Simptom mahasiswa paskah sekolah “diluar negeri”

 

Berawal tulisan dari Pak I Made Andi Arsana yang tentang “Surat terbuka untuk lulusan luar negeri” (baca: disini), saya pun menjadi ikut tergoda untuk menuliskan beberapa pendapat tentang simptom mahasiswa paskah sekolah “diluar negeri”. Iya, “diluar negeri” saya berikan tanda petik untuk menekankan maknanya saja (tulisan tentang sekolah diluar negeri bisa dibaca disini, disini dan disini.

Akhir-akhir ini semakin hangat dan ramai di sosial media tentang beberapa celotehan anak-anak yang baru saja pulang dari sekolah diluar negeri. Iya semakin banyak anak Indonesia yang beruntung mengecap pendidikan diluar negeri. Tidak tanggung-tanggung dari negera tetangga hingga ke Eropa dan Amerika pun ada. Namun, akhir-akhir ini pula saya merasa sedikit “gatal kuping” dan “perih mata” mendengarkan dan melihat simptom mahasiswa yang baru saja pulang dan kembali ke negerinya.

Bagaimana tidak, saya ingat dan yakin betul jika dibuka kembali aplikasi saat mereka melamar beasiswa, kadang yang dipertebal dan digarisbawahi adalah saya ingin “memperbaiki ini dan itu” serta “ingin mengabdi untuk negeri”, “membangun Indonesia yang lebih baik”, bla..bla..bla rentetan janji-janji bak politisi. Namun, begitu pulang ke negeri nya sendiri yang banyak sekali saya baca atau saya dengar adalah rentetan keluhan “ini itu, ini itu”, intinya begitulah…

Disisi lain, banyak juga mahasiswa yang setelah pulang lagi luar negeri, berkontribusi untuk membangun negeri, membuktikan janji yang pernah di ucapkan. Wow,,, saya sangat bangga dan senang sekali menyaksikan mereka berjibaku memang untuk mewujudkan pendidikan atau membangun manusia Indonesia untuk lebih baik. Meskipun memang sekarang bukti nyata nya belum terwujud, namun upaya-upaya yang telah dilakukan menurut saya sudah merupakan bukti nyata. Salut dengan kalian kawan!

Simpton paskah sekolah memang bak mata koin, yang satunya menggunjing negatif dan yang lainnya bertindak positif. Nah, sekarang adalah pilihan bagi kawan-kawan yang pernah mengecap manisnya pendidikan di negeri orang :).

Tulisan ini sudah ada di dalam draft semenjak satu bulan 6 hari yang lalu, iya,,, belum bisa saya tekan tombol publish saat itu karena saya takut pendapat saya masih amat cetek untuk dituliskan. Selama waktu itu pula, saya melihat banyak sekali bukti-bukti yang bisa memperkuat argumen saya, sehingga barulah saya publikasikan sekarang :).

Malang, 28 November 2017, 1.18pm

Leave a Reply