun yang saya bagikan hanya di minggu pertama, baca disini). Sedangkan dibulan kedua ternyata, waktu saya untuk berbagi cerita dengan kawan-kawan pembaca agak sedikit terbatas (maaf karena saya yang malas menulis).

Dibulan ketiga ternyata waktu tinggal di Bali hanya dua (2) hari. Benar, hanya dua hari!!! yakni tanggal 2-3 April saja. Saya ingat memasuki bulan April saya masih di Jakarta, pagi hari tanggal 2 April 2018 sayapun baru tiba di Bali pukul 8.13am dan baru keluar bandara pukul 8.37am. Memesan taksi online akhirnya saya bisa tiba di kantor pkul 9.25am (maafkan saya telat 25 menit dari jam masuk kerja).

Dua hari berkantor di Bali, sayapun diminta untuk bergabung dengan tim ekologi untuk membantu mengambil ecological baseline data hingga tanggal 12 April 2018. Tertanggal 14-21 April saya mengikuti kegiatan pelatihan. Tanggal 23 April hingga 1 Mei sayapun di Raja Ampat. Wow,, jadwal yang lumayan cukup ketat untuk saya sebagai newbie dalam dunia pekerjaan. Maklum selama ini saya hanya disibukkan dengan kegiatan belajar di sekolah, kerja kelompok, diskusi dengan kawan-kawan dan “bermain”. 😀


Awal Mei, 2 Mei 2018 sayapun kembali kerja dan berkantor lagi di Bali. Nyatanya tak lama berselang, kesempatan untuk meninggalkan Bali datang kembali. Rasanya belum hilang rasa kangen tidur dikosan dan beristirahat, harus berangkat lagi… Namun, jangan salah kapra, hal ini justru membuat saya senang dan belajar lebih banyak lagi untuk persiapan menghadapi tantangan yang lebih kedepan. Ternyata tanggal 4 Mei saya harus berangkat ke Ternate.

Yippy berangkatlah saya ke Ternate pada Jumat, 4 Mei 2018 malam hari dengan transit di Jakarta dan sampai di Ternate keesokan harinya. Hal ini ditujukan untuk mengikuti kegiatan pelatihan di Kepulauan Sula. Sebagian besar bulan Mei terhabiskan di Kepulauan Sula (hingga 14 Mei 2018). Alhamdulillah nya, saya mendapatkan kepastian untuk pindah based di Ambon maksimal pada akhir bulan ini. Akibatnya, saya perlu menata kembali jadwal dan rencana yang sudah saya susun. Baik dari segi tempat tinggal, agenda, serta rencana mudik. Namun, ada hal menarik dalam persiapan pindah based. Salah satunya adalah tentang persiapan tempat tinggal baru di homebased. Sayapun terkesan takut sekali tidak mendapatkan tempat tinggal, karena proaktif bertanya tentang kos-kosan. Nyatanya, saya ingin memastikan bahwa ketika saya datang saya sudah dan akan mendapatkan tempat yang layak yang dapat menunjang performa untuk pekerjaan. Jika tempat tinggal tidak meng-enak-an bagaimana bisa bekerja dengan maksimal. Intinya tingkat kenyamanan dan keamanan serta kebersihan menjadi faktor-faktor utama yang saya perhatikan. Tentunya sebagai catatan, harga sewa tempat tinggal yang ditawarkan juga menjadi perhitungan penting.Alhamdulillah berkat bantuan kolega dan beberapa rekan-rekan di Ambon, saya mendapatkan beberapa pilihan kosan untuk saya tempati.

Selasa, 22 Mei 2018 sayapun resmi meninggalkan Bali dan bersiap untuk menyapa kota baru yang menjadi homebased saya. Berpamitan dengan semua kolega-kolega di kantor. Ada suasana haru saat berpamitan, ada juga rasa senang karena alhamdulillah, keberadaan saya diterima dengan baik. Ah tapi hidup itu harus terus berjalan, tidak bisa jalan ditempat. Harus bergerak, menandakan adanya perubahan yang bisa membawa suasana segar yang harus bisa semakin baik.


Sayapun yakin tulisan ini sangatlah random dan loncat-loncat mungkin ceritanya, maaf karena tulisan ini saya buat disela-sela waktu berbuka di udara dengan cuaca yang agak kurang bersahabat. 🙂

Terima kasih Bali, terima kasih sudah memberikan warna-warni dalam hidup saya, beberapa tempatpun sudah saya kunjungi.

Terima kasih Bali, terima kasih telah mengajarkan saya lebih lagi akan pentingnya toleransi.

Terima kasih Bali, terima kasih atas 3 bulan 17 hari.

Sampai jumpa lagi 🙂

Leave a Reply