Travel Clinic “pulang ke negara sendiri dengan vaksinasi”

Berawal dari selesainya latihan presentasi dan konsultasi pada 15 Agustus 2016, dosen pembimbing saya mulai bercerita dan memberikan beberapa masukan. Setelah selesai dengan masukan dan persiapan untuk seminar proposal besok, beliau masih menanyakan ada yang bisa perlu ditanyakan lagi atau tidak. Kemudian, beliau akhirnya malah yang menanyakan tentang bagaimana persiapan saya untuk fieldwork ke Indonesia. Saya jawab, semuanya inshaALLAH sudah siap tinggal memastikan dan konfirmasi dari partner di Demak, Semarang terkait dengan dimensi alat yang akan digunakan.

Kemudian si “emak” menanyakan kepada saya, tahu “bever”, salah satu toko yang menyediakan berbagai kelengkapan untuk adventure dan kegiatan outdoor. Sejenis Eiger mungkin kalau di Indonesia. Kemudian beliau bercerita mengenai botol yang bisa membuat air menjadi siap minum, ada penyaringnya dan pembunuh kuman (bakteri). Beliau bilang itu perlu saya miliki, karena nanti kita tidak tahu kondisi air di lokasi fieldwork bagaimana. Setelahnya beliau menanyakan kembali, kapan berangkat dan pukul berapa? saya menjawab Sabtu, pukul 16.45, beliau bergumam saya bisa membelikan botolnya tapi saya tidak yakin bisa bertemu hari sabtu, bersambung beliau langsung menyatakan, nanti pokoknya untuk air beli saja air mineral, jangan takut nanti budgetnya akan diganti, jangan sampai mengganggu kesehatan! Siap saya menjawab.

Tak lama beliau berucap kembali, saya sarankan kamu untuk ambil vaksin saja sebelum pulang.  Selanjutnya beliau bercerita panjang mengenai vaksin a,b,c, serta obat nyamuk dan kelambu (clamboe: dutch) pun disebutkan. Saya akhirnya menyatakan bahwa saya akan ambil vaksin sehari setelah sampai di Indonesia. Namun beliau sedikit mengerjitkan dahi dan bilang “sebaiknya di vaksin disini saja”. Sigap di depan laptopnya beliau mengetik “travel clinic” muncullah beberapa nama rumah sakit sepertinya dalam bahasa Belanda tentunya. Kemudian saya berkata, saya akan ke Rumah Sakit Geldersei Vallei pada tanggal 18 Agustus 2016 akan ada tes TBC (tes ini dilakukan 6 bulan sekali, peraturan yang berlaku di Belanda). Okay, beliau berkata diketiklah lagi Geldersei vallei travel clinic (GVTC). Muncullah websitenya dan lagi-lagi dalam bahasa Belanda, kemudian beliau berkata, saya akan melihat jadwal untuk membuat janji agar kamu bisa kesana, akhirnya ada slot kosong tepat pada 18 Agustus 2016, ada empat pilihan waktunya 19.10, 19.25, 19.40, 20.05. Lagi beliau bertanya, memilih pukul berapa? Saya menjawab pukul 19.10, kemudian berlanjutlah ke halaman berikutnya untuk membuat formulir pembuatan janji, saya mengisi formulir di laptop beliau dengan beberapa terjemahan (karena formulirnya berbahasa belanda). Well done, akhirnya saya resmilah membuat jadwal untuk ke GVTC.

Saya sempat ragu, masa iya saya pulang ke tanah air sendiri yang sudah kurang lebih 22 tahun saya habiskan dan harus di vaksin a,b,c segala macam. Terkesan saya sendiri merasa lebai sekali!!! Akhirnya saya mengirimkan email kepada GVTC untuk membatalkan perjanjian. Namun, karena pagi hari ini, 18 Agustus 2016 saya ke GV untuk tes TBC akhirnya saya menanyakan sekaligus apakah email yang saya kirimkan kemarin telah dibatalkan pihak GVTC atau belum karena saya tidak menerima konfirmasi apapun. Well done, ternyata begitu sampai GVTC di wing B, lantai 1, 108, ternyata belum dibatalkan. Karena saya merasa ragu untuk tidak tes yang telah disarankan si “emak” akhirnya saya memastikan bahwa saya akan datang pada pukul 19.10 malam ini, sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

Pukul 19.10 tepat, saya dipanggil oleh ibu dokter, dengan ramah beliau menanyakan dan menjelaskan. Rasa penasaran saya akhirnya saya tanyakan, apakah memang harus saya di vaksin padahal saya mau pulang ke negara saya sendiri. Beliau tersenyum dan menjelaskan dengan seksama bahwa kenapa saya harus di vaksin, bla, bla, bla. Beliau juga menunjukkan peta persebaran malaria, demam berdarah dan lain sebagainya di Indonesia. Seharusnya saya di vaksin lebih awal, tidak 2 hari sebelum keberangkatan. Namun beliau juga menjelaskan lebih baik di vaksin 2 hari sebelum keberangkatan daripada tidak.

Melalui pertimbangan seksama saya akhirnya memilih untuk di vaksin, mendengarkan saran dari si “emak”. Andai kata saya sakit (naudzubillah), berarti memang kehendak ALLAH. Karena usaha untuk mencegahnya telah saya lakukan. Hasilnya, saya mendapatkan empat kali suntikan yang bersarang di lengan kanan dan kiri, masing-masing dua buah serta DEET alias obat anti nyamuk.

WhatsApp Image 2016-08-18 at 23.04.28

WhatsApp Image 2016-08-18 at 23.04.30

Semoga nanti baik-baik saja, sehat dan berjalan semuanya dengan lancar serta mendapatkan hasil yang terbaik. Aamiin Ya Rabbal Alamiin!!!

Leave a Reply